Kamis, 28 Oktober 2010

Kenapa Sujud mbah Maridjan menghadap selatan???[MITOS]

Kenapa Sujud mbah Maridjan menghadap selatan???[MITOS]

Kenapa sujudnya mbah Maridjan ketika beliau meninggal menghadap selatan ( saat di temukan
tim evakuasi )????
Kenyataan ini menjadikan suatu perdebatan tersendiri , sehingga dibenak-benak orang banyak
terlintas hal-hal yang sebenarnya mereka tidak ketahui secara pastinya ; ada yang mengatakan
atau berasumsi sebagai berikut :
“Sekali lagi ane jelasin yah..ini bukan masalah sholat beliau.., tapi jasadnya yang di temukan
ketika meninggal sujud menghadap selatan... “ salah satunya mengatakan demikian dalam suatu
debat.
“ Kenyataan : hal yang ga bisa dipikir dengan nalar dan fikiran.., aneh tapi nyata. “ ada juga yang
mengatakan seperti itu.


Namun cobalah kita menganalisanya secara seksama :
1.Tanggal 26 Oktober 2010 kemaren Gunung merapi meletus..Coba dipikir ; kenapa mbah
Maridjan tetep kekeh ngga mau Turun???
2.Merapi meletus meninggalkan efek yang cukup besar di daerah sekitar gunung...seperti
Kebumen,Purworejo,Cilacap ,Pengandaran bahkan sampai Ciamis dan Tasik terkena debu
letusan gunung Merapi, Muntilan dan Magelang terkena hujan pasir dari gunung Merapi..
tau dimana letak keanehannya ?; ternyata daerah Yogyakarta tidak terkena dampak debu yang
signifikan…, debu gunung merapi hanya sampai batas kaki gunung merapi..tidak lebih dari itu..
Seorang yang berdebat dalam hal ini mengatakan : “ Saya tinggal di Yogyakarta , dan saya sama
sekali tidak melihat debu merapi sampai tempat saya…, padahal rumah saya di sekitar gunung
merapi di jalan kaliurang...”
3. Kenapa Mbah maridjan meninggal dalam keadaan Sujud menghadap Selatan?
Kesimpulannya [ini mitos]—(semua tergantung dari keyakinan masing2)
1.Mbah Maridjan itu merupakan abdi dalem dari Keraton dan di utus langsung oleh Sri Sultan
Hamengkubuwono IX ) untuk melindungi Merapi sekaligus keraton…, dan untuk itu Sultan
memberinya gelar : “ Raden Mas Surakso Hargo “.( tahu arti nama gelar tersebut gak…???)
Menurut kepercayaan orang Jogja sendiri [mitos] jika merapi meletus, letusannya tidak akan
sampai keraton hanya sampai batas tugu jogja…,Dan disinilah tugas Mbah Maridjan ..dialah juru
kunci merapi yang di utus Sri Sultan untuk melindungi keraton dan sekitarnya ..sehingga dia
tetep kekeh ga mau turun karena tanggung jawabnya tersebut..Dan bisa disimpulkan sendiri apa
yang terjadi jika pada saat itu dia sampai turun...
2.ketika merapi meletus wedus gembel itu menuju arah rumah mbah Maridjan yang berada di
sebelah selatan gunung Merapi..., namun arah hujan pasir ke utara atau lebih tepatnya barat
laut...yaitu Muntilan dan Magelang..yang posisinya di utara Yogyakarta..jadi dapat di pastikan
saat itu udara berhembus dari arah selatan ke utara...
3.Pernyataan no 2 di atas ada hubungannya dengan posisi sujud mbah Maridjan yang menghadap
selatan..???, nah disinilah mitos-mitos itu mulai muncul..; benarkah ada hubungannya dengan
pantai selatan..?? , silakan anda sendiri yang menyimpulkan...
jadi jika ada yang beranggapan mbah Maridjan mencelakakan warga yogya salah besar.., justru
beliau benar-benar konsekwen dan tanggung-jawab melindungi Yogyakarta hingga akhir
khayatnya...
Pernyataan di atas seperti halnya anda dihadapkan dengan pertanyaan : Percayakah kalian
dengan Pawang Hujan??..., sama seperti Percayakah kalian dengan Juru Kunci Merapi??
Adapun tentang sujud beliau saat meninggal ditemukan menghadap arah selatan ; maka opiniku
sebagai orang yang husnudzon saja adalah seperti berikut :
Jika suatu saat anda diundang dalam suatu acara, dan diacara itu mendadak anda diminta naik ke
panggung, kemudian ujug-ujug anda diberitahu mendapat hadiah sebuah sedan mewah Mercy
SLK.350 ; dan dengan karunia itu, anda melakukan sujud saking gembiranya ; namun saat anda
sujud itu, kemudian Sang Malaikat pencabut Nyawa datang mencabut nyawa anda ; padahal
anda sujud diruangan gedung ,dan menghadap arah timur ; apakah timbul mitos anda sebagai
penyembah matahari terbit ?; Bagaimana bila sujud Mbah Maridjan itu sebagai wujud sujud
syukur karena beliau yang diberi tugas menjaga gunung Merapi dan kota Yogyakarta bisa
merasakan kota yang diminta untuk dijaganya dari keganasan gunung Merapi itu bisa terhindar
dari bahaya letusan gunung Merapi tersebut ?
Sebagai seorang muslim aku bertanya sekarang : “ Apakah perwujudan rasa syukur dengan
bersujud itu harus menghadap kiblat ( jika dilakukan diluar sholat ) ?? “
Janganlah mem-vonis bahwa beliau itu musyrik ( sujud menghadap selatan seakan menyembah
Nyi Loro Kidul ) ; karena sesungguhnya yang berhak atas menjatuhkan vonis tersebut adalah
Allah SWT.
Dan ini adalah masalah kepercayaan masing-masing…, wallahu a’lam bishshowab..

Selasa, 26 Oktober 2010

Akankah ini terjadi ??

Akankah ini terjadi ?

Ketika kita SD kelas 5 (th 80an ) maka jika luas Pulau Jawa adalah 100 , maka setelah 30 tahunan ini ( th 2010 ) ; bila ditanya luas pulau Jawa , bila kita jawab 100 lagi, itu adalah salah, yang benar , mungkin sekarang ini setelah 30th-an maka menjadi 105. Ambil contoh yang mudah : Kota Semarang ketika aku SD tak seluas dengan kota Semarang yang sekarang ini ; dikarenakan adanya pertambahan areal perumahan di pantai utara-nya. Benar khan…???? ; Dan sesuai hukum alam , bila suatu saat ada penambahan, maka suatu saat pula akan ada pengurangan. Mungkinkah Pulau Jawa ini akan terpecah jadi 2 bagian sebagaimana dari hukum alam akan adanya pengurangan ?

Dan jika gunung-gunung yang jadi “paku”nya pulau Jawa ini meletus, maka akan terbelahlah Pulau Jawa ini , akibat dari bencana yang dahsyat tersebut Pulau Jawa akan kehilangan seperlima luasnya, diujung barat dan ujung timur bagian Pulau Jawa ini akan membentur bagian yang berdekatan, sehingga jarak antara Jawa Barat dan Sumatera jadi lebih dekat, demikian juga dibagian timur Pulau Jawa akan berdekatan dengan Pulau Bali dan Pulau Madura, dan saat itupun memang terjadi tsunami yang memakan banyak korban juga.
Bila pulau Jawa terpecah jadi dua akibat seretan meletusnya gunung berapi yang dipicu oleh dahsyatnya Gunung Merapi meletus , diikuti Gunung Merbabu ; Gunung Sumbing , dan Gunung Sindoro; maka yang terjadi adalah benar-benar terpisahnya Solo dan Jogya.

