Selasa, 09 Juni 2015

WANTEX ( Pewarna Tekstil ) dalam Pandangan Hukum Islam ( SESUATU YANG TIADA PERNAH KITA SADARI atau DIABAIKAN )


Lama tak pernah menulis dalam blog ini , terkadang memberikan kerinduan yang besar untuk sekedar mencoretkan kata-kata yang harapannya Insya Allah ada manfaatnya bagi para pembaca.
Dalam hdup ini....tentunya kita tak pernah melepaskan diri dari pentingnya arti sebuah pakaian , ada yang seadanya berpakaian yang penting bersih dan rapi, ada yang berpakaian mengutamakan trend fashion , ada pula yang berpakaian mengutamakan branded , namun kata para ulama : " Pakaian yang terbaik adalah pakaian yang memenuhi nilai syar'i ", Nah....dalam hal ini pernahkah kita memikirkan tentang warna pakaian yang kita kenakan? Apakah itu Hijau, Merah, Kuning, atau bahkan Hitam? Apakah itu boleh dan sudah sesuai syariat?
Sebelum kita membahas lebih dalam tentang warna pakaian dalam Islam, hendaknya kita perlu mengetahui tentang pengertian istilah Muashfar dan Muza’far.

Muashfar adalah pakaian atau kain yang dicelup dengan warna merah yang ditimbulkan dari tanaman ushfur yaitu tanaman yang bijinya dibuat minyak, yang sudah dikenal dikalangan orang-orang arab. Sedangkan Muza’far adalah apabila dicelup dengan warna kuning.
 Dalam sebuah Hadist, disebutkan: Dari Ali ra bahwasanya Rasulullah SAW melarang mengenakan pakaian sutra dan juga Al Muashfar “ (HR. Muslim, Abu Daud, Tirmidzi). Hadits tersebut mengandung pengharaman terhadap pakaian yang dicelup dengan warna merah (muashfar), sebagaimana pendapat al Hadawiyah.

Sedangkan sekelompok sahabat Nabi Muhammad Shollallohu’alaihi wa Sallam, Tabi’in memperbolehkan pengenaan pakaian yang dicelup dengan warna merah, demikian pula pendapat para Fuqoha selain Ahmad. Ada juga yang mengatakan makruh Tanzih (kalaupun dilakukan maka pelakunya tidaklah terkena sangsi). Mereka mengatakan bahwa Nabi SAW pernah mengenakan pakaian merah. Di dalam Shahihain dari Ibnu Umar R.A.,”Aku pernah menyaksikan Rasulullah SAW mencelup dengan warna kuning.”
Ibnul Qoyyim memberikan jawaban terhadap hal ini dengan mengatakan bahwa ia adalah pakaian yang seluruhnya merah. Dia mengatakan,”Sesungguhnya pakaian berwarna merah itu adalah dua pakaian yang berasal dari Yaman yang dijahit dengan benang berwarna merah dan hitam. Permasalahan hanya karena terdapat benang merah ini sudah diketahui sedangkan apabila seluruhnya berwarna merah maka larangan terhadapnya lebih utama lagi. Disebutkan didalam shahihain bahwa Nabi saw melarang mengenakan sutra yang berwarna merah.” (Subulussalam juz II hal 178 – 179)
Dalam hal pewarnaan pakaian dalam Islam ini ada 2 permasalahan: 
Pertama : Apabila kain dicelup dengan warna merah (Muasfhar).
Kedua : Apabila kain dicelup dengan warna kuning (Muza’far).

Apabila kain dicelup dengan warna merah (muashfar) maka terdapat perbedaan pendapat:
1.Ahmad dan Al Hadawiyah mengharamkannya berdasarkan riwayat dari Amru bin Ash berkata,”Rasulullah SAW melihatku mengenakan dua pakaian dari Muasfaroin. Beliau SAW bersabda,”Sesungguhnya ini adalah diantara pakaian orang-orang kafir maka janganlah kamu memakainya.” (HR. Muslim).
2.Jumhur Sahabat, Tabi’in, Abu Hanifah, Malik dan Syafi’i membolehkannya berdasarkan riwayat dari Baro bin Azib yang mengatakan,”Aku pernah menyaksikan Nabi SAW mengenakan pakaian berwarna merah.” (HR. Bukhori Muslim).
3.Ada riwayat dari Imam Malik yang mengatakan bahwa hal itu adalah makruh tanzih apabila dipakai di kebun, pasar dan tempat-tempat lainnya kecuali di dalam atau halaman rumah. Mereka juga berdalil dengan dalil yang digunakan kelompok kedua.  

Sedangkan apabila kain dicelup dengan warna kuning (muza’far) maka pendapat para Ulama adalah :
1.Abu Hanifah, Syafi’i dan para pengikutnya berpendapat bahwa hal itu haram digunakan baik pada pakaian maupun badan, berdasarkan riwayat dari Anas bin Malik r.a. bahwasanya Rasulullah SAW melarang seorang laki-laki yang menggunakan Za’faron (warna dari kunyit).” (HR. Bukhori, Muslim, Abu Daud). 2.Sebagian ulama ada yang mengatakan bahwa hal itu adalah makruh tanzih berdasarkan riwayat dari Ibnu Umar ra yang berkata,”Aku pernah menyaksikan Nabi saw mencelup dengan warna kuning.”
3.Sebagian ulama yang lain ada yang melarangnya pada saat mengenakan ihram untuk haji atau umroh berdasarkan hadits Ibnu Umar bahwa Nabi saw melarang seorang yang berihram mengenakan kain yang terdapat waros atau za’faron (warna kuning).
4.Imam Malik membolehkan penggunaan warna kuning untuk kain / pakaian dan diharamkan apabila digunakan untuk badan, berdasarkan riwayat dari Abu Musa bahwa Rasulullah saw bersabda, ”Allah tidak menerima shalat seseorang yang dibadannya ada sesuatu dari kholuq (pewangi yang berwarna kuning).”
Dalam hal perpakaian sendiri , aku......alias penulis blog ini memberikan penilaian tentang warna untuk pakaian lelaki ( khusus lelaki lho...., soalnya kalau kaum Hawa yang notabene adalah simbol dari keindahan , maka bagiku asal kelihatan good looking , serasi , nyaman....maka itulah pilihan pakaian yang terbaik baginya ) sebagai berikut :
1. Lelaki yang menyukai pakaian dengan warna biru atau dominan warna biru ; itu terkesan kalem , naturalis , cool
2. Lelaki yang menyukai pakaian dengan warna cream , coklat , stone , beige ; terkesan memiliki kekuatan unsur bumi
3. Lelaki yang menyukai pakaian dengan warna merah tua , terracotta ; terkesan cool , sangar ,jantan
4. Lelaki yang menyukai pakaian dengan warna putih , optical white, broken white; terkesan bersih ,rapi , priyayi
5. Lelaki yang menyukai pakaian dengan warna kuning , merah muda , pink , hijau pupus ; terkesan kemayu , mencari sesnsasi.... ; untuk yang warna merah.....hati-hati disruduk banteng

Penilaian diatas itu murni penilaianku , jadi tetap up to you dalam memilih pakaian yang akan dikenakan , apalagi bila pakaian itu hasil pemberian, hadiah, souvernir , pakaian jatah/seragam....

Demikian tulisanku ini , semoga bermanfaat....Wallahu a'lam bishshowaf

Minggu, 25 Januari 2015

Apakah Narsis termasuk Ujub ( membanggakan diri ) ???

Gbr.1. Berhijabpun juga masih suka narsis....

Pas lihat tanggal terakhir nulis.....Ya Allah....lama nian aku ini gak nulis diblogku ini.....bayangkan hampir 6 bulan atau setengah tahun. Artinya menulis blog itu gak semudah orang narsis atau selfie didepan kamera ; dan tak secepat melemparnya kedunia maya lewat media sosial yang ada
.
Gbr.2 . Kucingpun yang tak kenal kamera bisa narsis

Kali ini aku mau memposting tulisan seputar narsis yang memang lagi jadi trend didunia maya ini.

Sifat narsisisme ada dalam setiap manusia sejak lahir, dan sifat narsisisme dalam jumlah yang cukup akan membuat seseorang memiliki persepsi yang seimbang antara kebutuhannya dalam hubungannya dengan orang lain. Narsisisme memiliki sebuah peranan yang sehat dalam artian membiasakan seseorang untuk berhenti bergantung pada standar dan prestasi orang lain demi membuat dirinya bahagia. Namun apabila jumlahnya berlebihan, dapat menjadi suatu kelainan kepribadian yang bersifat patologis. Kelainan kepribadian atau bisa disebut juga penyimpangan kepribadian merupakan istilah umum untuk jenis penyakit mental seseorang, dimana pada kondisi tersebut cara berpikir, cara memahami situasi dan kemampuan berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi normal. Kondisi itu membuat seseorang memiliki sifat yang menyebabkannya merasa dan berperilaku dengan cara-cara yang menyedihkan, membatasi kemampuannya untuk dapat berperan dalam suatu hubungan. Seseorang yang narsis biasanya memiliki rasa percaya diri yang sangat kuat, namun apabila narsisme yang dimilikinya sudah mengarah pada kelainan yang bersifat patologis, maka rasa percaya diri yang kuat tersebut dapat digolongkan sebagai bentuk rasa percaya diri yang tidak sehat, karena hanya memandang dirinya lah yang paling hebat dari orang lain tanpa bisa menghargai orang lain. (Wikipedia)
 Gbr.3. Liat...berparuh seperti bebekpun dianggap menarik !.

Untuk mengkategorikan apakah seseorang itu mengidap sindrom narsisistik setidaknya paling sedikit harus memiliki 3 dari tanda-tanda berikut ini:
1. Mengharapkan agar orang lain memuji dan menghormati dirinya, hasil kerjanya, atau apa yang ia miliki walaupun pada kenyataannya hal yang ia miliki tersebut bukanlah suatu hal yang luar biasa.
2. Memiliki kebanggaan berlebihan dan perasaan “grandeur” atau kebesaran bahwa dirinya memiliki hubungan dengan tokoh-tokoh yang terkenal. Contohnya selalu mengatakan bahwa dirinya adalah kerabat dari Presiden, atau mengaku sebagai sahabat artis terkenal dalam setiap kesempatan. Namun seringnya hal tersebut merupakan hasil karangan agar orang lain merasa kagum dengan dirinya.
3. Bisa bersifat manipulatif dan menghalalkan segala cara agar orang lain merasa kagum dengan dirinya. Misalnya dengan mengklaim karya orang lain sebagai hasil karya sendiri yang kemudian dibanggakannya kepada orang lain.
4. Merasa tidak rela dan tidak senang jika orang lain memiliki kelebihan dari dirinya (iri hati), dan berusaha keras untuk melebihi orang tersebut.
5. Menyukai gaya hidup yang mewah, dan selalu mengikuti trend walaupun sebenarnya diluar batas kemampuannya. Hal ini dilakukan agar dirinya dipandang “lebih” dari orang lain.
6. Haus akan perhatian dari orang-orang sekitarnya (self-centered), dan berusaha agar orang lain mau melakukan apa yang ia inginkan.
7. Sangat sensitif dan sangat tidak suka jika dikritik oleh orang lain, dan akan membalasnya secara kasar. Jika dikritik, maka pikiran mereka akan selalu dibayangi oleh kritikan tersebut. Membuat mereka merasa sangat dipermalukan dan down.
8. Merasa dirinya lebih superior daripada orang lain, baik dalam hal kepandaian, kekayaan, maupun gaya hidup. Padahal sebenarnya tidak.
9. Memiliki rasa penolakan (rasa gengsi) yang tinggi terhadap hal-hal yang dianggap di bawah standar yang ditentukannya.
10. Merasa bahwa dirinya adalah orang yang sangat penting yang harus dilibatkan dalam kehidupan orang lain, serta kurangnya empati (kepekaan) terhadap orang lain.
11. Memiliki rasa percaya diri yang berlebihan dan terkesan arogan terhadap lingkungan sekitarnya.
12. Kebanyakan individu dengan kepribadian narsisistik adalah individu yang ambisius, kurang peduli dengan keadaan sekitarnya/orang lain, sangat kompetitif, dan terkadang suka mencari perhatian.
Demikian penjelasan mengenai narsis dalam pandangan psikologi umum



Kesamaan Narsis dan Ujub
Pertanyaannya, apakah dalam gejala-gejala narsisme ini sama dengan istilah ujub yang termasuk dalam akhlak tercela? Dalam hidup, manusia akan senantiasa dihadapkan ujian oleh Allah. Ujian itu bisa berubah hal-hal yang sifatnya positif dalam pandangan manusia atau hal yang negatif seperti musibah. Hanya saja kebanyakan manusia tidak menyadari bahwa kenikmatan, keelokan paras, harta benda dan kekayaan, dan semisalnya sebagai sebuah ujian.
Wajah elok, kekuatan fisik, keturunan ningrat, ajengan, jabatan prestise, kekayaan, prestasi dan karya seseorang adalah karunia Allah sekaligus ujian. Apakah manusia mau mengakuinya atau mengingkarinya. Jika manusia lupa semua itu sebagai kenikmatan dari Allah dan membanggakan dirinya maka itulah yang disebut ujub. Ujub adalah penyakit rohani berbahaya karena memalingkan dari syukur.
Ujub berasal dari kata “العُجْب” yang secara bahasa memiliki beberapa arti; Merasa gembira dan merasa baik, menarik, mempesona dan Merasa tinggi dan hebat.  (At-Taubah: 25)
{ولأمة مؤمنة خير من مشركة ولوأعجبتكم}.
“Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu.”  (Al-Baqarah: 221)
Dalam istilah ulama akhlak ujub adalah perasaan senang, gembira dan bangga atas dirinya atau karena ucapan dan pekerjaan tanpa ada unsur melecehkan orang dalam bentuk tindakan nyata. Jika ada unsur tindakan yang melecehkan orang dalam tindakan nyata maka maka itu takabur. Sebagian ulama menambahkan ujub diikuti oleh perasaan lupa dan lalai atas nikmat Allah yang dia banggakan.
Ujub dilarang dalam Islam dan salah satu jenis syirik. Ibnu Taimiyah: “Kebanyakan riya’ lahir karena ujub. Riya masuk syirik kepada Allah dan ujub masuk syirik terhadap jiwa (diri). Orang riya tidak menerapkan “iyyaka na’budu” orang yang ujub tidka menerapkan “iyyaka nastain”.
Imam Al-Ghazali, “Ketahuilah bahwa ujub itu tercela di dalam kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya Sallalahu Alaihi Wassalam. Allah berfirman,
 “Dan di peperangan Hunain, tatkala jumlah yang banyak telah membuat kalian bangga diri. Namun itu tidak memberikan manfaatkan kepada kalian.” (At-Taubah: 25)
Allah mengecam sikap bangga diri merasa besar dan banyak jumlahnya padahal itu tidak memberikan manfaat apapun kepada mereka.
Al-Qurthubi berkata, “Ujub adalah seseorang mengamati dirinya dengan persepsi kesempurnaan dengan melupakan nikmat Allah. Jika itu diikuti dengan menghinakan dan meremehkan orang lain maka itu takabur.”
Namun berpenampilan baik dan bagus secara fisik tidak selalu disebut bangga diri dan ujub jika itu semata-mata karena menjaga kebersihan dan kepantasan. Sesungguhnya seluruh orang yang sombong akan dikumpulkan pada hari kiamat bagaikan semut yang diinjak-injak manusia.” Ada seseorang yang bertanya: “Wahai Rasulullah, bukankah seseorang itu ingin agar baju yang dikenakannya bagus, sandal yang dipakainya juga bagus?” Rasulullah menjawab: “Sesungguhnya Allah itu Maha Indah, dan menyukai keindahan, hakikat sombong itu ialah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu)
 Gbr.4. Berselfie dengan pose narsis yang membahayakan jiwa...


Ada kesamaan antara narsis dengan ujub, baik dalam ilmu psikologi umum atau dalam psikologi Islam sama-sama dipandang sebagai penyakit kejiwaan seseorang. Keduanya sama-sama memandang sebagai fenomena kejiwaan yang bersifat negatif. Gejala-gejala narsis dan ujub yang disebutkan oleh pakar psikologi umum dan para ulama Islam juga hampir sama, meski sebagiannya masih merupakan gejala awal belum menjurus kepada ujub yang dilarang.
Semoga tulisan ini berkenan dan bermanfaat. Wallahu a'lam bishshowaf.