Sehabis membaca koran Tribun akibat tawuran anak SMA ada yang mati
tertusuk sajam , dimana kepergiannya ditangis orang-tuanya , sanak keluarganya
, saudara , dan para sahabatnya ; sungguh bagai kepergian yang sia-sia dari
remaja yang baru berusia 15tahun ; kemudian saya berdialog dalam hati.
“Inikah dunia nyata itu?”
“Ya, tentu saja dunia inilah nyata, inilah kehidupan itu. Mengapa
kau bertanya seperti itu?”
“Apa manusia dapat mengetahui hal yang kira-kira akan terjadi dan menimpa
kehidupannya?”
“Tidak, hanya Allah Yang Maha Mengetahui.”
“Lalu mengapa aku dapat memprediksi berbagai peristiwa yang akan
terjadi?”
“Tentu saja, karena kau mengetahui apa yang orang lain sangka
gurauan.”
Hidup di dunia ini , maka banyak yang kau jumpai orang-orang yang
bagai bersandiwara, sungguh….tak urung juga kau…., kau jadi salah satu actor dari
sandiwara tersebut. Baik itu kau memainkan peran yang wajar atau yang hanya
berpura-pura. Para pemain wajar digambarkan layaknya manusia yang hidup
kebanyakan. Mereka bangun pagi, kemudian bekerja, pulang petang, lalu istirahat
untuk kemudian paginya bekerja lagi. Sebuah lingkaran sederhana yang telah
tercipta sejak manusia pertama kali menancapkan peradabannya di surga ‘adn
(Bumi) ini.
Lain halnya dengan manusia yang lain dari kebanyakan. Mereka
bermain sandiwara dengan berpura-pura. Mereka berpura-pura untuk mengumpulkan
emas dan permata yang melimpah demi kekuasaan mereka. Mereka bahkan menyewakan
surga ‘adn yang telah Allah berikan secara cuma-cuma ini kepada kebanyakan
manusia yang lainnya. Mereka sedikit jumlahnya, tapi ketamakannya menyerupai
keseluruhan hasrat dan ego manusia.
Bagi orang kebanyakan, hidup tenteram dan penuh kebahagiaan adalah
impian mereka. Walaupun kebanyakan dari mereka tanpa mereka sadari menyembah
dunia mereka. Mereka menyembah uang, menyembah boss mereka, menyembah televisi,
menyembah kesenangan hidup, dan menyembah macam-macam yang ada di dunia.
Meskipun beberapa dari mereka sadar kalau yang mereka sembah adalah ‘milik’
dari orang-orang yang menyewakan surga ‘adn tadi, yaitu segelintir orang yang
menguasai dunia dari balik layar.
Bagi kebanyakan orang, mungkin malah jadi bingung. Atau malah ada
yang menyangkalnya dengan alasan hanya gurauan. Padahal ini adalah gurauan yang
menyakitkan bagi mereka. Mengapa saya bilang menyakitkan? , Karena pastinya
hati kecil mereka sadar jika gurauan yang mereka maksud itu adalah kenyataan
yang terjadi dan mereka benar-benar rasakan.
Orang-orang yang kebanyakan tersebut telah menganiaya diri mereka
sendiri. Mereka menyangkal dan bahkan membenci kenyataan yang terjadi. Mereka
hanya berpikir bahwa kehidupan yang ada di dunia ini tanpa fitnah. Padahal
mereka hidup dengan menyembah apa-apa yang ada di dunia. Mereka menyembah uang,
mereka menyembah harta benda, bahkan mereka pun menyembah sesama manusia.
Karena apa? Hanya agar merasa tenteram di dunia?
Fitnah yang saya maksud di sini adalah fitnah dalam artian aslinya
lho (bahasa Arab). Fitnah yang berarti aniaya. Karena itulah Allah telah
menuliskan bahwa kebanyakan manusia menganiaya dirinya sendiri karena menolak
kebenaran. Kebenaran yang telah diputar balikan oleh sebagian manusia jahat
yang berada di balik layar.