Disisi Timur adalah Kota Solo yang menjadi kota pantai, berawal dari utara adalah kota Semarang yang benar-benar jadi kota pantai Laut Jawa dan Pantai Selat JATENG ( Selat yang membelah Jawa Tengah ), sebagian wilayah barat Kota Seamarang akan tenggelam dimulai dari Bandara Ahmad Yani, Sri Kuncoro, kali Pancur,Sadeng , Gunung pati, terus mulai keluar dari wilayah Semarang yaitu Boja, Parakan Timur, Secang Timur, Ambarawa jadi kota pantai, dimana Rawa pening amblas, Salatiga hilang ,tinggal Susukan Timur, Boyolali hilang , dan Sragen jadi kota pantai sampai ke Kota Solo yang juga jadi kota Pantai, sampai sisi wilayah Wonogiri, kota Wonogiri jadi kota pantai, namun waduk Gajah Mungkurnya juga amblas hilang kedasar selat Jateng, keselatan yang jadi pinggiran pantai Selat Jateng adalah Baturetno, Donorojo, sampai Klayar yang merupakan pantai antara Selat Jateng dan Samudera Indonesia.

Disisi Pantai Barat Selat Jateng adalah Pantai Pelabuhan Subah daerah Batang sebagai Pantai antara Laut Jawa dengan Selat Jateng, terus ke selatan pesisir pantainya meliputi Batur, Tulis, Bandar, Wanayasa, Punggelan,Banjarnegara jadi kota pantai , Kaliwiro,Bener, Samigaluh, Kalibawang, Sleman, Mlati, Banguntapan, Dlingo , Tanjung Sari , Kukup yang merupakan ujung pertemuan Selat Jateng dengan Samudera Indonesia.

Sungguh cukup luas banget daerah yang amblas tenggelam menjadi dasar laut Selat jateng, diperkirakan ada 1/5 sendiri bagian Jawa Tengah-DIY yang berubah jadi lautan. Kota Kendal, Kaliwungu, Sukorejo, Temanggung, Magelang , Boyolali, sebagian Sukoharjo, Klaten merupakan kota-kota yang amblas, Candi Borobudur, Mendut, Prambanan, Telaga Warna, Dieng itulah kota atau daerah yang akan amblas. Entah berapa ribu kilometer persegi daerah yang amblas jadi lautan , berapa jiwa yang melayang , berapa kerugian yang tertanggung, ya aku tidak mengerti, inilah wujud dari pada aku sebagai hamba yang masih lebih kecil dibandingkan Yang Maha Kuasa…Allah SWT.

Jika bencana ini terjadi; semoga bencana ini terjadi bukan pada masaku, juga bukan pada masa anak cucuku…; namun aku hanya bisa bilang : Wallahu a’lam bishshowab

Senin, 25 Oktober 2010

Janganlah Engkau Takabur Karena Tawadu’

" Jika Allah mencintai seorang hamba, Dia mengujinya. Jika ia bersabar, maka Dia memilihnya. Dan jika ia rela, maka Dia mengutamakannya di sisi-Nya ".(Al-Hadist)

Kali ini aku mau menulis tentang suatu sifat yang wajib dimiliki oleh seorang muslim, namun ternyata sifat yang terlihat baik itu ; apabila kita mnengaplikasikan dalam kehidupan secara berlebihan , maka bukanlah kebaikan yang kita peroleh, namun kejelekan yang kita dapat sebagai ganjarannya dimata Allah. Wallahu a’lam bishshowaf…..

Janganlah Engkau Takabur Karena Tawadu’

“Siapa yang merasa dirinya tawadu’, benar-benar dia telah takabbur. Sebab tiadalah dia merasa tawadu’ kalau bukan karena sifat tinggi darinya. Maka kapan saja engkau merasa dirimu tinggi, maka engkau sudah benar-benar takabur.”

Tawadu’ memang suatu sifat terpuji bagi orang-orang saleh. Merendahkan diri (tawadu’) adalah hasil dari ibadah. Merendahkan diri kepada Allah. Merasa kecil dan rendah dihadapan Allah Rabbul ‘Alamin. Kepada sesama hambapun manusia harus tawadu’, tidak angkuh dan ujub karena menjadi hamba Allah yang taat menjalankan ibadah, dan patuh atas semua perintah dan larangan-Nya. Namun merasa dirinya paling tawadu termasuk sifat yang angkuh (kibir). Apalagi bila sifat tawadu’ dipamerkan kepada orang lain, maka jadilah perbuatan ini riya’.

Sifat tawadu perlu dimiliki oleh setiap muslim yang saleh, akan tetapi tempat tawadu’ itu didalam hati. Kalau tawadu itu nampak diluar diri seseorang, itulah akhlakul mahmudah. Karena tawadu’ adalah termasuk akhlak terpuji bagi manusia beriman.

Dalam pergaulan dengan sesama manusia, maka orang pun hendaknya memiliki perasaan tawadu’. Sifat tawadu’ akan menghindari manusia merasa lebih dari yang lain. Merasa lebih paling benar , lebih kaya, lebih berderajat, dan berpangkat, lebih cantik, lebih kuat, dan kelebihan lainnya. Merasa lebih membuat manusia lebih angkuh. Sedangkan keangkuhan itu menurut hadits Rasulullah SAW.: “Al-Kibru batrul haqqi wa gamtun nasi” (Sombong itu menolak kebenaran, dan merendahkan manusia... (HR. Muslim)

Selanjutnya Syekh Ataillah mengatakan: “Bukanlah yang dinamakan tawadu’ itu, apabila orang yang tawadu’ merasakan ia harus berada diatas apa yang ia lakukan. Akan tetapi yang dinamakan tawadu’ adalah orang yang ketika tawadu’ merasakan bahwa dia berada dibawah apa yang ia lakukan.”

Menurut Syekh Asy-Syibli, orang yang merasa dirinya berharga, atau minta dihargai, maka ia bukan orang yang tawadu’. Termasuk disini adalah sifat selama kita masih merasa ada orang yang melebihi dirinya, maka sifat ini termasuk sifat sombong. Sedangkan orang yang tawadu’, umumnya sabar, tidak dendam, jauh dari emosi, pandai menahan diri, tidak tamak, tidak merasa besar dan super, tidak suka mengungkit-ungkit suatu aib, mengolok-olok, dsb.

Hamba Allah yang tawadu’ tidak merasa memiliki kelebihan apapun, tidak merasakan kemuliaan ada pada dirinya . Tawadu’ baginya adalah sifat dan watak yang harus dimiliki oleh setiap muslim namun tidak dipamerkan, jika perlu tidak sampai terbaca oleh oleh orang lain.

Syekh Ataillah mengingatkan: “Hakikat tawadu’ adalah bertawadu’nya seseorang karena melihat keagungan Allah dan sifat-sifat-Nya.”

Sebenarnya tawadu’ itu hanyalah sifat terpuji yang tersimpan dalam hazanah kalbu seorang hamba Allah. Ia tidak menunjukkan sifat-sifatnya itu. Ia hanya meneladani akhlak Rasulullah SAW. Ia sendiri tidak merasa memiliki sifat tersebut, karena yang ia pakai dan tiru adalah sifat Rasulullah SAW.

Syekh Ahmad Ataillah menegaskan: “Tidak ada yang dapat mengeluarkan engkau dari sifat angkuh, kecuali engkau memperhatikan sifat-sifat Allah.”

Kekuasaan Allah adalah segala sifat yang ada pada-Nya. Dia bersifat Maha Kuasa. Selama manusia tidak memperhatikan sifat-sifat dan kemuliaan yang ada pada Allah, selama itu pula ia merasa lebih dari manusia lainnya dan dengan sifat itu ia telah takabur.

Sifat tawadu’ patut dimiliki oleh setiap Muslim, karena sifat itu adalah sifat yang diteladani dari sifat utama Nabi Muhammad SAW. Sifat ini adalah bagian dari Akhlakul Mahmudah.

Nabi Muhammad SAW mengingatkan, “Sesungguhnya Allah SWT telah mewahyukan kepadaku, agar bertawadu’lah kalian, sehingga tak seorangpun menyombongkan dirinya kepada yang lain, atau seorang tiada menganiaya kepada yang lainnya.” (HR. Muslim)[]

Demikian tulisan ini, semoga bermanfaat bagi para pembacanya , dan semoga sebagai hamba Allah , kita bisa mengambil manfaatnya, dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Selasa, 19 Oktober 2010

PENIPUAN GAYA BARU

PENIPUAN GAYA BARU
Alhamdulillah…, kali ini aku mau nulis kejadian yang kemarin sore hampir saja menimpaku , dan untungnya berkata kasih saying Allah, aku dapat terhindar ; dan sengaja aku tulis diblog-ku ini untuk bahan sharing saja kepada para pembaca, sehingga kejadian serupa tidak akan menimpa dan merugikan anda.
Selasa, 19 Oktober 2009 , kira kira jam 4 sore, pokoknya setelah aku sholat ashar , tiba-tiba ada yang meneleponku :
“ Hallo pren , apa khabar nich….? “ katanya begitu sok akrab.
Dan aku sejenak melihat nomor yang masuk tersebut, nomor asing, suaranya juga asing , dan otakku langsung membuka file-file mencocokkan dengan kondisi yang ada…..blank!
“Ya…., siapa ini…? “ Tanyaku….
“ Ampun dech…sama suaraku gak apal , aku temanmu yang reserse itu….? “ Katanya dari seberang dengan nada yang begitu sok akrab….
“ Siapa sich…., koq gak muncul namamu ? “ Tanyaku….asli , soalnya aku mulai ragu…
“ Emang punya teman reserse berapa orang sich....sampai lupa sama suaraku “ katanya dengan gaya yang masih sok akrab..
“ Bajingkruk….siapa sich ? , kalo temen reserse ya jelas banyak aku..” Kataku mulai kesal.
“ Ampuuun dech…., ini aku temanmu yang bertugas di Selatan “
“ Selatan mana…?, polsek Cimahi Selatan…? “ tanyaku saat itu, habis penasaran sich….
“ Ya iyalah….masak lupa sama suaraku…., ini aku yang tinggi, putih, kumisan….siapa hayooo ? “ katanya sambil lebih semangat dan tambah sok akrab.
Sejenak aku berpikir, gak ada itu yang rinciannya tinggi,putih,kumisan…dan suaranya seperti itu, sebagai reserse lagi , dipolsek Cimahi Selatan….pasti ini “dobol kuro” , pasti ini pembohong besar…., karena sesame intelegen kalo dipolsek Cimahi Selatan, ya paling tidak pernah srawung-lah. Dan akupun langsung mulai ngarang aja…
“ Oooo….Pak Aang….”
“ Iyaaaa….mulai ingat khan…? “ Ujarnya. (ingat ndas-mu itu, gak ada yang namanya Pak Aang sebagai reserse di Cimahi Selatan )
Dan dia-pun mulai ngobrol ngalor-ngidul, sampai akhirnya dia mulai bilang kalau ada lelang barang2 sitaan dipolsek, tapi off the record.
“ Ya sudah nanti malam saya ke polsek “ ujarku mantap
Dia bilang kata pimpinan gak boleh dilakukan dikantor polsek, dan ini hanya untuk kalangan yang kenal saja, terus dia bilang akan SMS ke HPku barang apa saja yang mau dilelang tersebut, berikut price listnya. Dia juga bilang setelah SMS kira-kira lima menit kemudian akan nelpon lagi, dan memberitahu cara-caranya untuk membeli barang yang dimaksud. Setelah itu dia tutup dengan pamitan secara sopan terlebih dahulu.
Tak lama memang benar, ada SMS di HPku dari nomornya, dan setelah kubuka tercantum daftar list barang lelangan mulai laptop yang cuman harganya 2 jutaan padahal spesifikasinya yahud, terus TV flat yang slim dengan harga cuman 900rb-an , juga ada handycam,HP BB,Experia,Nokia dari berbagai seri dengan harga cuman 500rb-an, dan dituliskan pula barang dijamin bagus. Sungguh menarik, tapi aku sendiri bingung, buat apa barang2 itu kalo dirumah sdh ada, dan sudah punya, bahkan malah ada yang gak dipakai….
Singkatnya aku gak mau nelpon…, sampai akhirnya ada telpon lagi masuk ke HPku tapi nomornya “asing” lagi bagiku; dan aku langsung terima.
“Ya.., siapa ini “ Kataku dengan suara tegas seperti intelejen bila sedang introgasi.
“ Ampun, ini aku yang tadi…Aang..” Jawabnya
“Ooo Pak Aang…bajingkruk !, nomornya ganti lagi….” Kataku..
Si Oknum itu hanya tertawa kecil, terus dia tanya “ Gimana dengan barang yang ditawarkan untuk lelangan ? “
Dan dengan santai aku jawab : “ Barusan aku telpon kapolseknya, kebetulan dia sahabat gowesku, katanya gak ada acara lelang “
Dan apa reaksinya : “ BILANG SAJA GAK MAU, GAK USAH BAWA NAMA KAPOLSEK “ trup….langsung di tutup.
Aku langsung call balik si Aang dari 2 nomor yang tadi dia gunakan nelpon aku; dan apa yang terjadi…, nomor itu gak bisa aku hubungi..
Aku langsung check segalanya yang berhubungan dengan HPku, Alhamdulillah….sepertinya selamat semuanya.
Malamnya sekitar jam 10 , aku iseng-iseng miscall nomor Aang tersebut dengan HPku yang lain, dan nyambung , aku langsung matikan, dan aku kirim SMS padanya :
SMSku : Hari ini apa lu berhasil menipu orang?
Tak lama dia jawab : Ya iyalah, tiap hari aq selalu bisa nipu orang2 yang bodoh dan rakus
SMSku: Apa hari ini lu gak melakukan sesuatu yang bodoh dan rakus?
Tak lama dia jawab : Emang apa urusanmu Njeng?
SMSku : Aku hanya ingin member lu salam terakhir sebelum lu tamat !
Dan setelah itu dia gak balas lagi SMSku…, selang satu jam kemudian aku miscall nomornya gak ada tersambungnya lagi….ngilang….takut…atau entah apa….aku juga gak tahu ; hanya malam itu aku langsung bersyukur kepada Allah lagi karena bisa terhindar dari penipuan ini, juga aku berharap si “Aang” yang sok akrab, dan mengaku sebagai reserse itu bisa kembali kejalan yang benar, jalan yang baik, jalan yang tidak merugikan dan menipu orang lain, jalan yang lebih diridhoi oleh Allah.
Hidup sekarang ini memang susah, terpaan dan himpitan masalah ekonomi kadang membutakan pikiran dan hati, sehingga menghalalkan segala cara untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup ini. Hanya orang yang istiqomah yang bisa selamat akan ini semua. Penghasilan yang sedikit tapi halal itu akan lebih baik bagi dirimu dan keluargamu….percayalah akan itu….
Semoga ceritaku ini bisa bermanfaat bagi para pembaca semuanya

Senin, 18 Oktober 2010

" Manunggaling Kawulo-Gusthi "

Manunggaling Kawulo – Gusthi

Mengapa sampai ada ungkapan seperti itu? , dan inilah pandanganku mengenai ungkapan tersebut.
Pemikirannya sederhana ; jika kau buat sebuah boneka dengan berdasarkan ilmu yang engkau punya, tentunya engkau akan membuat boneka itu yang memiliki kriteria yang hampir sama sepertimu.Kau akan buat seolah-olah apa yang ada pada dirimu bisa terbiaskan pada bonekamu tersebut . Benar apa tidak ?
Dan jika dibalik produsen boneka tersebut adalah Allah, dan bonekanya adalah kita (manusia) , maka hal serupapun akan dapat kita lihat ; ketika Allah Maha Melihat, maka Allah memberikan sebagian penglihatanNya tersebut kepada kita ; dan Allah Maha mendengar, maka Allahpun memberikan sebagian pendengaranNya kepada kita, dan Allah Maha berkehendak , maka Allahpun memberikan sebagian sifat berkehendaknya kepada manusia; dan seterusnya…dan seterusnya….hingga apa yang jadi Asma’ul HusnaNya terbias dalam diri makhluknya yang bernama manusia ini. Dari sinilah maka manusia itu bisa mencetuskan ungkapan Manunggaling Kawulo –Gusthi .
Dalam perjalanan sejarah manusia , banyak tokoh-tokoh yang akhirnya keblinger , terlalu pongah , terlalu sombong dan angkuh, sehingga mereka menyebut dirinya sebagai Tuhan. ( Dalam hal vonis yang ini , aku sendiri sebagai manusia biasa tidak berani menjatuhkan vonis seperti tersebut kepada tokoh-tokoh yang sempat mengukir sejarah dengan kekelamannya, dikarenakan aku sendiri kurang mengetahui isi hati dari tokoh-tokoh tersebut , dan bagiku sendiri kebenaran hakiki hanya Allah-lah yang pantas memberikan predikatnya )

Manusia dalam Pandangan Islam

Islam juga memandang manusia sebagai suatu maujud yang mempunyai beberapa dimensi, yang penciptaannya dimulai dari materi yang tidak mempunyai kecerdasan, namun setelah meniti perjalanan dan peringkat-peringkat kesempurnaan ia berubah menjadi satu bentuk maujud yang lebih utama dari materi.

Allah Swt menggambarkan penciptaan manusia sebagai berikut:

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang lain. Maka Mahasuci-lah Allah, Pencipta Yang paling baik" (QS. al-Mukminun:12-14).

Pada ayat di atas, setelah menjelaskan tahapan-tahapan kesempurnaan materi manusia dan sampainya manusia kepada ujung batas potensinya dan menerima ruh mujarrad, Allah Swt berfirman, Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang lain. Allah Swt menyebut makhluk baru itu dengan makhluk yang lain, yang berbeda dengan dasar ciptaan-ciptaan sebelumnya-yang merupakan ciptaan yang bersifat materi. Maksudnya, ciptaan baru yang berbentuk diri manusia lebih baik dari ciptaan-ciptaan sebelumnya ( Dalam penciptaan manusia mengalami proses pengembangan sehingga menjadikan manusia itu semakin lebih baik…; Anda pernah melihat gambaran Adam sebagai manusia yang pertama ?, bandingkan dengan manusia yang terkini …). Dengan kata lain, lebih sempurna dan terbebas dari materi. Di sini, penciptaan sesuatu yang mujarrad dari sesuatu yang materi dan berubahnya suatu bentuk materi menjadi bentuk mujarrad sungguh sesuatu yang sangat penting dan amat mencengangkan. Pada akhir ayat di atas Allah Swt berfirman, Mahasuci-lah Allah, Pencipta Yang paling baik. Perlu diperhatikan, bahwa Allah Swt menggambarkan penciptaan manusia dengan ungkapan ansya'ânu, yang berarti mencipta dengan tanpa perantara.

Pada ayat yang lain Allah Swt menjelaskan kisah penciptaan manusia sebagai berikut:

"Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya ruh-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur" (QS. as-Sajdah:7-9).

Ayat di atas memberi isyarat kepada satu poin penting: Pertama, pada saat ruh manusia hendak ditiupkan, tubuh ini disempurnakan terlebih dulu dan begitu juga kemampuan menerimanya. Kedua, ruh manusia sedemikian penting dan berharganya sampai Allah Swt menisbahkannya kepada Diri-Nya. Maksudnya, ruh itu berasal dari alam yang tinggi dan mujarrad. ( Allah menisbahkan diriNya pada penciptaan ruh…., seperti yang dimaksud dalam ungkapan Manunggaling Kawulo Gusthi ? )

Pada ayat lain Allah Swt juga memberi isyarat kepada dua poin penting di atas:

"Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud" (QS. al-Hijr:29).

Pada ayat ini pun Allah Swt menyebutkan kemampuan dan kelayakan materi sebagai syarat ditiupkannya ruh, dan memperkenalkan bahwa ruh adalah maujud luhur yang dinisbahkan kepada Diri-Nya. Dan disebabkan keistimewaan besar inilah manusia memperoleh kedudukan yang lebih tinggi daripada makhluk lainnya, di mana para malaikat layak bersujud kepadanya. ( Ingatkah Anda bagaimana makhluk lain yang saat itu merasa lebih sempurna yang bernama syeitan tidak mau mengakui akan kelebihan manusia ? )

Dalam ayat lain Allah Swt menyebut ruh manusia sebagai wujud terbaik:

"Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah, "Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit" (QS. al-Isra:85).

Pada ayat di atas, Rasulullah saw diperintahkan bahwa dalam menjawab orang yang bertanya tentang ruh mengatakan, bahwa ruh adalah bersumber dari ciptaan khusus Tuhanku, yang tidak melalui tahapan waktu dan tidak membutuhkan perantara.

Berkenaan dengan ayat di atas, Almarhum Allamah Thabathaba'i melakukan pembahasan secara rinci dan mendalam tentang alam amr dan ruh. Beliau mengumpulkan ayat-ayat yang berkaitan dengan ruh dan amr. Dengan meneliti dan membandingkan di antara ayat-ayat tersebut, beliau menarik kesimpulan, bahwa amr yang terdapat dalam ayat-ayat tersebut adalah perbuatan dan penciptaan Allah Swt yang tidak memerlukan kepada sebab-sebab dan faktor-faktor tabiat, serta tidak memerlukan kepada gerak, proses dan waktu, melainkan tercipta hanya dengan penciptaan takwînî dan semata-mata dengan kata kun (jadilah),

Allah Swt berfirman dalam al-Quran Karim:

"Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, "Jadilah", maka terjadilah ia. Maka Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan" (QS. Yasin:82-83).

Dalam ayat lain Allah Swt berfirman:

"Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti sekejap mata" (QS. al-Qamar:50).

Oleh karena itu, penciptaan dengan satu perintah adalah lebih tinggi dan lebih baik dari penciptaan secara bertahap dan alami, karena tidak memerlukan kepada gerak, potensi dan waktu, melainkan dengan serta merta tercipta. Dengan demikian, maka perkara yang seperti ini sudah tentu terlepas dari materi dan waktu.

Atas dasar itu, Allah Swt memerintahkan kepada Rasulullah saw bahwa dalam menjawab orang yang bertanya tentang ruh cukup dengan mengatakan, ruh itu termasuk kategori amr (perintah), yaitu lebih baik dari materi, gerak dan waktu.[5]

Dari ayat-ayat ini dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia adalah maujud mulia dan istimewa, karena hakikat dirinya terbentuk dari ruh mujarrad, yang merupakan maujud yang lebih baik dan lebih utama dari materi.

Masalah ke-mujarrad-an diri dan ruh manusia adalah masalah filsafat yang pelik yang membutuhkan pembahasan yang sangat panjang, yang tentunya berada di luar pembahasan tulisan ini. Bagi kalangan yang berminat mengetahui hal ini , mereka dapat merujuk kepada buku-buku filsafat, tafsir dan ilmu kalam.

Keistimewaan-keistimewaan Manusia dalam Al-Quran

Al-Quran Karim memuji dan menyebutkan keistimewaan-keistimewaan manusia. Ayat-ayat berikut memberi isyarat kepada hal itu:

1. Manusia dimuliakan dan diutamakan oleh Allah Swt. Berkenaan dengan hal ini Allah Swt berfirman:

"Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang Kami ciptakan" (QS. al-Isra:70).

Manusia, disebabkan pengaruh penciptaannya yang khusus memiliki kemampuan untuk memahami berbagai macam ilmu, yang para malaikat pun tidak memilikinya. ( Dan bagaimanakah dengan syeitan ? )

Allah Swt berfirman dalam al-Quran:

"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman, "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!" Mereka menjawab, "Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana." Allah berfirman, "Hai Adam, beritahukan kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman, "Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" (QS. al-Baqarah:31-33).

2. Disebabkan keistimewaan wujudnya maka manusia pantas menjadi Khalifah Allah di muka bumi. Allah Swt berfirman di dalam al-Quran:

"Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata, "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman, "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" (QS. al-Baqarah:30).

3. Disebabkan kedudukan yang tinggi ini para malaikat tunduk dan bersujud kepada manusia. Allah Swt berfirman:

"(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Ku-sempurnakan kejadiannya dan Ku-tiupkan ruh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu tersungkur bersujud kepadanya" (QS. Shad:71-72).

4. Penciptaan manusia sedemikian mengagumkan sehingga ia mampu menggunakan kekuatan akal dan kemampuan fisiknya, serta mengungkap rahasia-rahasia alam dan menundukkannya untuk kepentingan dirinya.

Allah Swt berfirman:

"Apakah kamu tidak melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi" (QS. al-Hajj:65).

Pada ayat yang lain Allah Swt berfirman:

"Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi" (QS. Luqman:20).

Allah Swt juga berfirman:

"Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya" (QS. al-Jatsiyah:13).

Allah Swt berfirman:

"Dan Dia-lah Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai, dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dan karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur" (QS. an-Nahl:14).

5.Pengetahuan Sempurna

Manusia, dari sisi ruh mujarrad memiliki pengetahuan yang sempurna, nurani akhlak, dan pemahaman terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Jika manusia melihat kepada zat dan ruh malakut dirinya dan benar-benar mengenal dirinya, niscaya ia akan menemukan bahwa dirinya berasal dari alam qudrah, alam kemuliaan, alam ilmu, alam rahmat, alam cahaya, alam kebajikan, alam kebaikan, alam keadilan, atau secara umum berasal dari alam kesempurnaan, dan mempunyai kesamaan dan kesesuaian dengan alam tersebut.

Di sini, manusia menemukan alam lain dan memandang ke alam yang lebih utama, serta menyaksikan kesempurnaan mutlak dan cenderung kepada nilai-nilai luhurnya, karena semua itu sesuai dengan maqam tinggi manusia. Manusia mengetahui kesesuaian alam tersebut dengan kebutuhan-kebutuhannya terhadap kesempurnaan, lalu ia berkata, "Saya harus menyempurnakan diri saya dengan perantaraannya, semua ini bermanfaat bagi kesempurnaan zat saya, dan saya harus sampai kepada ketinggian ini ". Ini sebagai bukti bahwa manusi dengan segala kelebihan yang ia punyai, akan memiliki rasa berkeinginan untuk mengetahui segala sesuatu dan menyingkap semua tabir-tabir akan rahasia alam semesta ini.

Seluruh manusia diciptakan sama dalam mengenal nilai-nilai luhur ini dan lawannya. Jika seorang manusia melihat kepada fitrah suci temannya dan juga memperhatikan kecenderungan hawa nafsunya, lalu ia pun mengenal dirinya, niscaya ia akan dapat mengenal nilai-nilai akhlak yang luhur dan begitu juga akhlak-akhlak yang buruk. Namun, ada sekelompok manusia yang kehilangan kemampuan memahami hal-hal yang suci ini, dan itu disebabkan nafsu hewaninya telah memadamkan cahaya akalnya dan menjadikan dirinya sesuatu yang asing. Al-Quran Karim juga menyebut pemahaman dan nurani yang seperti ini sebagai fitrah manusia,

"Demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya" (QS. asy-Syams:7-10).

6.Fitrah Tauhid

Manusia mempunyai fitrah mengenal Allah. Manusia diciptakan sedemikian rupa sehingga secara otomatis ia cenderung kepada Sumber Wujud dan Kekuatan Yang Mahadahsyat, dan tunduk di hadapan kebesaran-Nya. Manakala menghadapi krisis dan kesulitan ia berlindung kepada-Nya. Manusia memiliki kecenderungan kepada agama. Kecenderungan kepada pencarian dan penyembahan Tuhan merupakan sebuah insting yang tertanam pada diri manusia.
Sekelompok cendekiawan menulis, bahwa semua manusia bahkan para penyembah berhala dan kalangan materialis sekalipun, mereka semua tetap akan mempunyai kecenderungan kepada spiritual. Dalam batin mereka, mereka mengakui bahwa diri mereka bergantung kepada sesuatu kekuatan tersembunyi dan dia tunduk di hadapannya. Hati manusia tidak akan merasa tenteram tanpa Tuhan, meskipun dalam menentukan siapa Tuhan terkadang mereka jatuh kepada kesalahan.

Al-Quran juga mengatakan bahwa kecenderungan kepada Tuhan merupakan fitrah manusia:

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui" (QS. ar-Rum:30).

Allah Swt juga berfirman:

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Benar, (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keberadaan Tuhan)" (QS. al-A`raf:171).

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as berkata:

"Kemudian Allah Swt mengutus rasul-rasul-Nya dan sederetan nabi kepada mereka agar mereka memenuhi janji mereka terhadap penciptaan Allah, dan agar (para rasul dan nabi) mengingatkan mereka akan nikmat-nikmat-Nya yang terlupakan dan berhujah kepada mereka dengan tablig, serta membukakan perbendaharaan akal kepada mereka…"[6]

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as juga berkata:

"Dan Dia telah menciptakan hati pada fitrahnya, baik pada manusia celaka maupun manusia bahagia."

Al-Quran meyakini bahwa keyakinan dan pengakuan terhadap adanya Tuhan merupakan fitrah manusia. Seluruh manusia, bahkan orang-orang musyrik sekalipun mengakui yang demikian. Oleh karena itu, dalam banyak ayat al-Quran disebutkan bahwa jika orang-orang musyrik ditanya, siapa pencipta langit dan bumi, mereka akan menjawab, Allah yang telah menciptakan. Sebagaimana ayat berikut ini :

Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" Tentu mereka akan menjawab, "Allah" (QS. al-`Ankabut:61).

Allah Swt berfirman:

Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?" Tentu mereka akan menjawab, "Allah" (QS. al-`Ankabut:63).

Pada ayat lain Allah Swt berfirman:

Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Tentu mereka akan menjawab, "Allah" (QS. Luqman:25).

Dari ayat-ayat ini dapat ditarik kesimpulan bahwa seluruh manusia pada fitrahnya mengakui keberadaan Allah sebagai Tuhan Pencipta alam ini. Meskipun terkadang di lidah mereka mengingkari-Nya, namun tatkala mereka diterpa cobaan dan kesulitan yang besar sementara semua jalan telah tertutup, maka mereka pun menghadapkan wajahnya kepada Kekuatan Gaib Yang Mahadahsyat dan memohon pertolongan kepada-Nya, dan bahkan mengakui keberadaan Allah dengan lidahnya.

Alhasil, fitrah mengenal Tuhan, fitrah untuk tunduk dan menyembah kepada-Nya telah ditanamkan pada diri manusia. Fitrah dan perasaan yang seperti ini sudah ada pada diri manusia sejak ia masih kecil, namun pada awalnya samar, lalu menjadi sebuah potensi, dan kemudian sedikit demi sedikit menjadi bangkit dan berkembang.

Seorang anak, di dalam dirinya dia merasakan bahwa dirinya butuh dan bergantung, dan secara fitrah dia cenderung kepada Sesuatu Yang dapat menyediakan segala kebutuhannya namun dia belum mempunyai kemampuan untuk menentukan. Terkadang malah sampai ia menyangka ibunya sebagai Kekuatan hebat tersebut.

Imam Muhammad Baqir as meriwayatkan bahwa Rasulullah saw telah bersabda:

"Setiap anak dilahirkan di atas fitrah, yaitu mengenal bahwa Allah itu Penciptanya. Dan itulah yang dimaksud dengan firman-Nya, Dan sesungguhnya jika kamu tanya kepada mereka, 'Siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi', niscaya mereka akan menjawab, 'Allah'."[8]

Zurarah meriwayatkan:

"Saya bertanya kepada Imam Muhammad Baqir tentang ayat yang berbunyi, (Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia atas fitrah tersebut. Beliau menjawab, 'Allah Swt telah menciptakan mereka pada fitrah mengenal dan mengetahui bahwa Allah Swt itu Penciptanya. Jika tidak begitu, maka tatkala mereka ditanya siapa Tuhanmu dan siapa yang memberi rezeki kepadamu maka mereka tidak akan bisa menjawab.'"[9]

Perawi yang sama meriwayatkan:

"Saya bertanya kepada Imam Muhammad Baqir tentang ayat yang berbunyi, Dengan hanif kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia, apa yang dimaksud dengan hanafiyyah. Beliau menjawab, 'Yaitu fitrah yang manusia diciptakan atasnya, dan Allah telah menciptakan manusia dalam fitrah mengenal Dia.'"[10]

Rasulullah saw bersabda:

"Setiap anak dilahirkan di atas fitrah, orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi dan Nasrani."[11]

Abdullah bin Sinan berkata:

"Saya bertanya kepada Imam Ja`far Shadiq as tentang ayat yang berbunyi, (Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia atas fitrah tersebut, apa yang dimaksud dengan fitrah pada ayat ini? Imam menjawab, 'Fitrah Islam. Pada saat Allah Swt mengambil janji dari mereka Allah Swt menciptakan mereka di atas fitrah tauhid, lalu bertanya, Bukankah Aku ini Tuhanmu? Dan di antara mereka ada yang beriman dan ada yang kafir.'"[12]

`Ala meriwayatkan:

"Saya bertanya kepada Imam Ja`far Shadiq as tentang tafsir ayat, (Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah tersebut. Beliau menjawab, 'Yaitu tauhid.'"[13]

Imam Ali as berkata:

"Kata ikhlas ialah fitrah."[14]

Dari ayat-ayat Al-quran dan hadis-hadis ini dapat ditarik kesimpulan bahwa seluruh manusia diciptakan dengan fitrah mengenal Allah dan tauhid. Apakah hal ini yang kemudian tercetus sebagai ungkapan manusia adalah makhluk yang : “Manunggaling Kawulo – Gusthi ? “

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua…

Kamis, 14 Oktober 2010

Sesungguhnya Allah itu Maha Kuasa dan Maha Mengetahui !

Tulisan ini terbersit manakala aku sehabis melakukan sholat , bibit-bibitnya sudah mulai bersemi dari dulu sich…, cuman mau menuangkan dalam tulisan selalu saja ada kendalanya, takut orang yang membacanya berargumen yang tidak-tidak. Tapi sesuatu yang dipendam , semakin hari memang semakin menyesakkan dada, menghablurkan pemikiran, apalagi bila ditambah dengan adanya kenyataan-kenyataan yang rasanya mendorong-dorong untuk segera mewujudkan tulisan ini.
Tulisan ini kuberi judul : “ Sesungguhnya Allah itu Maha Kuasa dan Maha Mengetahui !“ , pakai tanda seru segala! ; yaah….memang aku sengaja mengambil judul itu, karena itulah yang sesuai dengan pemikiranku akan tema tulisanku ini. Kuambil judul : Allah itu Maha Kuasa , karena hanya Dialah yang mampu untuk segala hal, memutuskan ya atau tidak, memberi, atau menolak, memerintah, menghukum, sampai mencabut nyawa kehidupan makhluk. Dan juga kuambil judul : Allah itu Maha Mengetahui , karena hanya Dialah yang memiliki kesempurnaan penglihatan yang terlihat dan tak terlihat segala sesuatunya tentang makhlukNya, juga memiliki kesempurnaan pendengaran baik yang terdengar maupun tak terdengar dari segala sesuatunya tentang makhlukNya.
Mungkin dari sini, anda mulai tergelitik….sebenarnya Bono ini mau nulis tentang apa tho? , he he he…., yaaah….aku memang ingin menulis tentang memohon kepada Allah….alias berdoa. Tentang berdoa ini ada beberapa firman Allah dan hadist Rosul yang menyebutkannya….yang intinya agar kita senantiasa berdoa kepada Allah ; diantaranya :
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 186)
Terlihat jelas dan tegas banget bahwa Allah dekat banget dengan kita, meskipun Allah memiliki makhluk yang bertugas sebagai punggawa-punggawaNya yang menyertai perjalanan kehidupan kita, tapi Allah menyatakan bahwa Dirinyalah yang berada paling dekat dengan makhluknya ( implementasi dari Maha Kuasa ). Disebutkan juga bahwa Allah akan mengabulkan doa orang yang berdoanya hanya pada Allah, dengan syarat orang tersebut melakukan perintah Allah, beriman, dan berada dalam kebenaran.
“Tiga kelompok yang tidak akan ditolak do’anya: Orang yang berpuasa sampai ia berbuka. Pemimpin yang adil. Dan do’a orang yang teraniaya. Allah menyibak awan dan membuka pintu-pintu langit seraya berfirman: “Demi kemulian-Ku dan keagungan-Ku, pasti Aku tolong kamu, walau setelah beberapa waktu.” Ahmad dan At Tirmidzi
Dan di riwayat Ahmad & Tirmidzi diatas mulai agak dirinci specialisasinya orang-orang yang doanya terasa lebih ampuh dari doa-doa orang biasa yaitu : 1. Orang yang sedang puasa . 2. Pemimpin yang adil. 3.Orang yang teraniaya. Jika anda ingin doanya mustajab ya jadilah seperti orang-orang yang seperti diatas.

Doa adalah perwujudan rasa cinta seorang hamba kepada Allah swt., sekaligus pengakuan akan kebutuhan dan pertolongan-Nya. Hakikat doa sebenarnya juga meminta kekuatan dan kesanggupan dari Allah swt. Dalam doa ada makna memuji Allah swt., ada pengakuan bahwa Allah Maha Mulia lagi Maha Pemurah. Itu semua menjadi ciri pengabdian dan penghambaan.
Rasulullah saw. bersabda:
“Barangsiapa yang tidak meminta kepada Allah, Allah marah padanya.”
Hadist ini jelas banget mengandung pengertian : Karena manusia ini sebagai makhluk hasil ciptaan Allah, tentulah hanya Dia yang tahu pasti akan kebutuhan makhlukNya tersebut . Lha….jelaslah , Dia akan marah besar dan dianggap disepelekan bila manusia sebagai makhluk ciptaanNya kok malah memintanya kepada sesuatu yang selain Allah.
Beliau juga bersabda:
“Sebaik-baik ibadah adalah doa”
Dan ternyata Do’a itu selain sebagai sarana jalur komunikasi permintaan mahkluk ke Rabb-Nya , ternyata berdoa itu juga dikatagorikan sebagai ibadah , dan ibadah itu bila kita kerjakan sudah pasti mendapatkan kebaikan atau pahala. Bayangkan bila berdoa saja adalah ibadah yang mendatangkan pahala , bukankah itu investasi ?, diijabahi atau belum…eee sudah beruntung, apalagi bila dikabulkan, bukankah tambah beruntung? , dan bila dikabulkan doa kita, terus terucap kata syukur kepada Allah, bukankah rasa syukur itu suatu keuntungan lagi ?

Diriwayatkan dari Nu’man bin Basyir dari Nabi saw. bersabda: “Doa adalah ibadah. Dan Tuhan Kalian menyeru: Berdoalah kalian kepada-Ku, Pasti Aku kabulkan doa kalian.” Rasulullah saw. juga bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling bakhil di antara manusia adalah orang yang pelit salam. Dan selemah-selemah manusia adalah orang yang tidak mau berdoa.”
Jika kita simak hadist diatas , maka kita bisa mengambil pelajaran bahwa orang yang tidak mau berdoa adalah orang yang paling lemah; ini mengandung pengertian bahwa ternyata orang yang berusaha saja tanpa disertai doa, terlihat secara awam sebagai orang yang tak lemah, namun nyatanya justru orang tersebut dikatagorikan sebagai orang yang lemah.
Dari Salman berkata, Rasulullah saw. bersabda:
“Putusan atau qadha’ Allah tidak bisa ditolak kecuali dengan doa. Dan sesuatu tidak akan menambah umur kecuali kebaikan atau al-birr.”
Yang ini aku mengartikan bahwa semua lelikuan perjalanan seorang hamba telah dicatat oleh Allah dalam scripNya, dan kita otomatis akan menjalani seperti keputusan atau qadha, yang tertulis dikitabNya tersebut ; dan ternyata hal itu bisa dirubah ya…. dengan doa sebagaimana doa dibawah ini :
(DOA NISYFU SYA’BAN )
“Ya Allah, Yang Mempunyai Karunia, dan tiada seorang pun yang mengaruniai Engkau, Hai Yang Memiliki Keagungan dan Kemuliaan, hai Yang Maha Kaya dan Maha Pemberi nikmat, tidak ada Tuhan kecuali Engkau, Yang Meninggikan pangkat orang-orang yang bergantung kepadaNya, dan melindungi orang-orang yang minta perlindungan, dan Penjaga orang-orang yang takut. Ya Allah, jika Engkau telah menulis (tetapkan) bagiku pada buku induk di sisi Engkau, tentang kecelakaan, halangan kekurangan dan sempit rezeki, maka hapuslah Ya Allah! Dengan keutamaan Engkau, kecelakaanku, halanganku, kekuranganku, dan kesempitan rezekiku, dalam buku indukMu dan tetapkanlah aku di sisi Engkau, sebagai orang yang beruntung, yang dianugerahi rezeki dan yang memperoleh taufik untuk berbuat kebaikan. Sesungguhnya Engkau telah berfirman dan firmanMu itu adalah hak dalam kitabMu yang diturunkan pada lisan Nabi Muhammad yang diutus. Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki). dan disisiNyalah terdapat Ummul Kitab.
Ya Allah, dengan kebesaranMu yang nyata pada malam pertengahan bulan Syaban yang mulia, yang pada malam itu segala perkara ditetapkan, maka hapuskanlah dari kami keburukan yang kami ketahui, dan apa saja yang Engkau lebih mengetahui sesungguhnya Engkau Maha Mengethaui perkara yang gaib.
Dengan belas kasihMU! Hai Dzat Yang Pengasih lagi Penyayang, tetapkanlah keberkatan dan kesejahteraan atas junjungan Nabi Muhammad SAW keluarganya dan para sahabatnya “

Itulah sebabnya pada waktu Sya’banan , dianjurkan untuk berdoa , dikarenakan hitungan dari penetapan putusan atau qadha itu diawali bulan sya’ban sampai awal bulan sya’ban tahun berikutnya sebagaimana
Hadist dibawah ini :
“Ajal-ajal manusia itu diputuskan dari Syaban hingga bulan Syaban berikutna. Ada orang yang baru menikah, dan ada yang anaknya baru saja lhir, namun nama orang itu telah tercantum dalam Buku Induk.” (Hadits Riwayat Imam Ad-Daylani, Ibnu Abid Dunya, Ibnu Jarir, Al Baihaqi, dan Ibnu Abi Hatim).

“Tiada setiap muslim berdoa dengan suatu doa, dalam doa itu tidak ada unsur dosa dan memutus tali silaturahim, kecuali Allah pasti memberikan kepadanya salah satu dari tiga hal; adakalanya disegerakan doanya baginya, adakalanya disimpan untuknya diakhirat kelak, dan adakalanya dirinya dihindarkan dari keburukan.” Para sahabat bertanya: “Jika kami memperbanyak doa?” Rasulullah saw. bersabda: “Allah lebih banyak (mengabulkan doa).”
Hadist diatas juga menegaskan; bahwa doa yang tidak ada unsur perbuatan dosa dan memutus tali silahturahmi akan dikabulkan Allah dalam bentuk : 1. Langsung dikabulkan sesuai permintaannya . 2.Ditunda untuk diberikan diakherat kelak. 3. Digantikan dengan penghindaran terhadap keburukan yang akan menimpanya.
Inilah yang kadang sering menjadikan seseorang enggan berdoa kepada Allah , berdoa terus tapi kok rasanya tidak dikabul-kabulkan , padahal dia tidak pernah memperhatikan bahwa mungkin doanya itu dikabulkan dalam bentuk yang lain, yang lebih bermanfaat baginya, yang lebih mengandung kebaikan baginya . Dan kalaupun tidak keduanya, ternyata doa itu tersimpan sebagi pahala yang akan tergantikan kelak dikehidupan akheratnya.

Rasulullah saw. bersabda: “Tiada di atas permukaan bumi seorang muslim yang berdoa kepada Allah dengan suatu doa kecuali Allah akan mendatangkan kepadanya apa yang ia pinta, atau Allah palingkan darinya keburukan. Ketika ia tidak berbuat dosa atau sedang memutus hubungan silaturahim.”

