Minggu, 15 Juli 2018

TERBENGKALAI



Lihat postingan terakhir yang tertera tanggal 16 April 2016 , aku cuman bisa mengelus dada.....
" Sebegitu lamakah aku meninggalkan dunia bloggerku ini ? "
" Sebegitu lamakah aku gak mampu menuangkan uneg-unegku dalam blogku ini ? "
Yaah...aku memang sibuk , ditengah setahun ini sebenarnya aku tak sibuk....
jadi...., mungkinkah aku bosan ? , mungkinkah aku nglokro ? , mungkinkah aku kurang imajinatif lagi ? , atau mungkinkah aku males ? , atau mungkinkah aku .....
Yaahh...mungkin.....mungkin....dan mungkin....
Cuman satu pasti yang selalu kupinta pada diriku sendiri...., sesibuk apapun aku ini , semales apapun aku ini , senglokro apapun aku ini......semoga aku tak lupa, tak males , tak nglokro untuk selalu ingat padaMu Ya Allah.....
Oh iya....di postingan ini , aku ingin mempersilahkan para pembaca blogkku untuk bisa membaca atau menikmati membaca karya novelku yang berjudul PSC ( Perjalanan Seorang Cowok ) , novel ini ada 3 Jilid , tapi kali ini aku baru sempat upload 1 jilid dulu....
Semoga apa yang aku sampaikan dalam postingan ini berkenan dan bermanfaaat....

Senin, 18 April 2016

Seberapakah Guyonanmu Mampu Menyelamatkanmu di Negeri Akherat ?

Lama banget gak nulis blog ini , dan rasanya kali ini aku bukan mau menulis hasil karanganku sendiri, melainkan mengutip hasil tulisan orang yang Insya Allah akan bermanfaat bagi kita.
Dan sebagai pengantarnya apa yang akan aku share ini, aku hanya akan menambahi dengan judul : " Seberapakah Guyonanmu Mampu Menyelamatkanmu di Negeri Akherat ? "

 Dan berikut ini adalah :