Mereka yang berada di balik layar itu tak ubahnya seperti pemimpin
yang dzalim. Walaupun sebenarnya mereka tidak berada di kursi kepemimpinan yang
terlihat. Mereka duduk di singgasana rahasia, namun pula para pemimpin dunia
bersujud menciumi kaki mereka. Merekalah sang sutradara segala konspirasi yang
ada di dunia.
“Apa kau tau siapa mereka?”
“Ya, aku tau. Merekalah pemeran sutradara dalam sandiwara yang
hanya berpura-pura.”
Mereka duduk memantau kita dari jauh. Memantau gerak-gerik kita.
Mungkin juga mereka menganggap diri mereka tuhan. Karena mereka pikir merekalah
yang mengendalikan hidup manusia yang lainnya. Mereka mengendalikan peristiwa
yang terjadi, mereka pikir mereka mengendalikan takdir. Mereka membuat bencana
dengan teknologi, mereka pikir itulah kekuasaan yang tak tersentuh mereka.
Mereka seperti “Invisible Hand” atau tangan tak terlihat yang mengendalikan
manusia lainnya sebagai bonekanya. Dan pada kenyataannya kebanyakan manusia
menyembah apa yang mereka kuasai.
Jika membicarakan mereka yang mengatur segala sandiwara yang ada
di dunia, sama saja membicarakan bagaimana mereka membuat sandiwara itu agar
menarik dan menguntungkan bagi mereka.
Mereka yang menjadi orang-orang di balik sandiwara itu
mengendalikan dunia dengan satu simbol yang dikenal dengan “Invisible Hand”
oleh para pengamat politik masa kini. Yaitu tangan tak terlihat yang
mencengkeram dunia dengan kekuatan-kekuatan mereka, seperti uang, riba,
hiburan, zina, makanan haram, dan banyak hal yang Allah larang.
Jika teringat revolusi-revolusi yang terjadi di banyak tempat di
dunia, saya seperti mendapatkan sebuah garis lurus. Mereka hancur karena mereka
menganiaya diri mereka sendiri. Sementara rakyat di negeri itu terlena dengan
hal-hal yang diberikan oleh sang “Invisible Hand”, hingga akhirnya mereka
diperbudak. Dengan kemaksiatan para raja dijatuhkan. Dengan hiburan para anak
kecil dibodohi. Dengan zina para pemuda dilemahkan. Dengan minuman beralkohol
dan rokok para orang tua dilalaikan. Dengan hutang sebuah negeri menjadi budak.
Mereka telah menggambarkannya dan merencanakannya sejak dahulu.
Kecerdasan yang Allah berikan kepada mereka telah digunakan untuk berbuat
kerusakan di muka bumi. Surga ‘Adn yang dahulu penuh dengan kenikmatan kini
akan mereka ubah menjadi neraka dunia karena ulah mereka. Dan jika hal diatas saya
tak salah tangkap , maka merekalah yang dinamakan “Dajjal”.
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: “Rasulullah saw.
bersabda: Inginkah kamu sekalian aku beritahukan tentang Dajjal, suatu
keterangan yang belum pernah diceritakan seorang nabi kepada kaumnya? Sesungguhnya ia buta sebelah mata (bermata satu), ia datang dengan membawa sesuatu seperti surga
dan neraka. Maka apa yang dikatakannya surga adalah neraka dan aku telah
memperingatkan kalian terhadapnya sebagaimana Nabi Nuh telah memperingatkan
kaumnya.”
Mereka menatap kita dengan satu mata mereka. Tapi Allah
menciptakan 3 mata untuk kita melindungi diri, yaitu 2 mata jasmani untuk dapat
menjadikan diri kita selalu waspada terhadap propaganda mereka dan 1 mata
rohani (mata batin) yang dapat kita gunakan untuk melihat betapa Allah
melindungi kita.
Semoga tulisan ini bermanfaat…..aamiin…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar