Senin, 29 September 2014

Dari Rakyat , Oleh Rakyat dan Untuk Rakyat

Begitulah slogan demokrasi kerakyatan yang ada dinegeri kita ini , namun apakah slogan itu sudah berjalan dengan semestinya ? , maka kubilang : " No alias durung alias belom " , kenapa ?, karena rakyat dalam hal ini masih banyak yang mengeksploitir , masih banyak yang di bujuki , digiring , digembosi untuk kepentingan-kepentigan yang memang secara apik dikemas serasa bagai untuk kepentingan rakyat , menomor-satukan rakyat sebagai pelaku utama demokrasi yang mandiri yang sudah faham dan menjalankan sesuai hati nurani seutuhnya.
Pada kenyataannya adalah : Suara rakyat bisa dibeli dengan amplop yang berisi uang  , suara rakyat ada yang bisa dipakai oleh mereka yang berniat memakainya ketika yang punya suara tak memakainya , suara rakyat bisa juga diarahkan dengan dibujuk kata-kata manis , janji-janji manis , dan lain-lain.
Sekarang ini memang lagi ricuh akan PILKADA LANGSUNG yang telah dikalahkan telak oleh PILKADA via DPR/DPRD , yang menghendaki PILKADA LANGSUNG meradang marah ketika tahu bahwa cita-citanya kalah , dan mulai berupaya menggunakan kekuatan rakyat untuk menggantinya , tentu saja kekuatan rakyat yang bisa dibeli dan dikendalikan.
Makanya di FBku aku buat status sebagai berikut :
Pada tanggal 26 September 2014 , kubuat status di facebook : "Negeri ini lagi ricuh tentang Pemilihan Kepala Daerah itu secara PILKADA LANGSUNG atau dipilih DPRD ....., bagiku ini seperti lingkaran setan semua punya kepentingan, dan kembalinya juga pada akhirnya ke rakyat lagi. Anggota DPRD pada waktu nyaleg yang milih juga rakyat , dan gak dapat dipungkiri mereka juga jor-joran dana yang entah dari pribadi, relawan, sponsor yang mereka gelontorkan untuk mencari simpati dari rakyat....sampai mereka kepilih sebagai wakil rakyat di DPRD( dari rakyat yang dapat kepincut karena sdh diberi ini-itu saat kampanye ) ; terus bila PILKADA LANGSUNG juga sebenarnya sama, yang nyalon sebagai pimpinan daerah juga jor-joran dana entah itu dari dana pribadi,relawan, maupun sponsor yang pada akhirnya mereka gelontorkan untuk mencari simpati rakyat agar mau memilihnya. Sama yaaa.....bedanya kalo Kepala Daerah pasti jelas lebih edan besarnya dana yang harus digelontorkan dibandingkan dengan nyaleg DPRD untuk mencari simpatisan dari rakyat. Bagi negara mungkin PILKADA LANGSUNG akan menambah beban biaya penyelenggaraannya karena Negara harus mengadakan PEMILU PILKADA LANGSUNG...,KPU kerja lagi dana lagi ,kampanye lagi, nyetak kartu suara, mbentuk TPS,PPS,sampai pasa hari H pemilihan yaaa meliburkan karyawan, pegawai,dll..... ; jadi enaknya gimana wong kalau rakyat sadar dan pandai serta merasa bahwa DPRD itu penjelmaan rakyat. dipilih rakyat , dan untuk mewakili rakyat ?....yaaaaa aku hanya bisa melihat, mendengar saja....."
Dan masih pada tanggal 26 September 2014 , ada lagi statusku : "
Takkandani yow....dikenyataan banyak rakyat yang gak kenal siapa Bupatinya , siapa Walikotanya , bahkan siapa Lurahnya...meskipun yang namanya PILKADA LANGSUNG telah berjalan beberapa episode ; satu-satunya yang rakyat tau dan kenal banget pimpinan diwilayahnya dari hasil PILKADA LANGSUNG adalah ketua RT (rukun Tetangga) , dan kalopun ada yang sampai gak kenal yow kebangeten banget..... "
Banyak yang komentar baik itu yang pro maupun kontra...
Nah.....salah satu jawaban komentarku sendiri  pada tanggal 28 September 2014 adalah  sebagai berikut : " he he he he.....kalo digambaranku yaaa.....PILKADA LANGSUNG jelas lebih boros karena Pemerintah menyelenggarakan pemilu (menurut Bu Suyekti Miratno ) jika 1 kabupaten aja bisa nelan 30 M , wuuuiiiih eman banget to yow....., belom calon-nya sendiri juga akan jor-joran dana u/ narik simpatisan ( dana itu bisa dari pribadi , sponsor, relawan , partai pengusung,dll ) yg tentunya juga akan minta umpan balik jika si calon KADA jadi , btw....KADA yg hasil PILKADA LANGSUNG ada berapa ya yg kena kasus KKN ??? ; nah kalo dipilih melalui DPR/DPRD kayaknya gak perlu pemilu (lebih hemat) , nah kalau yg ditakutkan misalnya nantinya KADA jadi sapi perahnya DPR/DPRD, yaaa tinggal laporkan yg berwenang atau mutung mundur diri daripada diperas ; Nah kalau ada yang bilang bahwa pemilihan KADA yg dipilih DPR/DPRD itu ibarat mengkebiri demokrasi rakyat....,itu juga aneh , bukankah DPR/DPRD itu orang-orang yang dipilih oleh rakyat secara langsung secara demokrasi???, bukankah dengan dipilih DPR/DPRD artinya lebih simple , rakyat bisa fokus kerja , kantor2 gak tutup saat pemilu , gak ada kampanye yang kebanyakan isinya orang2 itu saja yang dibayar amplopan , dll.... ; itu semua menurut aku lho....; aku siiy yaaa seneng2 aja bila PILKADA LANGSUNG dimana calonnya 5 artinya bisa dapat 5 amplop , walaupun nantinya bisa jadi aku gak milih , tapi milih turu ning omah daripada nekani antri ning TPS alias golput....."
kenapa yaaa aku koq hanya merasa  begini.....pada Pemilihan Legislatif , rakyat telah melakukan pesta demokrasi secara langsung untuk memilih para wakil rakyat , sampai pada akhirnya mereka yang terpilih sudah resmi jadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat......dicatat yaaa .. rakyat telah memilih wakilnya secara langsung. Nah sekarang ada UU yang menyatakan bahwa Kepala Daerah dipilih langsung oleh DPRD yang notabene adalah wakil rakyat sendiri , lha koq jadi pada ribut.....sampai ada yang mengatakan mengkebiri azas demokrasi rakyat. lhooooh.....koq bisa ? , bukankah rakyat telah mewakilkan dirinya pada anggota DPR/DPRD yang dipilihnya saat pemilu legislatif....., lhooooh.....bener khan ??? , kalo salah.....wualaaaah, kalau inginnya rakyat (semua rakyat yg sdh memiliki hak pilih) yang memilih langsung seorang Kepala Daerahnya,....yaaaa kalo gitu gak perlu ada partai , gak perlu ada DPR atau DPRD , rakyat cukup memilih Presiden , dan Presiden terpilih jadi wakil penjelmaan seluruh rakyat , sehingga Presiden berhak memilih pembantunya(menteri-menteri-nya ) secara sendiri , toh Presiden jadi penguasa hakiki yang merupakan penjelmaan seluruh rakyat negeri ini , apapun tingkah-lakunya yaaa itu dapat restu dari rakyat , bener gitu ????, pasti ada yang membenarkan , dan ada juga yang menyalahkan. lewat tulisan ini.....kuberitahu yaaa bahwa bisa saja seseorang itu berpartai A , namun dikenyataan hidup dalam memilih pimpinannya , dia bisa saja tak memilih pimpinan kepala daerah yang berasal dari partainya. Aku yakin....hal ini pasti banyak. Jadi kalau begitu rakyat plin-plan ? , bisa ya...bisa tidak...., semua tergantung kondisi yang bisa mempengaruhi dia jadi rakyat yang munafik atau tidak. Besarnya rupiah dalam amplop , manisnya janji-janji saat kampanye bisa jadi suatu hal yang mempengaruhi pola pikir rakyat dalam memilih seoarang Kepala daerahnya.
Jadi banyaknya kasus  yang melilit Kepala Daerah , dan kasus-kasus yang mencoreng demokrasi dinegeri ini siapa yang salah....???, kembali  tentunya ke rakyat...., karena rakyat bisa dibeli dgn sesuatu.
Cobalah introspeksi , bisa jadi tulisanku yang sepintas lalu ini salah...., maka kuminta adakah yang bisa memberiku kritik dan saran dalam bahasan ini??? . Semoga bermanfaat khususnya bagi negeriku yang tercinta ini....INDONESIA

Kamis, 29 Mei 2014

Rajab Bulan Sedekah ??, "oh tidak...., karena akan lebih baik bagimu sesering mungkin bersedekah"

Dan ada sebagian dari kita menyeru bahwa bulan Rajab adalah bulan paling baik untuk bersedekah terutama untuk anak yatim sehingga banyak dijumpai saudara-saudara kita berbondong-bondong menuju panti asuhan anak yatim-piatu bahkan ada yang ke panti jompo untuk menunjukkan pada sesama bahwa mereka telah melakukan anjuran tersebut....hmmm baik itu yang terang-terangan maupun yang terselubung ; Dan...oleh karena itu di bulan Rajab ini sehingga banyak seruan dan himbauan gar kita meningkatkan frekwensi bersedekah dibulan Rajab ini.  Dan kata aku setiap hari , setiap waktu ada kebaikan untuk bersedekah .

Islam mengajarkan pada kita agar kita melatih diri untuk berinfak dan bersedekah, dengan sekecil apapun. Karena infak dan sedekah sangat memberi pengaruh dan keberuntungan ke dalam kehidupan kita di dunia dan akhirat. Bahkan di dalam hadis banyak disebutkan bahwa jika kita punya harapan untuk mencapai hajat tertentu, kita diperintahkan memulainya dengan sedekah.
Yang harus kita yakini adalah bahwa setiap perbuatan manusia akan berwujud makhluk. Yang negatif akan menghantam kehidupannya, yang positif akan membantunya di dunia dan akhirat. Hanya saja mata indrawi kita melihatnya. Hal ini banyak disebutkan di dalam hadis Nabi saw dan Ahlul baitnya (sa) bahwa perbuatan manusia akan berwujud makhluk. Tentang pengaruh infak dan sedekah berikut ini hadis-hadis Rasulullah saw dan Ahlul baitnya (sa):
Dampak sedekah terhadap kematian
Rasulullah saw bersabda:
“Sedekah dapat menolak kematian yang buruk.” (Al-Wasail 6: 255, hadis ke 2)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
Pada suatu hari orang yahudi lewat dekat Rasulullah saw, lalu ia mengucapkan: Assam ‘alayka (kematian atasmu). Rasulullah saw menjawab: ‘Alayka (atasmu). Lalu para sahabatnya berkata: Ia mengucapkan salam atasmu dengan ucapan kematian, ia berkata: kematian atasmu. Nabi saw bersabda: “Demikian juga jawabanku.” Kemudian Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya orang yahudi ini tengkuknya akan digigit oleh binatang yang hitam (ular dan kalajengking) dan mematikannya. Kemudian orang yahudi itu pergi mencari kayu bakar lalu ia membawa kayu bakar yang banyak. Rasulullah saw belum meninggalkan tempat itu yahudi tersebut lewat lagi (belum mati). Maka Rasulullah saw bersabda kepadanya: “Letakkan kayu bakarmu.” Ternyata di dalam kayu bakar itu ada binatang hitam seperti yang dinyatakan oleh beliau. Kemudian Rasulullah saw bersabda: “Wahai yahudi, amal apa yang kamu lakukan? Ia menjawab: Aku tidak punya kerjaan kecuali mencari kayu bakar seperti yang aku bawa ini, dan aku membawa dua potong roti, lalu aku makan yang satu potong dan satu potong yang lain aku sedekahkan pada orang miskin. Maka Rasulullah saw bersabda: “Dengan sedekah itu Allah menyelamatkan dia.” Selanjutnya beliau bersabda: “Sedekah dapat menyelamatkan manusia dari kematian yang buruk.” (Al-Wasail 6: 267, hadis ke 4)
Muhammad bin Muslim berkata: Pada suatu hari aku pernah bersama Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berada di dalam masjid Rasulullah saw, kemudian jatuhlah potongan kayu masjid dan mengenai seseorang tapi tidak membayakannya padahal mengenai kakinya. Kemudian Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata: “Tanyakan padanya apa yang dia amalkan.” Kemudian ia bertanya kepadanya, dan ia berkata: tadi aku keluar rumah dan membawa beberapa buah korma di sakuku, saat aku berjumpa dengan seorang pengemis aku sedekahkan padanya sebuah korma. Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata: “Dengan sedekah itu Allah menyelamatkanmu.” (Al-Wasail 6: 269, hadis ke 6)

Dampak sedekah terhadap penambahan rizki
Rasulullah saw bersabda:
“Bersedekahlah kalian, karena sesungguhnya sedekah dapat menambah harta yang banyak. Maka bersedekahlah kalian, niscaya Allah menyayangi kalian.” (Al-Wasail 6: 255, hadis ke 11)
Rasulullah saw bersabda:
“Sebaik-baik harta seseorang dan simpanannya adalah sedekah.” (Al-Wasail 6: 257, hadis ke 14)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Mohon datangkan rizki dengan sedekah, barangsiapa yang meyakini hari esok ia akan bersikap dermawan dengan pemberian, sesungguhnya Allah menurunkan pertolongan sesuai dengan kadar hari ini.” (Al-Wasail 6: 255)
Dampak sedekah terhadap hal-hal yang bahaya
Rasulullah saw bersabda:
“Mulai pagi harimu dengan sedekah, barangsiapa yang memulai pagi harinya dengan sedekah ia tidak akan terkena sasaran bala’.” (Al-Wasail 6: 257, hadis ke 15)
Imam Ja’far sh-Shadiq (sa) berkata:
“Obati penyakitmu dengan sedekah, tolaklah bala’ dengan doa, dan mohon datangkan rizkimu dengan sedekah, karena sesungguhnya sedekah dapat mengusir tujuh ratus setan dari depan dagu…” (Al-Wasail 6: 260, hadis ke 1)
Dampak Infak terhadap keimanan
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Tidaklah sempurna keimanan seorang hamba sehingga ia melakukan empat hal: Berakhlak baik, bersikap dermawan, menahan karunia dari ucapan, dan mengeluarkan karunia dari hartanya.” (Al-Wasail 6: 259, hadis ke 21)
Tangan Allah
Rasulullah saw bersabda:
“Tangan itu ada tiga: tangan Allah paling atas, tangan pemberi yang berikutnya, dan tangan peminta paling bawah. Maka berikan karuniamu dan jangan lemahkan dirimu.” (Al-Wasail 6: 263, hadis ke 4)
Bersedekahlah walaupun Sedikit
Rasulullah saw bersabda:
“Berdekahlah walaupun segantang korma, walaupun sebagian dari segantang, walaupun segenggam korma, walaupun sebiji korma, walaupun separoh korma. Barangsiapa yang belum mendapatkannya maka bersedakahlah dengan ucapan yang baik. Karena sesungguhnya kamu akan menjumpai Allah dan Dia akan bertanya kepadamu: ‘Apakah Aku belum berbuat sesuatu untukmu? Apakah Aku belum menciptakan pendengaran dan penglihatan untukmu? Apakah Aku belum mengkaruniakan padamu harta dan anak? Kamu tentu akan menjawab: Tidak (semuanya sudah). Kemudian Allah swt berfirman: ‘Lihatlah apa yang telah kamu lakukan pada dirimu. Kemudian ia akan melihat apa yang telah ia lakukan, ia melihat ke depan dan ke belakang, ke kanan dan ke kiri. Maka saat itulah ia tidak akan mendapatkan sesuatu pun yang dapat menjaga wajahnya dari api neraka.” (Al-Wasail 6: 264, hadis ke 1)
Sepotong Roti dengan Sepotong daging anak
Imam Ali Ar-Ridha (sa) berkata:
Pada suatu masa menim pada pada Bani Israil musim kemarau panjang beberapa tahun berturut-turut. Saat itu ada seorang ibu memiliki sepotong roti, ia meletakkan di mulutnya untuk dimakan, lalu datanglah seorang pengemis dan berkata: wahai hamba Allah, aku lapar. Ibu itu berkata: Apakah saatnya zaman seperti ini bersedekah? Kemudian ia mengeluarkan sepotong roti itu dari mulutnya, lalu memberikan pada pengemis itu. Saat itu anaknya sedang mencari kayu bakar di padang pasir, lalu datanglah srigala dan membawa anak itu. Kemudian terjadilah teriakan, sang ibu terkejut lari ketakutan akan bahaya srigala. Maka Allah mengutus malaikat Jibril, lalu ia mengeluarkan anak itu dari mulut srigala dan memberikan pada ibunya. Jibril berkata pada sang ibu: wahai hamba Allah, apakah kamu ridha? sepotong roti digantikan dengan sepotong daging (keselamatan anakmu).” (Al-Wasail 6: 264, hadis ke 4)
Allah Yang Mengambil Sedekah
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata bahwa Allah swt berfirman:
“Segala sesuatu Aku wakilkan pada orang selain-Ku untuk menggenggamnya kecuali sedekah, Aku sendiri dengan tangan-Ku yang mengambilnya, sekalipun seseorang bersedekah dengan satu biji korma atau sebelah biji korma. Kemudian Aku menambahkan baginya sebagaimana ia menambahkan sebelum meninggalkan. Kemudian saat ia datang pada hari kiamat ia mendapat pahala seperti pahala perang Uhud bahkan lebih besar dari pahala perang Uhud.” (Al-Wasail 6: 265, hadis ke 7)
Awali Pagi hari dengan Sedekah
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Awali pagi harimu dengan sedekah, gemarlah bersedekah. Tidak ada seorang mukmin pun yang bersedekah karena mengharapkan apa yang ada di sisi Allah untuk menolak keburukan yang akan turun dari langi ke bumi pada hari itu, kecuali Allah menjaganya dari keburukan apa yang akan turun dari langit ke bumi pada hari itu.” (Al-Wasail 6: 267, hadis ke 3)
Sedekah dapat Merubah Takdir
Rasulullah saw berwasiat kepada Ali bin Abi Thalib (sa):
Wahai Ali, sedekah itu dapat menolak takdir mubram (yang telah ditetapkan). Wahai Ali, silaturahim dapat menambah umur. Wahai Ali, tidak ada sedekah ketika keluarga dekatnya membutuhkan. Wahai Ali, tidak ada kebaikan dalam ucapan kecuali disertai perbuatan, dan tidak ada sedekah kecuali dengan niat (karena Allah).” (Al-Wasail 6: 267, hadis ke 4)
Sedekah Penolak hari Nahas
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Antara aku dan seseorang punya perhitungan tentang bumi. Orang itu ahli nujum, ia sengaja keluar rumah untuk suatu urusan pada saat “Al-Su’ud” (bulan berada di manazil Al-Su’ud), dan aku juga keluar rumah pada hari nahas. Lalu kami menghitungnya, lalu keluarlah untukku dua perhitungan yang baik. Kemudian orang itu memukulkan tangan kanannya pada tangan kirinya, kemudian berkata: Aku belum pernah sama sekali melihat hari seperti hari ini. Aku berkata: Celaka hari yang lain dan hari apa itu? Ia berkata: Aku ahli nujum, aku datang padamu pada hari nahas, aku keluar rumah pada saat Al-Su’ud, kemudian kami menghitung, lalu keluarlah untuk Anda dua perhitungan yang baik. Ketika itulah aku berkata kepadanya: “Tidakkah aku pernah menyampaikan suatu hadis yang disampaikan padaku oleh ayahku? Yaitu Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang ingin diselamatkan oleh Allah dari hari nahas, maka hendak mengawali harinya dengan sedekah, niscaya Allah menyelamatkannya dari hari nahas itu. Barangsiapa yang ingin diselamatkan oleh Allah dari malam nahas, maka hendaknya mengawali malamnya dengan sedekah niscaya ia diselamatkan dari malam nahas itu. Kemudian aku berkata: “Sesungguhnya aku mengawali keluar rumah dengan sedekah; ini lebih baik bagimu daripada ilmu nujum.” (Al-Wasail 6: 273, hadis ke 1)
Sedekah di Malam hari dan Siang hari
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Sesungguhnya sedekah di malam hari dapat memadamkan murka Allah, menghapus dosa besar dan mempermudah perhitungan amal; sedekah di siang hari dapat menumbuhkan harta dan menambah umur.” (Al-Wasail 6: 273, hadis ke 2)

Sedekah yang tersembunyi
Rasulullah saw bersabda:
“Sedekah yang tersembunyi dapat memadamkan murka Allah swt.” (Al-Wasail 6: 275, hadis ke 1)
Imam Ali bin Abi Thalib (sa):
“Sesungguhnya tawassul yang paling utama adalah bertawasul dengan keimanan kepada Allah …, dengan silaturrahim karena hal ini dapat menumbuhkan harta dan menambah umur; dengan sedekah yang tersembunyi karena hal ini dapat menghapuskan kesalahan dan memadamkan murkan Allah Azza wa Jalla; dengan amal-amal yang ma’ruf (kebajikan) karena hal ini dapat menolak kematian yang buruk dan menjaga dari pertarungan kehinaan…” (Al-Wasail 6: 275, hadis ke 4)
Ahlul bait Nabi saw imam bagi para dermawan
Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata:
“Dalam kegelapan malam Ali bin Husein (sa) sering keluar rumah, membawa dan diletakkan di pundaknya kantongan yang berisi uang dinar dan dirham, kadang-kadang memikul di pundaknya karung yang berisi makanan atau kayu bakar. Ia mendatangi dan mengetok dari pintu ke pintu. Ia memberi setiap orang yang keluar dari pintu itu. Ia menutupi wajahnya ketika mendatangi rumah orang fakir agar ia tidak mengenalnya. Ketika beliau wafat mereka merasa kehilangan hal itu, dan mereka baru tahu bahwa yang sering mengetok pintunya itu adalah Ali bin Husein (sa). Ketika jenazahnya dimandikan kelihatan di pundaknya membekas hitam seperti pundak onta, karena seringnya memikul karung di pundaknya mendatangi rumah-rumah kaum fakir dan miskin.
Pada suatu hari beliau keluar rumah membawa selengdang sutera. Kemudian datang seorang pengemis, beliau kalungkan selendang itu padanya lalu beliau pergi dan meninggalkannya. Kebiasaan beliau membeli kain sutera di musim dingin, jika datang musim panas beliau menjualnya dan mensedekahkan uangnya…
Di Madinah ada seratus keluarga Ahlul bait yang fakir. Mereka ta’ajjub terhadap beliau, karena beliau datang membawakan makanannya untuk anak-anak yatim, orang-orang yang sengsara, orang-orang sakit yang merana, dan orang-orang miskin yang tak berdaya. Beliau memberikan kepada mereka dengan tangannya sendiri. Jika ada keluarga dari mereka, beliau sendiri yang membawakan makanan pada keluarganya. Beliau tidak pernah makan sebelum memulai dan bersedekah seperti yang beliau makan.” (Al-Wasail 6: 276, hadis ke 8)
Sufyan bin ‘Ayniyah bercerita bahwa Az-Zuhri pernah melihat Ali Zainal Abidin (sa) berjalan kaki di malam yang dingin dalam kondisi hujan, memikul di pundaknya tepung gandum dan kayu bakar. Az-Zuhri bertanya kepadanya: Duhai putera Rasulullah, apa ini? Beliau menjawab: “Aku ingin safar (melakukan perjalanan) yang telah dijanjikan yaitu mencari bekal untuk aku bawa ke tempat yang terjaga.
Az-Zuhri berkata: Ini pembantuku, biarlah dia yang menggantikanmu untuk membawanya, tapi beliau menolak tawaranku.
Az-Zuhri berkata: Aku saja yang akan menggantikanmu untuk membawanya, dengan rasa hormatku padamu biarlah aku yang membawanya.
Ali Zainal Abidin berkata: Aku tidak memikirkan kehormatanku untuk sesuatu yang menyelamatkan diriku dalam safarku, yang kuinginkan sangatlah baik untuk bekal perjalanan kepulanganku. Dengan hak aku mohonkan untukmu, semoga Dia memperkenankan hajatmu, silahkan tinggalkan aku.
Kemudian Az-Zuhri meninggalkan beliau.
Beberapa hari berikutnya Az-Zuhri berkata kepada beliau: Wahai putera Rasulullah, aku belum bisa merasakan dampak perjalanan yang pernah engkau ceritakan itu.
Beliau berkata: Baiklah wahai Zuhri, tidak lain yang aku maksudkan hanyalah kematian. Untuk itu aku persiapkan. Tidak lain mempersiapkan untuk kematian adalah menjauhi segala yang haram, mencurahkan segala kemampuan untuk kedermawanan dan kebajikan. (Al-Wasail 6: 279, hadis ke 5)
Tangan Pemberi bersentuhan dengan tangan Allah
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Tidak ada sesuatu pun yang paling memberatkan setan daripada bersedekah kepada seorang mukmin. Karena tangannya bersentuhan dengan tangan Allah swt sebelum bersentuhan dengan tangan hamba-Nya.” (Al-Wasail 6: 283, hadis ke 1)
Dikisahkan bahwa Imam Ali Zainal Abidin (sa) mencium tangannya setelah memberikan sedekah. Lalu beliau ditanyai tentangnya. Beliau menjawab: “Karena tangan itu bersentuhan dengan tangan Allah sebelum bersentuhan dengan tangan penerimanya.” (Al-Wasail 6: 303, hadis ke 2)
Rasulullah saw bersabda:
“Tidaklah ada sedekah seorang mukmin kecuali tangannya bersentuhan dengan tangan Allah sebelum bersentuhan dengan tangan pemintanya. Kemudian beliau membacakan firman Allah swt: ‘Tidakkah mereka mengetahui bahwasanya Allah menerima taubat hamba-hamba-Nya dan menerima sedekah.” (At-Taubah: 104). (Al-Wasail 6: 303, hadis ke 3)
Rasulullah saw bersabda:
“Bersedekah sepuluh, memberi pinjamanan modal delapan belas, bersilaturrahim pada ikhwan dua puluh, dan silaturahim pada kerabat dua puluh empat.” (Al-Wasail 6: 286, hadis ke 2)
Peminta tidak boleh ditolak
Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata:
“Berilah peminta-minta walaupun hanya dinaikkan ke atas punggung kuda (numpang naik kendaraan)” (Al-Wasail 6: 290, hadis ke 1)
Beliau juga berkata:
“Sekiranya seorang pemberi mengetahui sesuatu yang ada dalam pemberiannya, niscaya ia tidak akan menolak seorang pun peminta-minta.” (Al-Wasail 6: 290, hadis ke 2)
Berbagi rasa Persaudaraan
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Sesungguhnya di antara yang sangat ditekankan oleh Allah terhadap hamba-Nya dalam kewajiban adalah tiga hal: Sikap adil seorang mukmin terhadap dirinya sehingga ia tidak meridhai saudaranya kecuali apa yang ia ridhai untuk dirinya, berbagi rasa persaudaraan dalam hartanya, mengingat Allah dalam segala keadaan, tidak hanya bertasbih dan bertahmid kepada Allah tetapi juga menjauhi segala yang diharamkan oleh Allah.” (Al-Wasail 6: 298, hadis ke 1)
Pengikut Ahlul Bait (sa) dan Kaum Fakir
Muhammad bin ‘Ajlan berkata: Pada suatu hari aku bersama Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa), lalu datanglah seseorang dan mengucapkan salam.
Kemudian Imam bertanya: Bagaimana saudara-saudaramu di masyarakatmu?
Ia menjawab: mereka baik akhlaknya, bersih prilakunya, dan mereka sangat terpuji.
Imam bertanya: Bagaimana tentang kunjungan orang-orang yang kaya pada orang-orang yang fakir?
Ia menjawab: Sedikit sekali.
Imam bertanya: Bagaimana tentang keperdulian orang-orang kaya terhadap orang-orang yang fakir?
Ia menjawab: Sedikit sekali.
Imam bertanya: Bagaimana tentang silaturrahim orang-orang yang kaya pada orang-orang yang fakir sehubungan dengan harta yang mereka miliki?
Ia menjawab: Engkau menanyakan akhlak yang sangat sedikit dilakukan di kalangan kami.
Imam menjawab: Bagaimana mungkin mereka mengaku pengikut Ahlul bait Nabi saw?
(Al-Wasail 6: 290, hadis ke 3)
Abu Ismail berkata: aku pernah bertanya kepada Imam Muhammad Al-Baqir (sa): Jadikan aku tebusanmu, para pengikut Ahlul bait (sa) di masyarakat kami banyak sekali. Imam Muhammad Al-Baqir (sa) bertanya: Apakah yang kaya bersikap kasih sayang pada yang fakir? Dan apakah orang yang berbuat baik memaafkan pada yang berbuat salah, dan saling menghibur di antara mereka? Aku menjawab: Tidak. Beliau berkata: “Bukan, mereka bukan pengikut Ahlul bait (sa). Pengikut Ahlul bait (sa) melakukan hal itu.” (Al-Wasail 6: 299, hadis ke 4)
Jangan Menyebut-nyebut Pemberian
Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai bagiku dan para washiku dari keturunanku juga bagi para pengikut mereka sesudahku: Bersikap sia-sia dalam shalat, berkata kotor dalam puasa, menyebut-nyebut pemberian sesudah bersedekah, mendatangi masjid dalam keadaan junub (hadas), memandang pintu kamar orang lain, dan tertawa di kuburan.” (Al-Wasail 6: 316, hadis ke 4)
Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang bersedekah kepada saudaranya kemudian menyebut-nyebut pemberiannya, maka Allah membatalkan amalnya, dan menetapkan bebannya serta tidak berterima kasih atas usaha.” Kemudian beliau bersabda bahwa Allah Azza wa Jalla berfirman: “Aku mengharamkan surga atas orang yang menyebut-nyebut pemberiannya, orang yang bakhil, dan mengadu-domba (namimah). Ingatlah, barangsiapa yang bersedekah dengan suatu sedekah, maka baginya timbangannya setiap dirham seperti gunung Uhud dari kenikmatan surga. Dan barangsiapa yang berjalan untuk mengantarkan sedekah pada orang yang membutuhkan, maka baginya juga pahala seperti pemberinya tanpa sedikit pun mengurangi pahalanya.” (Al-Wasail 6: 316, hadis ke 5)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Barangsiapa yang berbuat kebajikan kepada seorang mukmin kemudian menyakiti dengan ucapan atau menyebut-nyebut pemberiannya, maka Allah membatalkan sedekahnya.” (Al-Wasail 6: 317, hadis ke 9)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Orang yang beriman memiliki empat tanda: wajahnya berseri-seri, lisannya lembut, hatinya penyayang, dan tangannya pemberi.” (Al-Wasail 6: 321, hadis ke 2)
Berbuatlah Kebajikan
Rasulullah saw bersabda:
“Setiap kebajikan itu sedekah.” (Al-Wasail 6: 321, hadis ke 1)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) menjelaskan tentang firman Allah swt surat An-Nisa’ 114:
“Tidak ada kebaikan dalam bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat yang ma’ruf, atau mendamaikan di antara manusia.” Beliau berkata: yang dimaksud dengan berbuat yang ma’ruf adalah memberi qiradh (pinjaman modal dengan bagi hasil).” (Al-Wasail 6: 321, hadis ke 2)
Memberi Makanan
Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata:
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mencintai orang yang memberi makan … (Al-Wasail 6: 328, hadis ke 2)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Di antara amal yang paling dicintai oleh Allah Azza wa Jalla adalah mengenyangkan orang mukmin yang lapar, atau meringankan deritanya atau menunaikan hutangnya.” (Al-Wasail 6: 328, hadis ke 3)
Menjernihkan Iman
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Sebaik-baik kalian adalah yang dermawan dan seburuk-buruk kalian adalah yang bakhil. Barangsiapa yang ingin jernih imannya bersedekalah pada saudaranya dan berusaha memenuhi kebutuhannya. Sesungguhnya orang yang bersedekah pada saudaranya ia dicintai oleh Yang Maha Pengasih, dan saat yang sama mengusir setan, selamat dari neraka dan masuk surga.” Kemudian beliau berkata kepada Jamil: Wahai Jamil, sampaikan hal ini pada sahabat-sahabatmu yang mulia! Jamil bertanya: Siapakah sahabat-sahabatku yang mulia? Beliau menjawab: “Mereka yang berbuat kebajikan (bersedekah) pada saudara-saudaranya dalam kesulitan dan kemudahan.” (Al-Wasail 6: 332, hadis ke 2)
(Disarikan dari kitab Zakat Mal, Allamah Muhammad Taqi Al-Mudarrisi)
Dan akhirul tulisan ini....semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua..... , bukanlah aku ini pandai menulis , ngomong , maupun mengarang...., namun aku hanya sebagai makhlukNya yang menyampaikan.....

Minggu, 26 Januari 2014

DAN JANGANLAH GELISAH....SUNGGUH BAHWA : "DOA YANG TAK KUNJUNG TERKABUL ,ITU BUKANLAH SUATU KESIA-SIAAN"


Tidaklah heran jika seorang hamba ketika ingin menginginkan sesuatu maka mereka gencar melakukan  berdo’a kepada Allah azza wa jalla, mereka pun selalu berdoa kepada Allah sebagai wujud ketauhidan mereka yang lurus, Allah berfirman,
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah, dan kepada hanya Engkaulah kami meminta pertolongan”. (QS. al-Fatihah: 5)

Namun yang terkadang menggelisahkan jiwa ini adalah ketika kita selalu berdoa, namun doa itu tak kunjung terkabul dan telah lelah rasanya lisan ini menyeru kepada Allah dengan doa-doa kita. Padahal Allah Maha Mendengar dan Allah Maha Pemberi rezeki, lalu mengapa doa tersebut tidak kunjung menghampiri?
Wahai jiwa-jiwa yang gelisah, doa mu yang tak kunjung terkabul merupakan salah satu cobaan yang membutuhkan kesabaran, dan janganlah engkau memendam kekhawatiran selama menunggu terkabulnya doa. Namun nampaknya engkau masih akan sulit untuk melakukannya, baiklah…berikut ini adalah hiburan bagi engkau yang masih dirundung kegalauan menunggu terkabulnya doa.*)

Pertama, Allah adalah Maharaja yang memiliki kekuasaan dan wewenang untuk memberi ataupun tak memberi. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi kita untuk menentang kuasa-Nya.
Kedua, hikmah-hikmah Nya telah tergambar dengan jelas lewat dalil-dalil yang absah. Mungkin engkau menilai sesuatu baik untukmu, namun sebenarnya di balik itu ada hikmah yang tidak engkau ketahui. Cobalah lihat seorang dokter yang memberikan resep yang tidak engkau ketahui hikmahnya, karena secara lahiriah obat adalah pahit. Hal itu bisa engkau bandingkan dengan hikmah Allah.
Ketiga, bisa saja pengabulan doa ditunda demi suatu maslahat, sementara jika doa segera dikabulkan akan menimbulkan konflik dan  mengandung kemudhlorotan /bahaya.
Keempat, bisa saja doamu tertolak, karena aib yang engkau simpan dalam dirimu. Mungkin saja dalam makananmu ada sesuatu yang syubhat atau hatimu lalai saat berdoa. Mungkin saja karena engkau tidak sungguh-sungguh bertaubat kepada Allah, karena tidak bersegera meninggalkan perbuatan dosa. Itulah siksaan yang engkau alami. Hendaknya engkau melihat dimana kekuranganmu.
Kelima, yang harus engkau lakukan dalam persoalan ini adalah berusaha memandang segala sesuatu dengan jernih. Barangkali, dengan tercapainya apa yang engkau inginkan akan bertambah dosa-dosamu. Atau, bisa jadi hal itu akan mengurangi derajat amalmu dalam kebaikan, maka tidak langsung dikabulkan doa-doamu saat itu akan berakibat baik bagimu.
Keenam, mungkin saja apa yang tidak engkau capai itu merupakan rahmat agar engkau tetap dekat dengan pintu-Nya. Di sisi lain, keberhasilanmu dikhawatirkan akan menjauhkanmu dari pintu harapan kepada-Nya, dengan dalil bahwa andaikata engkau tak tertimpa suatu musibah, mungkin engkau tidak terlalu dekat dengan-Nya.
Ketujuh , yakinlah bila niat berdoa kita benar , dan demi kebaikan , tak bertentangan dengan aturan yang ada....Insya Allah, doa kita akan terkabulkan , dan doa kita bukanlah sesuatu kesia-siaan ; yakinlah akan itu

Semoga tulisan ini berguna bagi kita semua ......