BERCANDA MENURUT PANDANGAN ISLAM
Oleh
Ustadz Abu Ihsan al-Atsari
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat, dan dia banyak menyebut Allah. [al-Ahzâb/33:21].
RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM JUGA BERCANDA
Sebagai manusia biasa, kadang kala beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bercanda. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sering mengajak istri, dan para sahabatnya bercanda dan bersenda gurau, untuk mengambil hati, dan membuat mereka gembira. Namun canda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berlebih-lebihan, tetap ada batasannya. Bila tertawa, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melampaui batas tetapi hanya tersenyum. Begitu pula, meski dalam keadaan bercanda, beliau tidak berkata kecuali yang benar.
Dituturkan ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha:
مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّه صلىاللّه عليه وسلم مُستَجْمِعًا قَطُّ ضَا حِكًا حَتَّى تُرَى مِنْهُ لَهَوَاتُهُ إِنَمَا كَانَ يَتَبَسَّمُ
Aku belum pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan lidahnya, namun beliau hanya tersenyum.[1]
Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu menceritakan, para sahabat bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Wahai, Rasulullah! Apakah engkau juga bersenda gurau bersama kami?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: Betul, hanya saja aku selalu berkata benar. [2]
BEBERAPA CONTOH CANDA NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM
1. Anas Radhiyallahu ‘anhu menceritakan salah satu bentuk canda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memanggilnya dengan sebutan:
يَا ذَا الاُّ ذُ نَيْنِ
Wahai, pemilik dua telinga! [3]
2. Anas Radhiyallahu ‘anhu mengisahkan, Ummu Sulaim Radhiyallahu ‘anha memiliki seorang putera yang bernama Abu ‘Umair. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sering bercanda dengannya setiap kali beliau datang. Pada suatu hari beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang mengunjunginya untuk bercanda, namun tampaknya anak itu sedang sedih. Mereka berkata: “Wahai, Rasulullah! Burung yang biasa diajaknya bermain sudah mati,” lantas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bercanda dengannya, beliau berkata:
يَا اَبَا عُميرٍ مَا فَعَلَ النُغَيْرُ
“Wahai Abu ‘Umair, apakah gerangan yang sedang dikerjakan oleh burung kecil itu?” [4]
3. Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu bercerita, ada seorang pria dusun bernama Zahir bin Haram. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menyukainya. Hanya saja tampang pria ini jelek.
Pada suatu hari, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menemuinya ketika ia sedang menjual barang dagangan. Tiba-tiba Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memeluknya dari belakang, sehingga ia tidak dapat melihat beliau. Zahir bin Haram pun berseru: “Lepaskan aku! Siapakah ini?”
Setelah menoleh iapun mengetahui, ternyata yang memeluknya ialah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka iapun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk merapatkan punggungnya ke dada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata: “Siapakah yang sudi membeli hamba sahaya ini?”
Dia menyahut,”Demi Allah, wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika demikian aku tidak akan laku dijual!”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membalas: “Justru di sisi Allah l engkau sangat mahal harganya!” [5]
4. Diriwayatkan dari Anas Radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya seorang laki-laki datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata: “Wahai Rasulullah, bawalah aku?” Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Kami akan membawamu di atas anak onta.” Laki-laki itu berkata: “Apa yang bisa aku lakukan dengan anak onta?” Maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Bukankah onta yang melahirkan anak onta?” [6]
5. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sering kali bercanda dan menggoda Aisyah Radhiyallahu ‘anha.
Suatu kali beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya: “Aku tahu kapan engkau suka kepadaku dan kapan engkau marah kepadaku,” Aku
(‘Aisyah) menyahut: “Darimana engkau tahu?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Kalau engkau suka kepadaku engkau akan mengatakan, ‘Tidak, demi Rabb Muhammad,’ dan kalau engkau marah kepadaku engkau akan mengatakan, “Tidak, demi Rabb Ibrahim”. Aku (‘Aisyah) menjawab: “Benar, demi Allah! Tidaklah aku menghindari melainkan namamu saja.”[7]
6. Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu menceritakan: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjulurkan lidahnya bercanda dengan al-Hasan bin Ali Radhiyallahu ‘anhu. Ia pun melihat merah lidah beliau, lalu ia segera menghambur menuju beliau dengan riang gembira.” [8]
CANDA YANG DIBOLEHKAN
Ada kalanya kita mengalami kelesuan dan ketegangan setelah menjalani kesibukan. Atau muncul rasa jenuh dengan berbagai rutinitas dan kesibukan sehari-hari. Dalam kondisi seperti ini, kita membutuhkan penyegaran dan bercanda. Kadang kala kita bercanda dengan keluarga atau dengan sahabat. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat manusiawi dan dibolehkan. Begitu pula Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga melakukannya. Jika kita ingin melakukannya, maka harus memperhatikan beberapa hal yang penting dalam bercanda.
1. Meluruskan Tujuan.
Yaitu bercanda untuk menghilangkan kepenatan, rasa bosan dan lesu, serta menyegarkan suasana dengan canda yang dibolehkan. Sehingga kita bisa memperoleh gairah baru dalam melakukan hal-hal yang bermanfaat.
2. Jangan Melewati Batas.
Sebagian orang sering kebablasan dalam bercanda hingga melanggar norma-norma. Dia mempunyai maksud buruk dalam bercanda, sehingga bisa menjatuhkan wibawa dan martabatnya di hadapan manusia. Orang-orang akan memandangnya rendah, karena ia telah menjatuhkan martabatnya sendiri dan tidak menjaga wibawanya. Terlalu banyak bercanda akan menjatuhkan wibawa seseorang.
3. Jangan Bercanda Dengan Orang Yang Tidak Suka Bercanda.
Terkadang ada orang yang bercanda dengan seseorang yang tidak suka bercanda, atau tidak suka dengan canda orang tersebut. Hal itu akan menimbulkan akibat buruk. Oleh karena itu, lihatlah dengan siapa kita hendak bercanda.
4. Jangan Bercanda Dalam Perkara-Perkara Yang Serius.
Ada beberapa kondisi yang tidak sepatutnya bagi kita untuk bercanda. Misalnya dalam majelis penguasa, majelis ilmu, majelis hakim, ketika memberikan persaksian, dan lain sebagainya.
5. Hindari Perkara-Perkara Yang Dilarang Allah Subhanahu Wa Ta’ala Saat Bercanda.
Tidak boleh bercanda atau bersenda gurau dalam perkara yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, di antaranya sebagai berikut.
– Menakut-nakuti seorang muslim dalam bercanda. Ada orang yang bercanda dengan memakai sesuatu untuk menakut-nakuti temannya. Misalnya, seperti memakai topeng yang menakutkan pada wajahnya, berteriak dalam kegelapan, atau menyembunyikan barang milik temannya, atau yang sejenisnya. Perbuatan seperti ini tidak dibolehkan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَأْ خُذَنَّ أحَدُكُمْ مَتَا عَ أَخِيهِ لاَ عِبًا وَلاَ جَادًّا
Janganlah salah seorang dari kalian mengambil barang milik saudaranya, baik bercanda maupun bersungguh-sungguh.[9]
Pernah terjadi, ketika salah seorang sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang tidur, datanglah seseorang lalu mengambil cambuknya, dan menyembunyikannya. Pemilik cambuk itupun merasa takut. Sehingga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَيَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُرَوِّعَ مُسلِمًا
Tidak halal bagi seorang muslim membuat takut muslim yang lain.[10]
Intinya, tidak boleh menakuti-nakuti seorang muslim meskipun hanya untuk bercanda, terlebih lagi jika dengan sungguh-sungguh.
– Berdusta saat bercanda.
Banyak orang yang dengan sesuka hatinya bercanda, tak segan berdusta dengan alasan bercanda. Padahal berdusta dalam bercanda ini tidak dibolehkan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْت فِي رَبَضِ الْجَنّّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كََانَ مُحقًّا وَبِبَيْتٍ فِي وَسَط الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِ بَ وَإِنْ كَانَ مَازِ حًا وَبِبَيتِ فِي أَغلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ
Aku menjamin dengan sebuah istana di bagian tepi surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun ia berada di pihak yang benar, sebuah istana di bagian tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meski ia sedang bercanda, dan istana di bagian atas surga bagi seorang yang memperbaiki akhlaknya.
Demikianlah yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau tetap berkata jujur meskipun sedang bercanda. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنِّي لأَمْزَحُ وَلاَ أَقُوْلُ إِلاَّ حَقًا
Sesungguhnya aku juga bercanda, namun aku tidak mengatakan kecuali yang benar. [11]
Oleh karena itu, tidak boleh berdusta ketika bercanda. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan ancaman terhadap orang yang berdusta untuk membuat orang lain tertawa dengan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
وَيْلٌ للَّذِي يُحَدِّ ثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْخِكَ بِهِ الْقَوْمَ ويْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ
Celakalah seseorang yang berbicara dusta untuk membuat orang tertawa, celakalah ia, celakalah ia. [12]
Apalagi bila dalam candanya itu ia menyebut aib dan rahasia orang lain, atau mencela dan mengejek orang lain.
– Melecehkan sekelompok orang tertentu.
Misalnya bercanda dengan melecehkan orang-orang tertentu, penduduk daerah tertentu, atau profesi tertentu, atau bahasa tertentu, atau menyebut aib mereka dengan maksud untuk bercanda dan membuat orang lain tertawa. Perbuatan ini sangat dilarang.
– Canda yang berisi tuduhan dan fitnah terhadap orang lain.
Kadang kala ini juga terjadi, terlebih bila canda itu sudah lepas kontrol. Sebagian orang bercanda dengan temannya lalu ia mencela, memfitnahnya, atau menyifatinya dengan perbuatan keji. Seperti ia mengatakan kepada temannya, ‘hai anak hantu,’ dan kata-kata sejenisnya untuk membuat orang tertawa. Sangat disayangkan, hal seperti ini nyata terjadi di tengah orang-orang kebanyakan dan jahil. Oleh karena itu, hendaklah kita jangan keterlaluan dalam bercanda, sehingga melampui batas.
6. Hindari Bercanda Dengan Aksi Dan Kata-Kata Yang Buruk.
Banyak orang yang tidak menyukai bercanda seperti ini. Dan seringkali berkembang menjadi pertengkaran dan perkelahian. Sering kita dengar kasus perkelahian yang terjadi berawal dari canda. Maka tidak sepatutnya bercanda dengan aksi kecuali dengan orang yang sudah terbiasa dan bisa menerima hal itu. Sebagaimana para sahabat saling melempar kulit semangka setelah memakannya. [13]
Adapun bercanda dengan kata-kata yang buruk tidak dibolehkan sama sekali. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:
وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنسَانِ عَدُوًّا مُّبِينًا
Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: “hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia”. [al-Isrâ`/17:53].
7. Tidak Banyak Tertawa.
Banyak orang yang tertawa berlebihlebihan sampai terpingkal-pingkal ketika bercanda. Ini bertentangan dengan sunnah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan agar tidak banyak tertawa, beliau bersabda :
وَيْلٌ للَّذِي يُحَدِّ ثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْخِكَ بِهِ الْقَوْمَ ويْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ
“Janganlah kalian banyak tertawa. Sesungguhnya banyak tertawa dapat mematikan hati.”
Seperti yang telah dijelaskan di atas dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha. Banyak tertawa dapat mengeraskan hati dan mematikannya.
8. Bercanda Dengan Orang-Orang Yang Membutuhkannya.
Seperti dengan kaum wanita dan anakanak. Itulah yang dilakukan oleh Nabi Shalalllahu ‘alaihi wa sallam, yaitu sebagaimana yang beliau lakukan terhadap ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha dan al Hasan bin Ali, serta seorang anak kecil bernama Abu ‘Umair.
9. Jangan Melecehkan Syiar-Syiar Agama Dalam Bercanda.
Umpamanya celotehan dan guyonan para pelawak yang mempermainkan simbol-simbol agama, ayat-ayat al-Qur‘an dan syiarsyiarnya, wal iyâdzu billâh! Sungguh perbuatan itu bisa menjatuhkan pelakunya dalam kemunafikan dan kekufuran.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَحْذَرُ الْمُنَافِقُونَ أَن تُنَزَّلَ عَلَيْهِمْ سُورَةٌ تُنَبِّئُهُم بِمَا فِي قُلُوبِهِمْ ۚ قُلِ اسْتَهْزِئُوا إِنَّ اللَّهَ مُخْرِجٌ مَّا تَحْذَرُونَ وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ ۚ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ
Orang-orang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi di dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka: “Teruskanlah ejekanejekanmu (terhadap Allah dan Rasul-Nya)”. Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti. Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayatayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolokolok?”. [at-Taubah/9:64-65]
Dan mengangungkan syiar agama merupakan tanda ketakwaan hati. Allah berfirman:
ذَٰلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى الْقُلُوبِ
Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. [al-Hajj/22:32].
Demikianlah, semoga dengan tulisan ini kita bisa mengetahui kedudukan bercanda dalam pandangan Islam, mengetahui canda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan batasan-batasan yang dibolehkan dalam bercanda. Sehingga kita dapat membedakan antara bercanda yang dibolehkan dan yang tidak dibolehkan.
Maraji‘:
1. Tafsîr al-Qur‘ânil-’Azhîm, Imam Ibnu Katsîr.
2. Bahjatun-Nâzhirîn Syarh Riyâdhish-Shâlihîn, Syaikh Salîm bin ‘Id al-Hilâli.
3. Durruts-Tsamîn min Riyâdhish-Shâlihîn, ‘Abdul-’Azîz Sa’ad al-’Utaibi.
4. Mausû’ah al-Adabil-Islâmiyyah, ‘Abdul Azîz bin Fathis-Sayyid Nadâ, Dâruth-Thayyibah, Cetakan Kedua, Tahun 1425 H – 2004 M.
5. Shahîh al-Jami’ish-Shaghir, Syaikh Muhammad Nâshiruddîn al-Albâni, al-Maktab al-Islami, Cetakan Ketiga, Tahun 1410 H – 1990.
6. Silsilatul Ahâdits Shahîhah, Syaikh Muhammad Nâshiruddîn al-Albâni, disusun oleh Syaikh Abu ‘Ubaidah Masyhur Hasan Salman, Maktabatul-Ma’ârif, Riyadh, Cetakan Pertama.
7. Sirah Shahîhah, Dhiyâ al-‘Umari. 8. Sunan Abu Dawud, Tashih: Syaikh Muhammad Nâshiruddîn al-Albâni, dan disusun oleh Syaikh Abu ‘Ubaidah Masyhur Hasan Salman, Maktabatul-Ma’ârif, Riyadh, Cetakan Pertama.
9. Yaumun fî Baiti Rasulillah, ‘Abdul-Malik bin Muhammad al-Qâsim, Darul-Qasim, Cetakan Pertama, Tahun 1419 H.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun XI/1428H/2007M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondanrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]


 Semoga bermanfaat bagi para pembaca yang budiman.....
_______
Footnote
[1]. Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhâri dan Imam Muslim.
[2]. Diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad yang shahîh.
[3]. Diriwayatkan oleh Ahmad (III/117, 127, 242, 260), Abu Dawud (5002), at-Tirmidzi (1992). Lihat Shahîh al- Jâmi’ (7909).
[4]. Diriwayatkan oleh Abu Dawud.
[5]. Diriwayatkan oleh Ahmad (III/161), at-Tirmidzi dalam asy-Syamil (229), al-Baghawi dalam Syarh Sunnah (3604).
[6]. Abu Dawud (4998), dan at-Tirmidzi (1991) dari Anas. Shahîh Abu Dawud (4180).
[7]. Muttafaqun ‘Alaihi, Shahîh al-Bukhâri, sebagaimana terdapat dalam Fathul-Bari (9/325), Shahîh Muslim (3/1890, hadits nomor 2439).
[8]. Lihat Silsilah Ahâdîts Shahîhah, nomor hadits 70.
[9]. Diriwayatkan oleh Abu Dawud (5003), dan at-Tirmidzi (2161). Lihat Shahîh Abu Dawud (4183).
[10]. Diriwayatkan oleh Abu Dawud (5004). Lihat Shahîh Abu Dawud (4184).
[11]. Diriwayatkan oleh ath-Thabrâni dalam al-Kabir (XII/13443). Lihat Shahîh al-Jâmi’ (2494).
[12]. Diriwayatkan oleh Ahmad (V/5), Abu Dawud (4990), at-Tirmidzi (2315). Lihat Shahîh al-Jâmi’ (7126).
[13] Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhâri dalam al-Adabul-Mufrad, hlm. 41. Lihat as-Silsilah ash-Shahîhah (436).

Sabtu, 16 Januari 2016

TEBANG POHON TUA



Suatu malam habis maghrib pas diperjalanan pulang kerja, dan melewati kompleks block Q , kok ada tetangga yang menebang pohon tapi menggunakan jasa dari Dinas Pertamanan Kotamadya Cimahi , jadi dech maksud punya maksud , lama dicari didunia maya sampai tanya sana-sini, eee...akhirnya nemu juga dijalanan pas pulang kerja.

Okey tapi sebelumnya aku mau cerita, dengan pengalaman yang ada saat ada gawe nebang pohon mangga dikantor jadi tahu kisaran biayanya , termasuk pengalaman dari tetangga depan rumah juga ada yang menebang pohon  dengan harga borongan murah , yang mengerjakan hanya dua orang , dan manual artinya pakai kapak dan golok , kalau aku hitung ada sampai 3 minggu, itu lantaran karena cuaca , dan prosese pembuangan sampahnya sampai sekarang sudah ada hampir dua bulanan tapi kok belum kelar juga , memang siych didepan rumahnya sudah bersih, tapi ternyata diujung jalan ditumpuk kayunya , itu khan namanya selesai masalah dihadapan mata, namun menimbulkan masalah dilain tempat. Dan aku enggak mau itu....

Alkisah...inilah pentingnya hidup bermasyarakat, sehingga bila kita bertanya, pasti ditanggapin dengan baik , dan dengan suka rela mengupayakan membantu...walau bukan dalam arti mbayari ongkos tebang. Pada akhirnya Sabtu, 16 Januari 2016...pohon mangga manalagi depan rumah yang katanya ditanam pertama pada tahun 1982...dengan mengucap Bismillahirrohmanirrohim , aku tebang dibantu atau menggunakan jasa dari Dinas Pertamanan Kotamadya Cimahi.
 Jam 10:30an mereka datang , dan lihatlah betapa besar pohon mangga manalagi didepan rumahku itu ( padahal difoto itu yang bagian atasnya belum masuk range pemotretan ). Oh iya....ada  beberapa alasan mengapa aku ingin tebang , yaitu :
1. Sudah terlalu tua (bahkan ini adalah pohon mangga paling tua di kompleks Pharmindo , dari tahun 1982)
2. Kalau berbuah , aku hanya dapat mengambilnya/panen paling hanya 20%nya , sisanya jatuh , busuk, disikat kampret.
3. Kalau musim berbuah, setidaknya aku harus siap-siap naik genteng memperbaiki genteng yang pecah. dalam semusim panen bisa menghabiskan 20 genteng , dan setidaknya aku jadi tukang genteng bisa 10-15 kali. Kalau nyuruh orang suddah keluar ongkos, tapi hasil kerjanya gak sebaik aku jeee....dalam hal menata genteng.
4. Faktor sampah, dan karena sudah tua umurnya maka banyak ranting yang lapuk, patah, jatuh di genteng atau dijalanan depan rumah. Nah kalau njatuhin orang atau mobil yang lewat khan malah bisa jadi gawe....
5. Banyak kabel Listrik dan Telpon yang bersliweran di sela-sela ranting pohon mangga itu . Dan itusangat rentan apabila semakin tumbuh maka kebel listrik akan terangkat, dan lama-kelamaan bisa putus itu kabel .Pokoknya rentan dan bahaya.

Okey...setelah rembugan, maka tepat jam 10:45 , pohon itupun mulai ditebang,


Setengah jam dikerjakan atau jam 11: 15 oleh tim ahlinya menebang sudah kepangkas seperempat , tuch mulai kelihatan thow kabel-kabel yang bersliweran.



Jam 12:00 siang ketika seorang tetangga berangkat ke Masjid  dan aku malah lholak-lholhok dan ngowoh ngelihatin proses penebangan, progressnya sudah sampai setengah pohon lebih yang dipotong.






Capek akan terik panas matahari, maka penebang bergantian , dan ada pula yang mangkasin jadi bagian-bagian kecil diatas truk operasional tebang pohon.





Batang yang diameternya besar diangkut belakangan. jadi yang bawah adalah daun-daun dan ranting-ranting kecil , baru nanti diatasnya ditumpukin batang pohon yang besar . Hal ini untuk keamanan dijalan.





Jam 14:00 sudah sampai pangkal pohon , tinggal beberes , bersihin ranting-ranting, daun , dan batang yang diametersnya besar dan panjang juga mulai dipotong-potong dengan gergaji mesin atau senso. Aku juga diminta untuk beli genteng, karena ada  5 genteng yang pecah , tapi aku beli 10 , soalnya malu ...mosok ngganteng-ngganteng tuku gendeng kok cuman limang ngiji..., dan eee...ternyata genteng itu kepakai 8 buah, cobain aja kalau aku hanya beli lima buah...biso dadi gawe maning. Tapi siip-lah, jadi  kalau hari ini gentengnya sudah sekalian dibenerin, maka  besok aku gak kudu menyamar jadi tukang genteng lagi , karena jujur aja...rasanya aku ini sudah semakin tua , dan gemeteren kalau suruh naik-naik genteng tanpa pakai tangga. ( artinya aku mengakui dengan jujur kalau sudah gak sesakti dulu lagi ).







Jangan lupa untuk kenang-kenangan , minta tolong dipotongin juga buat telenan...( kayak mau jualan daging dipasar aja yaa...., telenannya kok sak-ho-hah ) , dan aku minta dipotongin untuk 4 telenan.



Jam 14:30an semuanya sudah bersih, kalaupun ada sisa-sisa dikit ranting-ranting yang tertinggal...ya cengli-lah...kita bersihin sendiri.
Setelah itu tinggal memberikan bayaran sesuai kesepakatan , dan merekapun pamitan.

Nah untuk para pembaca yang tinggal diseputaran Cimahi  dan memerlukan jasa untuk penebangan pohon , tasi saya sempat diberi nomor yang bisa dihubungi :  082115228713 ( Bpk. Anton Taman ).

Demikianlah tulisan sederhana dalam blogku yang lama banget gak aku buka-buka. Semoga bermanfaat....

Selasa, 09 Juni 2015

WANTEX ( Pewarna Tekstil ) dalam Pandangan Hukum Islam ( SESUATU YANG TIADA PERNAH KITA SADARI atau DIABAIKAN )


Lama tak pernah menulis dalam blog ini , terkadang memberikan kerinduan yang besar untuk sekedar mencoretkan kata-kata yang harapannya Insya Allah ada manfaatnya bagi para pembaca.
Dalam hdup ini....tentunya kita tak pernah melepaskan diri dari pentingnya arti sebuah pakaian , ada yang seadanya berpakaian yang penting bersih dan rapi, ada yang berpakaian mengutamakan trend fashion , ada pula yang berpakaian mengutamakan branded , namun kata para ulama : " Pakaian yang terbaik adalah pakaian yang memenuhi nilai syar'i ", Nah....dalam hal ini pernahkah kita memikirkan tentang warna pakaian yang kita kenakan? Apakah itu Hijau, Merah, Kuning, atau bahkan Hitam? Apakah itu boleh dan sudah sesuai syariat?
Sebelum kita membahas lebih dalam tentang warna pakaian dalam Islam, hendaknya kita perlu mengetahui tentang pengertian istilah Muashfar dan Muza’far.

Muashfar adalah pakaian atau kain yang dicelup dengan warna merah yang ditimbulkan dari tanaman ushfur yaitu tanaman yang bijinya dibuat minyak, yang sudah dikenal dikalangan orang-orang arab. Sedangkan Muza’far adalah apabila dicelup dengan warna kuning.
 Dalam sebuah Hadist, disebutkan: Dari Ali ra bahwasanya Rasulullah SAW melarang mengenakan pakaian sutra dan juga Al Muashfar “ (HR. Muslim, Abu Daud, Tirmidzi). Hadits tersebut mengandung pengharaman terhadap pakaian yang dicelup dengan warna merah (muashfar), sebagaimana pendapat al Hadawiyah.

Sedangkan sekelompok sahabat Nabi Muhammad Shollallohu’alaihi wa Sallam, Tabi’in memperbolehkan pengenaan pakaian yang dicelup dengan warna merah, demikian pula pendapat para Fuqoha selain Ahmad. Ada juga yang mengatakan makruh Tanzih (kalaupun dilakukan maka pelakunya tidaklah terkena sangsi). Mereka mengatakan bahwa Nabi SAW pernah mengenakan pakaian merah. Di dalam Shahihain dari Ibnu Umar R.A.,”Aku pernah menyaksikan Rasulullah SAW mencelup dengan warna kuning.”
Ibnul Qoyyim memberikan jawaban terhadap hal ini dengan mengatakan bahwa ia adalah pakaian yang seluruhnya merah. Dia mengatakan,”Sesungguhnya pakaian berwarna merah itu adalah dua pakaian yang berasal dari Yaman yang dijahit dengan benang berwarna merah dan hitam. Permasalahan hanya karena terdapat benang merah ini sudah diketahui sedangkan apabila seluruhnya berwarna merah maka larangan terhadapnya lebih utama lagi. Disebutkan didalam shahihain bahwa Nabi saw melarang mengenakan sutra yang berwarna merah.” (Subulussalam juz II hal 178 – 179)
Dalam hal pewarnaan pakaian dalam Islam ini ada 2 permasalahan: 
Pertama : Apabila kain dicelup dengan warna merah (Muasfhar).
Kedua : Apabila kain dicelup dengan warna kuning (Muza’far).

Apabila kain dicelup dengan warna merah (muashfar) maka terdapat perbedaan pendapat:
1.Ahmad dan Al Hadawiyah mengharamkannya berdasarkan riwayat dari Amru bin Ash berkata,”Rasulullah SAW melihatku mengenakan dua pakaian dari Muasfaroin. Beliau SAW bersabda,”Sesungguhnya ini adalah diantara pakaian orang-orang kafir maka janganlah kamu memakainya.” (HR. Muslim).
2.Jumhur Sahabat, Tabi’in, Abu Hanifah, Malik dan Syafi’i membolehkannya berdasarkan riwayat dari Baro bin Azib yang mengatakan,”Aku pernah menyaksikan Nabi SAW mengenakan pakaian berwarna merah.” (HR. Bukhori Muslim).
3.Ada riwayat dari Imam Malik yang mengatakan bahwa hal itu adalah makruh tanzih apabila dipakai di kebun, pasar dan tempat-tempat lainnya kecuali di dalam atau halaman rumah. Mereka juga berdalil dengan dalil yang digunakan kelompok kedua.  

Sedangkan apabila kain dicelup dengan warna kuning (muza’far) maka pendapat para Ulama adalah :
1.Abu Hanifah, Syafi’i dan para pengikutnya berpendapat bahwa hal itu haram digunakan baik pada pakaian maupun badan, berdasarkan riwayat dari Anas bin Malik r.a. bahwasanya Rasulullah SAW melarang seorang laki-laki yang menggunakan Za’faron (warna dari kunyit).” (HR. Bukhori, Muslim, Abu Daud). 2.Sebagian ulama ada yang mengatakan bahwa hal itu adalah makruh tanzih berdasarkan riwayat dari Ibnu Umar ra yang berkata,”Aku pernah menyaksikan Nabi saw mencelup dengan warna kuning.”
3.Sebagian ulama yang lain ada yang melarangnya pada saat mengenakan ihram untuk haji atau umroh berdasarkan hadits Ibnu Umar bahwa Nabi saw melarang seorang yang berihram mengenakan kain yang terdapat waros atau za’faron (warna kuning).
4.Imam Malik membolehkan penggunaan warna kuning untuk kain / pakaian dan diharamkan apabila digunakan untuk badan, berdasarkan riwayat dari Abu Musa bahwa Rasulullah saw bersabda, ”Allah tidak menerima shalat seseorang yang dibadannya ada sesuatu dari kholuq (pewangi yang berwarna kuning).”
Dalam hal perpakaian sendiri , aku......alias penulis blog ini memberikan penilaian tentang warna untuk pakaian lelaki ( khusus lelaki lho...., soalnya kalau kaum Hawa yang notabene adalah simbol dari keindahan , maka bagiku asal kelihatan good looking , serasi , nyaman....maka itulah pilihan pakaian yang terbaik baginya ) sebagai berikut :
1. Lelaki yang menyukai pakaian dengan warna biru atau dominan warna biru ; itu terkesan kalem , naturalis , cool
2. Lelaki yang menyukai pakaian dengan warna cream , coklat , stone , beige ; terkesan memiliki kekuatan unsur bumi
3. Lelaki yang menyukai pakaian dengan warna merah tua , terracotta ; terkesan cool , sangar ,jantan
4. Lelaki yang menyukai pakaian dengan warna putih , optical white, broken white; terkesan bersih ,rapi , priyayi
5. Lelaki yang menyukai pakaian dengan warna kuning , merah muda , pink , hijau pupus ; terkesan kemayu , mencari sesnsasi.... ; untuk yang warna merah.....hati-hati disruduk banteng

Penilaian diatas itu murni penilaianku , jadi tetap up to you dalam memilih pakaian yang akan dikenakan , apalagi bila pakaian itu hasil pemberian, hadiah, souvernir , pakaian jatah/seragam....

Demikian tulisanku ini , semoga bermanfaat....Wallahu a'lam bishshowaf

Minggu, 25 Januari 2015

Apakah Narsis termasuk Ujub ( membanggakan diri ) ???

Gbr.1. Berhijabpun juga masih suka narsis....

Pas lihat tanggal terakhir nulis.....Ya Allah....lama nian aku ini gak nulis diblogku ini.....bayangkan hampir 6 bulan atau setengah tahun. Artinya menulis blog itu gak semudah orang narsis atau selfie didepan kamera ; dan tak secepat melemparnya kedunia maya lewat media sosial yang ada
.
Gbr.2 . Kucingpun yang tak kenal kamera bisa narsis

Kali ini aku mau memposting tulisan seputar narsis yang memang lagi jadi trend didunia maya ini.

Sifat narsisisme ada dalam setiap manusia sejak lahir, dan sifat narsisisme dalam jumlah yang cukup akan membuat seseorang memiliki persepsi yang seimbang antara kebutuhannya dalam hubungannya dengan orang lain. Narsisisme memiliki sebuah peranan yang sehat dalam artian membiasakan seseorang untuk berhenti bergantung pada standar dan prestasi orang lain demi membuat dirinya bahagia. Namun apabila jumlahnya berlebihan, dapat menjadi suatu kelainan kepribadian yang bersifat patologis. Kelainan kepribadian atau bisa disebut juga penyimpangan kepribadian merupakan istilah umum untuk jenis penyakit mental seseorang, dimana pada kondisi tersebut cara berpikir, cara memahami situasi dan kemampuan berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi normal. Kondisi itu membuat seseorang memiliki sifat yang menyebabkannya merasa dan berperilaku dengan cara-cara yang menyedihkan, membatasi kemampuannya untuk dapat berperan dalam suatu hubungan. Seseorang yang narsis biasanya memiliki rasa percaya diri yang sangat kuat, namun apabila narsisme yang dimilikinya sudah mengarah pada kelainan yang bersifat patologis, maka rasa percaya diri yang kuat tersebut dapat digolongkan sebagai bentuk rasa percaya diri yang tidak sehat, karena hanya memandang dirinya lah yang paling hebat dari orang lain tanpa bisa menghargai orang lain. (Wikipedia)
 Gbr.3. Liat...berparuh seperti bebekpun dianggap menarik !.

Untuk mengkategorikan apakah seseorang itu mengidap sindrom narsisistik setidaknya paling sedikit harus memiliki 3 dari tanda-tanda berikut ini:
1. Mengharapkan agar orang lain memuji dan menghormati dirinya, hasil kerjanya, atau apa yang ia miliki walaupun pada kenyataannya hal yang ia miliki tersebut bukanlah suatu hal yang luar biasa.
2. Memiliki kebanggaan berlebihan dan perasaan “grandeur” atau kebesaran bahwa dirinya memiliki hubungan dengan tokoh-tokoh yang terkenal. Contohnya selalu mengatakan bahwa dirinya adalah kerabat dari Presiden, atau mengaku sebagai sahabat artis terkenal dalam setiap kesempatan. Namun seringnya hal tersebut merupakan hasil karangan agar orang lain merasa kagum dengan dirinya.
3. Bisa bersifat manipulatif dan menghalalkan segala cara agar orang lain merasa kagum dengan dirinya. Misalnya dengan mengklaim karya orang lain sebagai hasil karya sendiri yang kemudian dibanggakannya kepada orang lain.
4. Merasa tidak rela dan tidak senang jika orang lain memiliki kelebihan dari dirinya (iri hati), dan berusaha keras untuk melebihi orang tersebut.
5. Menyukai gaya hidup yang mewah, dan selalu mengikuti trend walaupun sebenarnya diluar batas kemampuannya. Hal ini dilakukan agar dirinya dipandang “lebih” dari orang lain.
6. Haus akan perhatian dari orang-orang sekitarnya (self-centered), dan berusaha agar orang lain mau melakukan apa yang ia inginkan.
7. Sangat sensitif dan sangat tidak suka jika dikritik oleh orang lain, dan akan membalasnya secara kasar. Jika dikritik, maka pikiran mereka akan selalu dibayangi oleh kritikan tersebut. Membuat mereka merasa sangat dipermalukan dan down.
8. Merasa dirinya lebih superior daripada orang lain, baik dalam hal kepandaian, kekayaan, maupun gaya hidup. Padahal sebenarnya tidak.
9. Memiliki rasa penolakan (rasa gengsi) yang tinggi terhadap hal-hal yang dianggap di bawah standar yang ditentukannya.
10. Merasa bahwa dirinya adalah orang yang sangat penting yang harus dilibatkan dalam kehidupan orang lain, serta kurangnya empati (kepekaan) terhadap orang lain.
11. Memiliki rasa percaya diri yang berlebihan dan terkesan arogan terhadap lingkungan sekitarnya.
12. Kebanyakan individu dengan kepribadian narsisistik adalah individu yang ambisius, kurang peduli dengan keadaan sekitarnya/orang lain, sangat kompetitif, dan terkadang suka mencari perhatian.
Demikian penjelasan mengenai narsis dalam pandangan psikologi umum



Kesamaan Narsis dan Ujub
Pertanyaannya, apakah dalam gejala-gejala narsisme ini sama dengan istilah ujub yang termasuk dalam akhlak tercela? Dalam hidup, manusia akan senantiasa dihadapkan ujian oleh Allah. Ujian itu bisa berubah hal-hal yang sifatnya positif dalam pandangan manusia atau hal yang negatif seperti musibah. Hanya saja kebanyakan manusia tidak menyadari bahwa kenikmatan, keelokan paras, harta benda dan kekayaan, dan semisalnya sebagai sebuah ujian.
Wajah elok, kekuatan fisik, keturunan ningrat, ajengan, jabatan prestise, kekayaan, prestasi dan karya seseorang adalah karunia Allah sekaligus ujian. Apakah manusia mau mengakuinya atau mengingkarinya. Jika manusia lupa semua itu sebagai kenikmatan dari Allah dan membanggakan dirinya maka itulah yang disebut ujub. Ujub adalah penyakit rohani berbahaya karena memalingkan dari syukur.
Ujub berasal dari kata “العُجْب” yang secara bahasa memiliki beberapa arti; Merasa gembira dan merasa baik, menarik, mempesona dan Merasa tinggi dan hebat.  (At-Taubah: 25)
{ولأمة مؤمنة خير من مشركة ولوأعجبتكم}.
“Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu.”  (Al-Baqarah: 221)
Dalam istilah ulama akhlak ujub adalah perasaan senang, gembira dan bangga atas dirinya atau karena ucapan dan pekerjaan tanpa ada unsur melecehkan orang dalam bentuk tindakan nyata. Jika ada unsur tindakan yang melecehkan orang dalam tindakan nyata maka maka itu takabur. Sebagian ulama menambahkan ujub diikuti oleh perasaan lupa dan lalai atas nikmat Allah yang dia banggakan.
Ujub dilarang dalam Islam dan salah satu jenis syirik. Ibnu Taimiyah: “Kebanyakan riya’ lahir karena ujub. Riya masuk syirik kepada Allah dan ujub masuk syirik terhadap jiwa (diri). Orang riya tidak menerapkan “iyyaka na’budu” orang yang ujub tidka menerapkan “iyyaka nastain”.
Imam Al-Ghazali, “Ketahuilah bahwa ujub itu tercela di dalam kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya Sallalahu Alaihi Wassalam. Allah berfirman,
 “Dan di peperangan Hunain, tatkala jumlah yang banyak telah membuat kalian bangga diri. Namun itu tidak memberikan manfaatkan kepada kalian.” (At-Taubah: 25)
Allah mengecam sikap bangga diri merasa besar dan banyak jumlahnya padahal itu tidak memberikan manfaat apapun kepada mereka.
Al-Qurthubi berkata, “Ujub adalah seseorang mengamati dirinya dengan persepsi kesempurnaan dengan melupakan nikmat Allah. Jika itu diikuti dengan menghinakan dan meremehkan orang lain maka itu takabur.”
Namun berpenampilan baik dan bagus secara fisik tidak selalu disebut bangga diri dan ujub jika itu semata-mata karena menjaga kebersihan dan kepantasan. Sesungguhnya seluruh orang yang sombong akan dikumpulkan pada hari kiamat bagaikan semut yang diinjak-injak manusia.” Ada seseorang yang bertanya: “Wahai Rasulullah, bukankah seseorang itu ingin agar baju yang dikenakannya bagus, sandal yang dipakainya juga bagus?” Rasulullah menjawab: “Sesungguhnya Allah itu Maha Indah, dan menyukai keindahan, hakikat sombong itu ialah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu)
 Gbr.4. Berselfie dengan pose narsis yang membahayakan jiwa...


Ada kesamaan antara narsis dengan ujub, baik dalam ilmu psikologi umum atau dalam psikologi Islam sama-sama dipandang sebagai penyakit kejiwaan seseorang. Keduanya sama-sama memandang sebagai fenomena kejiwaan yang bersifat negatif. Gejala-gejala narsis dan ujub yang disebutkan oleh pakar psikologi umum dan para ulama Islam juga hampir sama, meski sebagiannya masih merupakan gejala awal belum menjurus kepada ujub yang dilarang.
Semoga tulisan ini berkenan dan bermanfaat. Wallahu a'lam bishshowaf.

Senin, 29 September 2014

Dari Rakyat , Oleh Rakyat dan Untuk Rakyat

Begitulah slogan demokrasi kerakyatan yang ada dinegeri kita ini , namun apakah slogan itu sudah berjalan dengan semestinya ? , maka kubilang : " No alias durung alias belom " , kenapa ?, karena rakyat dalam hal ini masih banyak yang mengeksploitir , masih banyak yang di bujuki , digiring , digembosi untuk kepentingan-kepentigan yang memang secara apik dikemas serasa bagai untuk kepentingan rakyat , menomor-satukan rakyat sebagai pelaku utama demokrasi yang mandiri yang sudah faham dan menjalankan sesuai hati nurani seutuhnya.
Pada kenyataannya adalah : Suara rakyat bisa dibeli dengan amplop yang berisi uang  , suara rakyat ada yang bisa dipakai oleh mereka yang berniat memakainya ketika yang punya suara tak memakainya , suara rakyat bisa juga diarahkan dengan dibujuk kata-kata manis , janji-janji manis , dan lain-lain.
Sekarang ini memang lagi ricuh akan PILKADA LANGSUNG yang telah dikalahkan telak oleh PILKADA via DPR/DPRD , yang menghendaki PILKADA LANGSUNG meradang marah ketika tahu bahwa cita-citanya kalah , dan mulai berupaya menggunakan kekuatan rakyat untuk menggantinya , tentu saja kekuatan rakyat yang bisa dibeli dan dikendalikan.
Makanya di FBku aku buat status sebagai berikut :
Pada tanggal 26 September 2014 , kubuat status di facebook : "Negeri ini lagi ricuh tentang Pemilihan Kepala Daerah itu secara PILKADA LANGSUNG atau dipilih DPRD ....., bagiku ini seperti lingkaran setan semua punya kepentingan, dan kembalinya juga pada akhirnya ke rakyat lagi. Anggota DPRD pada waktu nyaleg yang milih juga rakyat , dan gak dapat dipungkiri mereka juga jor-joran dana yang entah dari pribadi, relawan, sponsor yang mereka gelontorkan untuk mencari simpati dari rakyat....sampai mereka kepilih sebagai wakil rakyat di DPRD( dari rakyat yang dapat kepincut karena sdh diberi ini-itu saat kampanye ) ; terus bila PILKADA LANGSUNG juga sebenarnya sama, yang nyalon sebagai pimpinan daerah juga jor-joran dana entah itu dari dana pribadi,relawan, maupun sponsor yang pada akhirnya mereka gelontorkan untuk mencari simpati rakyat agar mau memilihnya. Sama yaaa.....bedanya kalo Kepala Daerah pasti jelas lebih edan besarnya dana yang harus digelontorkan dibandingkan dengan nyaleg DPRD untuk mencari simpatisan dari rakyat. Bagi negara mungkin PILKADA LANGSUNG akan menambah beban biaya penyelenggaraannya karena Negara harus mengadakan PEMILU PILKADA LANGSUNG...,KPU kerja lagi dana lagi ,kampanye lagi, nyetak kartu suara, mbentuk TPS,PPS,sampai pasa hari H pemilihan yaaa meliburkan karyawan, pegawai,dll..... ; jadi enaknya gimana wong kalau rakyat sadar dan pandai serta merasa bahwa DPRD itu penjelmaan rakyat. dipilih rakyat , dan untuk mewakili rakyat ?....yaaaaa aku hanya bisa melihat, mendengar saja....."
Dan masih pada tanggal 26 September 2014 , ada lagi statusku : "
Takkandani yow....dikenyataan banyak rakyat yang gak kenal siapa Bupatinya , siapa Walikotanya , bahkan siapa Lurahnya...meskipun yang namanya PILKADA LANGSUNG telah berjalan beberapa episode ; satu-satunya yang rakyat tau dan kenal banget pimpinan diwilayahnya dari hasil PILKADA LANGSUNG adalah ketua RT (rukun Tetangga) , dan kalopun ada yang sampai gak kenal yow kebangeten banget..... "
Banyak yang komentar baik itu yang pro maupun kontra...
Nah.....salah satu jawaban komentarku sendiri  pada tanggal 28 September 2014 adalah  sebagai berikut : " he he he he.....kalo digambaranku yaaa.....PILKADA LANGSUNG jelas lebih boros karena Pemerintah menyelenggarakan pemilu (menurut Bu Suyekti Miratno ) jika 1 kabupaten aja bisa nelan 30 M , wuuuiiiih eman banget to yow....., belom calon-nya sendiri juga akan jor-joran dana u/ narik simpatisan ( dana itu bisa dari pribadi , sponsor, relawan , partai pengusung,dll ) yg tentunya juga akan minta umpan balik jika si calon KADA jadi , btw....KADA yg hasil PILKADA LANGSUNG ada berapa ya yg kena kasus KKN ??? ; nah kalo dipilih melalui DPR/DPRD kayaknya gak perlu pemilu (lebih hemat) , nah kalau yg ditakutkan misalnya nantinya KADA jadi sapi perahnya DPR/DPRD, yaaa tinggal laporkan yg berwenang atau mutung mundur diri daripada diperas ; Nah kalau ada yang bilang bahwa pemilihan KADA yg dipilih DPR/DPRD itu ibarat mengkebiri demokrasi rakyat....,itu juga aneh , bukankah DPR/DPRD itu orang-orang yang dipilih oleh rakyat secara langsung secara demokrasi???, bukankah dengan dipilih DPR/DPRD artinya lebih simple , rakyat bisa fokus kerja , kantor2 gak tutup saat pemilu , gak ada kampanye yang kebanyakan isinya orang2 itu saja yang dibayar amplopan , dll.... ; itu semua menurut aku lho....; aku siiy yaaa seneng2 aja bila PILKADA LANGSUNG dimana calonnya 5 artinya bisa dapat 5 amplop , walaupun nantinya bisa jadi aku gak milih , tapi milih turu ning omah daripada nekani antri ning TPS alias golput....."
kenapa yaaa aku koq hanya merasa  begini.....pada Pemilihan Legislatif , rakyat telah melakukan pesta demokrasi secara langsung untuk memilih para wakil rakyat , sampai pada akhirnya mereka yang terpilih sudah resmi jadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat......dicatat yaaa .. rakyat telah memilih wakilnya secara langsung. Nah sekarang ada UU yang menyatakan bahwa Kepala Daerah dipilih langsung oleh DPRD yang notabene adalah wakil rakyat sendiri , lha koq jadi pada ribut.....sampai ada yang mengatakan mengkebiri azas demokrasi rakyat. lhooooh.....koq bisa ? , bukankah rakyat telah mewakilkan dirinya pada anggota DPR/DPRD yang dipilihnya saat pemilu legislatif....., lhooooh.....bener khan ??? , kalo salah.....wualaaaah, kalau inginnya rakyat (semua rakyat yg sdh memiliki hak pilih) yang memilih langsung seorang Kepala Daerahnya,....yaaaa kalo gitu gak perlu ada partai , gak perlu ada DPR atau DPRD , rakyat cukup memilih Presiden , dan Presiden terpilih jadi wakil penjelmaan seluruh rakyat , sehingga Presiden berhak memilih pembantunya(menteri-menteri-nya ) secara sendiri , toh Presiden jadi penguasa hakiki yang merupakan penjelmaan seluruh rakyat negeri ini , apapun tingkah-lakunya yaaa itu dapat restu dari rakyat , bener gitu ????, pasti ada yang membenarkan , dan ada juga yang menyalahkan. lewat tulisan ini.....kuberitahu yaaa bahwa bisa saja seseorang itu berpartai A , namun dikenyataan hidup dalam memilih pimpinannya , dia bisa saja tak memilih pimpinan kepala daerah yang berasal dari partainya. Aku yakin....hal ini pasti banyak. Jadi kalau begitu rakyat plin-plan ? , bisa ya...bisa tidak...., semua tergantung kondisi yang bisa mempengaruhi dia jadi rakyat yang munafik atau tidak. Besarnya rupiah dalam amplop , manisnya janji-janji saat kampanye bisa jadi suatu hal yang mempengaruhi pola pikir rakyat dalam memilih seoarang Kepala daerahnya.
Jadi banyaknya kasus  yang melilit Kepala Daerah , dan kasus-kasus yang mencoreng demokrasi dinegeri ini siapa yang salah....???, kembali  tentunya ke rakyat...., karena rakyat bisa dibeli dgn sesuatu.
Cobalah introspeksi , bisa jadi tulisanku yang sepintas lalu ini salah...., maka kuminta adakah yang bisa memberiku kritik dan saran dalam bahasan ini??? . Semoga bermanfaat khususnya bagi negeriku yang tercinta ini....INDONESIA

Kamis, 29 Mei 2014

Rajab Bulan Sedekah ??, "oh tidak...., karena akan lebih baik bagimu sesering mungkin bersedekah"

Dan ada sebagian dari kita menyeru bahwa bulan Rajab adalah bulan paling baik untuk bersedekah terutama untuk anak yatim sehingga banyak dijumpai saudara-saudara kita berbondong-bondong menuju panti asuhan anak yatim-piatu bahkan ada yang ke panti jompo untuk menunjukkan pada sesama bahwa mereka telah melakukan anjuran tersebut....hmmm baik itu yang terang-terangan maupun yang terselubung ; Dan...oleh karena itu di bulan Rajab ini sehingga banyak seruan dan himbauan gar kita meningkatkan frekwensi bersedekah dibulan Rajab ini.  Dan kata aku setiap hari , setiap waktu ada kebaikan untuk bersedekah .

Islam mengajarkan pada kita agar kita melatih diri untuk berinfak dan bersedekah, dengan sekecil apapun. Karena infak dan sedekah sangat memberi pengaruh dan keberuntungan ke dalam kehidupan kita di dunia dan akhirat. Bahkan di dalam hadis banyak disebutkan bahwa jika kita punya harapan untuk mencapai hajat tertentu, kita diperintahkan memulainya dengan sedekah.
Yang harus kita yakini adalah bahwa setiap perbuatan manusia akan berwujud makhluk. Yang negatif akan menghantam kehidupannya, yang positif akan membantunya di dunia dan akhirat. Hanya saja mata indrawi kita melihatnya. Hal ini banyak disebutkan di dalam hadis Nabi saw dan Ahlul baitnya (sa) bahwa perbuatan manusia akan berwujud makhluk. Tentang pengaruh infak dan sedekah berikut ini hadis-hadis Rasulullah saw dan Ahlul baitnya (sa):
Dampak sedekah terhadap kematian
Rasulullah saw bersabda:
“Sedekah dapat menolak kematian yang buruk.” (Al-Wasail 6: 255, hadis ke 2)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
Pada suatu hari orang yahudi lewat dekat Rasulullah saw, lalu ia mengucapkan: Assam ‘alayka (kematian atasmu). Rasulullah saw menjawab: ‘Alayka (atasmu). Lalu para sahabatnya berkata: Ia mengucapkan salam atasmu dengan ucapan kematian, ia berkata: kematian atasmu. Nabi saw bersabda: “Demikian juga jawabanku.” Kemudian Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya orang yahudi ini tengkuknya akan digigit oleh binatang yang hitam (ular dan kalajengking) dan mematikannya. Kemudian orang yahudi itu pergi mencari kayu bakar lalu ia membawa kayu bakar yang banyak. Rasulullah saw belum meninggalkan tempat itu yahudi tersebut lewat lagi (belum mati). Maka Rasulullah saw bersabda kepadanya: “Letakkan kayu bakarmu.” Ternyata di dalam kayu bakar itu ada binatang hitam seperti yang dinyatakan oleh beliau. Kemudian Rasulullah saw bersabda: “Wahai yahudi, amal apa yang kamu lakukan? Ia menjawab: Aku tidak punya kerjaan kecuali mencari kayu bakar seperti yang aku bawa ini, dan aku membawa dua potong roti, lalu aku makan yang satu potong dan satu potong yang lain aku sedekahkan pada orang miskin. Maka Rasulullah saw bersabda: “Dengan sedekah itu Allah menyelamatkan dia.” Selanjutnya beliau bersabda: “Sedekah dapat menyelamatkan manusia dari kematian yang buruk.” (Al-Wasail 6: 267, hadis ke 4)
Muhammad bin Muslim berkata: Pada suatu hari aku pernah bersama Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berada di dalam masjid Rasulullah saw, kemudian jatuhlah potongan kayu masjid dan mengenai seseorang tapi tidak membayakannya padahal mengenai kakinya. Kemudian Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata: “Tanyakan padanya apa yang dia amalkan.” Kemudian ia bertanya kepadanya, dan ia berkata: tadi aku keluar rumah dan membawa beberapa buah korma di sakuku, saat aku berjumpa dengan seorang pengemis aku sedekahkan padanya sebuah korma. Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata: “Dengan sedekah itu Allah menyelamatkanmu.” (Al-Wasail 6: 269, hadis ke 6)

Dampak sedekah terhadap penambahan rizki
Rasulullah saw bersabda:
“Bersedekahlah kalian, karena sesungguhnya sedekah dapat menambah harta yang banyak. Maka bersedekahlah kalian, niscaya Allah menyayangi kalian.” (Al-Wasail 6: 255, hadis ke 11)
Rasulullah saw bersabda:
“Sebaik-baik harta seseorang dan simpanannya adalah sedekah.” (Al-Wasail 6: 257, hadis ke 14)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Mohon datangkan rizki dengan sedekah, barangsiapa yang meyakini hari esok ia akan bersikap dermawan dengan pemberian, sesungguhnya Allah menurunkan pertolongan sesuai dengan kadar hari ini.” (Al-Wasail 6: 255)
Dampak sedekah terhadap hal-hal yang bahaya
Rasulullah saw bersabda:
“Mulai pagi harimu dengan sedekah, barangsiapa yang memulai pagi harinya dengan sedekah ia tidak akan terkena sasaran bala’.” (Al-Wasail 6: 257, hadis ke 15)
Imam Ja’far sh-Shadiq (sa) berkata:
“Obati penyakitmu dengan sedekah, tolaklah bala’ dengan doa, dan mohon datangkan rizkimu dengan sedekah, karena sesungguhnya sedekah dapat mengusir tujuh ratus setan dari depan dagu…” (Al-Wasail 6: 260, hadis ke 1)
Dampak Infak terhadap keimanan
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Tidaklah sempurna keimanan seorang hamba sehingga ia melakukan empat hal: Berakhlak baik, bersikap dermawan, menahan karunia dari ucapan, dan mengeluarkan karunia dari hartanya.” (Al-Wasail 6: 259, hadis ke 21)
Tangan Allah
Rasulullah saw bersabda:
“Tangan itu ada tiga: tangan Allah paling atas, tangan pemberi yang berikutnya, dan tangan peminta paling bawah. Maka berikan karuniamu dan jangan lemahkan dirimu.” (Al-Wasail 6: 263, hadis ke 4)
Bersedekahlah walaupun Sedikit
Rasulullah saw bersabda:
“Berdekahlah walaupun segantang korma, walaupun sebagian dari segantang, walaupun segenggam korma, walaupun sebiji korma, walaupun separoh korma. Barangsiapa yang belum mendapatkannya maka bersedakahlah dengan ucapan yang baik. Karena sesungguhnya kamu akan menjumpai Allah dan Dia akan bertanya kepadamu: ‘Apakah Aku belum berbuat sesuatu untukmu? Apakah Aku belum menciptakan pendengaran dan penglihatan untukmu? Apakah Aku belum mengkaruniakan padamu harta dan anak? Kamu tentu akan menjawab: Tidak (semuanya sudah). Kemudian Allah swt berfirman: ‘Lihatlah apa yang telah kamu lakukan pada dirimu. Kemudian ia akan melihat apa yang telah ia lakukan, ia melihat ke depan dan ke belakang, ke kanan dan ke kiri. Maka saat itulah ia tidak akan mendapatkan sesuatu pun yang dapat menjaga wajahnya dari api neraka.” (Al-Wasail 6: 264, hadis ke 1)
Sepotong Roti dengan Sepotong daging anak
Imam Ali Ar-Ridha (sa) berkata:
Pada suatu masa menim pada pada Bani Israil musim kemarau panjang beberapa tahun berturut-turut. Saat itu ada seorang ibu memiliki sepotong roti, ia meletakkan di mulutnya untuk dimakan, lalu datanglah seorang pengemis dan berkata: wahai hamba Allah, aku lapar. Ibu itu berkata: Apakah saatnya zaman seperti ini bersedekah? Kemudian ia mengeluarkan sepotong roti itu dari mulutnya, lalu memberikan pada pengemis itu. Saat itu anaknya sedang mencari kayu bakar di padang pasir, lalu datanglah srigala dan membawa anak itu. Kemudian terjadilah teriakan, sang ibu terkejut lari ketakutan akan bahaya srigala. Maka Allah mengutus malaikat Jibril, lalu ia mengeluarkan anak itu dari mulut srigala dan memberikan pada ibunya. Jibril berkata pada sang ibu: wahai hamba Allah, apakah kamu ridha? sepotong roti digantikan dengan sepotong daging (keselamatan anakmu).” (Al-Wasail 6: 264, hadis ke 4)
Allah Yang Mengambil Sedekah
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata bahwa Allah swt berfirman:
“Segala sesuatu Aku wakilkan pada orang selain-Ku untuk menggenggamnya kecuali sedekah, Aku sendiri dengan tangan-Ku yang mengambilnya, sekalipun seseorang bersedekah dengan satu biji korma atau sebelah biji korma. Kemudian Aku menambahkan baginya sebagaimana ia menambahkan sebelum meninggalkan. Kemudian saat ia datang pada hari kiamat ia mendapat pahala seperti pahala perang Uhud bahkan lebih besar dari pahala perang Uhud.” (Al-Wasail 6: 265, hadis ke 7)
Awali Pagi hari dengan Sedekah
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Awali pagi harimu dengan sedekah, gemarlah bersedekah. Tidak ada seorang mukmin pun yang bersedekah karena mengharapkan apa yang ada di sisi Allah untuk menolak keburukan yang akan turun dari langi ke bumi pada hari itu, kecuali Allah menjaganya dari keburukan apa yang akan turun dari langit ke bumi pada hari itu.” (Al-Wasail 6: 267, hadis ke 3)
Sedekah dapat Merubah Takdir
Rasulullah saw berwasiat kepada Ali bin Abi Thalib (sa):
Wahai Ali, sedekah itu dapat menolak takdir mubram (yang telah ditetapkan). Wahai Ali, silaturahim dapat menambah umur. Wahai Ali, tidak ada sedekah ketika keluarga dekatnya membutuhkan. Wahai Ali, tidak ada kebaikan dalam ucapan kecuali disertai perbuatan, dan tidak ada sedekah kecuali dengan niat (karena Allah).” (Al-Wasail 6: 267, hadis ke 4)
Sedekah Penolak hari Nahas
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Antara aku dan seseorang punya perhitungan tentang bumi. Orang itu ahli nujum, ia sengaja keluar rumah untuk suatu urusan pada saat “Al-Su’ud” (bulan berada di manazil Al-Su’ud), dan aku juga keluar rumah pada hari nahas. Lalu kami menghitungnya, lalu keluarlah untukku dua perhitungan yang baik. Kemudian orang itu memukulkan tangan kanannya pada tangan kirinya, kemudian berkata: Aku belum pernah sama sekali melihat hari seperti hari ini. Aku berkata: Celaka hari yang lain dan hari apa itu? Ia berkata: Aku ahli nujum, aku datang padamu pada hari nahas, aku keluar rumah pada saat Al-Su’ud, kemudian kami menghitung, lalu keluarlah untuk Anda dua perhitungan yang baik. Ketika itulah aku berkata kepadanya: “Tidakkah aku pernah menyampaikan suatu hadis yang disampaikan padaku oleh ayahku? Yaitu Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang ingin diselamatkan oleh Allah dari hari nahas, maka hendak mengawali harinya dengan sedekah, niscaya Allah menyelamatkannya dari hari nahas itu. Barangsiapa yang ingin diselamatkan oleh Allah dari malam nahas, maka hendaknya mengawali malamnya dengan sedekah niscaya ia diselamatkan dari malam nahas itu. Kemudian aku berkata: “Sesungguhnya aku mengawali keluar rumah dengan sedekah; ini lebih baik bagimu daripada ilmu nujum.” (Al-Wasail 6: 273, hadis ke 1)
Sedekah di Malam hari dan Siang hari
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Sesungguhnya sedekah di malam hari dapat memadamkan murka Allah, menghapus dosa besar dan mempermudah perhitungan amal; sedekah di siang hari dapat menumbuhkan harta dan menambah umur.” (Al-Wasail 6: 273, hadis ke 2)

Sedekah yang tersembunyi
Rasulullah saw bersabda:
“Sedekah yang tersembunyi dapat memadamkan murka Allah swt.” (Al-Wasail 6: 275, hadis ke 1)
Imam Ali bin Abi Thalib (sa):
“Sesungguhnya tawassul yang paling utama adalah bertawasul dengan keimanan kepada Allah …, dengan silaturrahim karena hal ini dapat menumbuhkan harta dan menambah umur; dengan sedekah yang tersembunyi karena hal ini dapat menghapuskan kesalahan dan memadamkan murkan Allah Azza wa Jalla; dengan amal-amal yang ma’ruf (kebajikan) karena hal ini dapat menolak kematian yang buruk dan menjaga dari pertarungan kehinaan…” (Al-Wasail 6: 275, hadis ke 4)
Ahlul bait Nabi saw imam bagi para dermawan
Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata:
“Dalam kegelapan malam Ali bin Husein (sa) sering keluar rumah, membawa dan diletakkan di pundaknya kantongan yang berisi uang dinar dan dirham, kadang-kadang memikul di pundaknya karung yang berisi makanan atau kayu bakar. Ia mendatangi dan mengetok dari pintu ke pintu. Ia memberi setiap orang yang keluar dari pintu itu. Ia menutupi wajahnya ketika mendatangi rumah orang fakir agar ia tidak mengenalnya. Ketika beliau wafat mereka merasa kehilangan hal itu, dan mereka baru tahu bahwa yang sering mengetok pintunya itu adalah Ali bin Husein (sa). Ketika jenazahnya dimandikan kelihatan di pundaknya membekas hitam seperti pundak onta, karena seringnya memikul karung di pundaknya mendatangi rumah-rumah kaum fakir dan miskin.
Pada suatu hari beliau keluar rumah membawa selengdang sutera. Kemudian datang seorang pengemis, beliau kalungkan selendang itu padanya lalu beliau pergi dan meninggalkannya. Kebiasaan beliau membeli kain sutera di musim dingin, jika datang musim panas beliau menjualnya dan mensedekahkan uangnya…
Di Madinah ada seratus keluarga Ahlul bait yang fakir. Mereka ta’ajjub terhadap beliau, karena beliau datang membawakan makanannya untuk anak-anak yatim, orang-orang yang sengsara, orang-orang sakit yang merana, dan orang-orang miskin yang tak berdaya. Beliau memberikan kepada mereka dengan tangannya sendiri. Jika ada keluarga dari mereka, beliau sendiri yang membawakan makanan pada keluarganya. Beliau tidak pernah makan sebelum memulai dan bersedekah seperti yang beliau makan.” (Al-Wasail 6: 276, hadis ke 8)
Sufyan bin ‘Ayniyah bercerita bahwa Az-Zuhri pernah melihat Ali Zainal Abidin (sa) berjalan kaki di malam yang dingin dalam kondisi hujan, memikul di pundaknya tepung gandum dan kayu bakar. Az-Zuhri bertanya kepadanya: Duhai putera Rasulullah, apa ini? Beliau menjawab: “Aku ingin safar (melakukan perjalanan) yang telah dijanjikan yaitu mencari bekal untuk aku bawa ke tempat yang terjaga.
Az-Zuhri berkata: Ini pembantuku, biarlah dia yang menggantikanmu untuk membawanya, tapi beliau menolak tawaranku.
Az-Zuhri berkata: Aku saja yang akan menggantikanmu untuk membawanya, dengan rasa hormatku padamu biarlah aku yang membawanya.
Ali Zainal Abidin berkata: Aku tidak memikirkan kehormatanku untuk sesuatu yang menyelamatkan diriku dalam safarku, yang kuinginkan sangatlah baik untuk bekal perjalanan kepulanganku. Dengan hak aku mohonkan untukmu, semoga Dia memperkenankan hajatmu, silahkan tinggalkan aku.
Kemudian Az-Zuhri meninggalkan beliau.
Beberapa hari berikutnya Az-Zuhri berkata kepada beliau: Wahai putera Rasulullah, aku belum bisa merasakan dampak perjalanan yang pernah engkau ceritakan itu.
Beliau berkata: Baiklah wahai Zuhri, tidak lain yang aku maksudkan hanyalah kematian. Untuk itu aku persiapkan. Tidak lain mempersiapkan untuk kematian adalah menjauhi segala yang haram, mencurahkan segala kemampuan untuk kedermawanan dan kebajikan. (Al-Wasail 6: 279, hadis ke 5)
Tangan Pemberi bersentuhan dengan tangan Allah
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Tidak ada sesuatu pun yang paling memberatkan setan daripada bersedekah kepada seorang mukmin. Karena tangannya bersentuhan dengan tangan Allah swt sebelum bersentuhan dengan tangan hamba-Nya.” (Al-Wasail 6: 283, hadis ke 1)
Dikisahkan bahwa Imam Ali Zainal Abidin (sa) mencium tangannya setelah memberikan sedekah. Lalu beliau ditanyai tentangnya. Beliau menjawab: “Karena tangan itu bersentuhan dengan tangan Allah sebelum bersentuhan dengan tangan penerimanya.” (Al-Wasail 6: 303, hadis ke 2)
Rasulullah saw bersabda:
“Tidaklah ada sedekah seorang mukmin kecuali tangannya bersentuhan dengan tangan Allah sebelum bersentuhan dengan tangan pemintanya. Kemudian beliau membacakan firman Allah swt: ‘Tidakkah mereka mengetahui bahwasanya Allah menerima taubat hamba-hamba-Nya dan menerima sedekah.” (At-Taubah: 104). (Al-Wasail 6: 303, hadis ke 3)
Rasulullah saw bersabda:
“Bersedekah sepuluh, memberi pinjamanan modal delapan belas, bersilaturrahim pada ikhwan dua puluh, dan silaturahim pada kerabat dua puluh empat.” (Al-Wasail 6: 286, hadis ke 2)
Peminta tidak boleh ditolak
Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata:
“Berilah peminta-minta walaupun hanya dinaikkan ke atas punggung kuda (numpang naik kendaraan)” (Al-Wasail 6: 290, hadis ke 1)
Beliau juga berkata:
“Sekiranya seorang pemberi mengetahui sesuatu yang ada dalam pemberiannya, niscaya ia tidak akan menolak seorang pun peminta-minta.” (Al-Wasail 6: 290, hadis ke 2)
Berbagi rasa Persaudaraan
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Sesungguhnya di antara yang sangat ditekankan oleh Allah terhadap hamba-Nya dalam kewajiban adalah tiga hal: Sikap adil seorang mukmin terhadap dirinya sehingga ia tidak meridhai saudaranya kecuali apa yang ia ridhai untuk dirinya, berbagi rasa persaudaraan dalam hartanya, mengingat Allah dalam segala keadaan, tidak hanya bertasbih dan bertahmid kepada Allah tetapi juga menjauhi segala yang diharamkan oleh Allah.” (Al-Wasail 6: 298, hadis ke 1)
Pengikut Ahlul Bait (sa) dan Kaum Fakir
Muhammad bin ‘Ajlan berkata: Pada suatu hari aku bersama Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa), lalu datanglah seseorang dan mengucapkan salam.
Kemudian Imam bertanya: Bagaimana saudara-saudaramu di masyarakatmu?
Ia menjawab: mereka baik akhlaknya, bersih prilakunya, dan mereka sangat terpuji.
Imam bertanya: Bagaimana tentang kunjungan orang-orang yang kaya pada orang-orang yang fakir?
Ia menjawab: Sedikit sekali.
Imam bertanya: Bagaimana tentang keperdulian orang-orang kaya terhadap orang-orang yang fakir?
Ia menjawab: Sedikit sekali.
Imam bertanya: Bagaimana tentang silaturrahim orang-orang yang kaya pada orang-orang yang fakir sehubungan dengan harta yang mereka miliki?
Ia menjawab: Engkau menanyakan akhlak yang sangat sedikit dilakukan di kalangan kami.
Imam menjawab: Bagaimana mungkin mereka mengaku pengikut Ahlul bait Nabi saw?
(Al-Wasail 6: 290, hadis ke 3)
Abu Ismail berkata: aku pernah bertanya kepada Imam Muhammad Al-Baqir (sa): Jadikan aku tebusanmu, para pengikut Ahlul bait (sa) di masyarakat kami banyak sekali. Imam Muhammad Al-Baqir (sa) bertanya: Apakah yang kaya bersikap kasih sayang pada yang fakir? Dan apakah orang yang berbuat baik memaafkan pada yang berbuat salah, dan saling menghibur di antara mereka? Aku menjawab: Tidak. Beliau berkata: “Bukan, mereka bukan pengikut Ahlul bait (sa). Pengikut Ahlul bait (sa) melakukan hal itu.” (Al-Wasail 6: 299, hadis ke 4)
Jangan Menyebut-nyebut Pemberian
Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai bagiku dan para washiku dari keturunanku juga bagi para pengikut mereka sesudahku: Bersikap sia-sia dalam shalat, berkata kotor dalam puasa, menyebut-nyebut pemberian sesudah bersedekah, mendatangi masjid dalam keadaan junub (hadas), memandang pintu kamar orang lain, dan tertawa di kuburan.” (Al-Wasail 6: 316, hadis ke 4)
Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang bersedekah kepada saudaranya kemudian menyebut-nyebut pemberiannya, maka Allah membatalkan amalnya, dan menetapkan bebannya serta tidak berterima kasih atas usaha.” Kemudian beliau bersabda bahwa Allah Azza wa Jalla berfirman: “Aku mengharamkan surga atas orang yang menyebut-nyebut pemberiannya, orang yang bakhil, dan mengadu-domba (namimah). Ingatlah, barangsiapa yang bersedekah dengan suatu sedekah, maka baginya timbangannya setiap dirham seperti gunung Uhud dari kenikmatan surga. Dan barangsiapa yang berjalan untuk mengantarkan sedekah pada orang yang membutuhkan, maka baginya juga pahala seperti pemberinya tanpa sedikit pun mengurangi pahalanya.” (Al-Wasail 6: 316, hadis ke 5)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Barangsiapa yang berbuat kebajikan kepada seorang mukmin kemudian menyakiti dengan ucapan atau menyebut-nyebut pemberiannya, maka Allah membatalkan sedekahnya.” (Al-Wasail 6: 317, hadis ke 9)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Orang yang beriman memiliki empat tanda: wajahnya berseri-seri, lisannya lembut, hatinya penyayang, dan tangannya pemberi.” (Al-Wasail 6: 321, hadis ke 2)
Berbuatlah Kebajikan
Rasulullah saw bersabda:
“Setiap kebajikan itu sedekah.” (Al-Wasail 6: 321, hadis ke 1)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) menjelaskan tentang firman Allah swt surat An-Nisa’ 114:
“Tidak ada kebaikan dalam bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat yang ma’ruf, atau mendamaikan di antara manusia.” Beliau berkata: yang dimaksud dengan berbuat yang ma’ruf adalah memberi qiradh (pinjaman modal dengan bagi hasil).” (Al-Wasail 6: 321, hadis ke 2)
Memberi Makanan
Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata:
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mencintai orang yang memberi makan … (Al-Wasail 6: 328, hadis ke 2)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Di antara amal yang paling dicintai oleh Allah Azza wa Jalla adalah mengenyangkan orang mukmin yang lapar, atau meringankan deritanya atau menunaikan hutangnya.” (Al-Wasail 6: 328, hadis ke 3)
Menjernihkan Iman
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Sebaik-baik kalian adalah yang dermawan dan seburuk-buruk kalian adalah yang bakhil. Barangsiapa yang ingin jernih imannya bersedekalah pada saudaranya dan berusaha memenuhi kebutuhannya. Sesungguhnya orang yang bersedekah pada saudaranya ia dicintai oleh Yang Maha Pengasih, dan saat yang sama mengusir setan, selamat dari neraka dan masuk surga.” Kemudian beliau berkata kepada Jamil: Wahai Jamil, sampaikan hal ini pada sahabat-sahabatmu yang mulia! Jamil bertanya: Siapakah sahabat-sahabatku yang mulia? Beliau menjawab: “Mereka yang berbuat kebajikan (bersedekah) pada saudara-saudaranya dalam kesulitan dan kemudahan.” (Al-Wasail 6: 332, hadis ke 2)
(Disarikan dari kitab Zakat Mal, Allamah Muhammad Taqi Al-Mudarrisi)
Dan akhirul tulisan ini....semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua..... , bukanlah aku ini pandai menulis , ngomong , maupun mengarang...., namun aku hanya sebagai makhlukNya yang menyampaikan.....