Rasulullah saw. juga bersabda dalam hadits Qudsi, Allah swt. berfirman:
“Aku tergantung persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya ketika ia berdoa kepada-Ku.”
Dari hadist diatas, maka kita bisa mengambil pelajaran untuk selalu berprasangka baik kepada Allah manakala kita berdoa terus, namun belum satupun dari doa kita yang dikabulkan.

Adab Berdoa

1. Memakan makanan dan memakai pakaian dari yang halal.

Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Seorang laki-laki yang lusuh lagi kumal karena lama bepergian mengangkat kedua tanganya ke langit tinggi-tinggi dan berdoa : Ya Rabbi, ya Rabbi, sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan dagingnya tumbuh dari yang haram, maka bagaimana doanya bisa terkabulkan.?” Imam Muslim

2. Hendaknya memilih waktu dan keadaan yang utama, seperti:

a. tengah malam,
Rasulullah saw. bersabda:
“Keadaan yang paling dekat antara Tuhan dan hambanya adalah di waktu tengah malam akhir. Jika kamu mampu menjadi bagian yang berdzikir kepada Allah, maka kerjakanlah pada waktu itu.”

Dari Jabir berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya bagian dari malam ada waktu yang apabila seorang hamba muslim meminta kebaikan kepada Allah dan sesuai dengan waktu itu, pasti Allah mengabulkannya.” Imam Ahmad menambah: “Itu terjadi di setiap malam.”

b. saat sujud.
Rasulullah saw. bersabda: “Dan adapun ketika sujud, maka bersungguh-sungguhlah kalian berdoa, niscaya akan diijabahi doa kalian.”

c. ketika adzan.
Rasulullah saw. bersabda: “Ketika seorang muadzin mengumandangkan adzan, maka pintu-pintu langit dibuka, dan doa diistijabah.”

d. antara adzan dan iqamat.
Rasulullah saw. bersabda: “Doa antara adzan dan iqamat mustajab, maka berdoalah.”

e. ketika bertemu musuh.
Dari Sahl bin Saad, dari Nabi saw. bersabda: “Dua keadaan yang tidak tertolak atau sedikit sekali tertotak; doa ketika adzan dan doa ketika berkecamuk perang.”

f. ketika hujan turun.
Dari Sahl bin Saad dari Nabi saw. bersabda: “Dan ketika hujan turun.”

g. potongan waktu akhir di hari Jum’at.
Rasulullah saw. bersabda: “Hari Jum’at 12 jam tiadalah seorang muslim yang meminta kepada Allah sesuatu, kecuali pasti Allah akan memberinya. Maka carilah waktu itu di akhir waktu bakda shalat Ashar.”

h. doa seseorang untuk saudaranya tanpa sepengetahuan saudaranya.
Dalam riwayat Imam Muslim dari Abu Darda’ berkata: “Rasulullah saw. bersabda: “Tiada seorang muslim yang berdoa bagi saudaranya tanpa sepengetahuan saudaranya itu, kecuali Malaikat berkata, bagimu seperti apa yang kamu doakan untuk saudaramu.” Dalam kesempatan yang lain Rasulullah saw. bersabda: “Doa seorang al-akh bagi saudaranya tanpa sepengetahuan dirinya tidak tertolak.”

i. hendaknya ketika tidur dalam kondisi dzikir, kemudian ketika bangun malam berdoa.
Dari Muadz bin Jabal dari Nabi saw. bersabda: “Tiada seorang muslim yang tidur dalam keadaan dzikir dan bersuci, kemudian ketika ia bangun di tengah malam, ia meminta kepada Allah suatu kebaikan dunia dan akhirat, kecuali Allah pasti mengabulkannya.”

3. Berdoa menghadap kiblat dan mengangkat doa tangan.

Dari Salman Al-Farisi berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah Maha Hidup lagi Maha Pemurah. Dia malu jika ada seseorang yang mengangkat kedua tangannya berdoa kepada-Nya, Dia tidak menerima doanya, nol tanpa hasil.”
Hadist ini menjadi suatu bukti bahwa tidak ada satupun doa yang kita panjatkan kepada Allah tanpa memberikan suatu hasil , asalkan doa tersebut memenuhi kriteria sebagaimana yang disebutkan sebelumnya diatas.

4. Dengan suara lirih, tidak keras dan tidak terlalu pelan

Rasulullah saw. bersabda: “Wahai manusia, sesungguhnya Dzat yang kalian berdoa kepada-Nya tidak tuli dan juga tidak tidak ada / gaib.”

5. Tidak melampaui batas dalam berdoa.

Allah swt. berfirman: “Berdoalah kepada Tuhan kalian dengan penuh rendah diri dan takut (tidak dikabulkan). Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang yang melampaui batas.” Al-A’raf:55. Contoh melampai batas dalam berdoa adalah minta disegerakan adzab, atau doa dalam hal dosa dan memutus silaturahim dll.

6. Rendah diri dan khusyu’.

Allah swt. berfirman:

“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” Al-Araf:55.

Allah swt. berfirman dalam surat Al-Anbiya’:90:
“Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.”

7. Sadar ketika berdoa, yakin akan dikabulkan dan benar dalam pengharapan.

Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Berdoalah kepada Allah, sedangkan kalian yakin akan dikabulkan doa kalian. Ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” Imam Ahmad

Rasulullah saw. juga bersabda: “Jika salah satu di antara kalian berdoa, maka jangan berkata: “Ya Allah ampuni saya jika Engkau berkenan. Akan tetapi hendaknya bersungguh-sungguh dalam meminta, dan menunjukkan kebutuhan.”

Sufyan bin ‘Uyainah berkata: “Janganlah salah seorang dari kalian menahan doa apa yang diketahui oleh hatinya (dikabulkan), karena Allah swt. mengabulkan doa makhluk terkutuk, iblis laknatullah alaih. Allah swt. berfirman: “Berkata iblis: “Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan. Allah berfirman: “(Kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh.” Al-Hijr:36-37
Ayat diatas juga menunjukkan, begitu rasa cintanya Allah kepada makhluk hasil ciptaanNya juga, maka ketika syetan yang kita kenal sebagai makhluk yang terkutukpun, ketika memohon kepada Allah juga dikabulkan .

8. Hendaknya ketika berdoa memelas, menganggap besar apa yang didoakan dan diulang tiga kali.

Ibnu Mas’ud bekata: “Adalah Rasulullah saw. jika berdoa, berdoa tiga kali. Dan ketika meminta, meminta tiga kali. Rasulullah saw. bersabda: “Jika salah satu di antara kalian meminta, maka perbanyaklah atau ulangilah, karena ia sedang meminta kepada Tuhannya.”

9. Hendaknya ketika berdoa dimulai dengan dzikir kepada Allah dan memujinya dan agar mengakhirinya dengan shalawat atas nabi saw.

10. Taubat dan mengembalikan hak orang yang dizhalimi, menghadap Allah dengan ringan.

Dari Umar bin Khattab ra. berkata: “Sesungguhnya saya tidak memikul beban ijabah, akan tetapi memikul doa, maka ketika saya telah berupaya dalam doa, maka ijabah atau dikabulkan akan bersamanya.”
Ia melanjutkan: “Dengan sikap hati-hati dari apa yang diharamkan Allah swt. Allah akan mengabulkan doa dan tasbih.”

Dari Abdullah bin Mas’ud ra berkata: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan kecuali orang yang sadar dalam berdoa. Sesungguhnya Allah tidak mengabulkan dari orang yang mendengar, melihat, main-main, sendau-gurau, kecuali orang yang berdoa dengan penuh keyakinan dan kemantapan hati.”

Dari Abu Darda’ berkata: “Mintalah kepada Allah pada hari di mana kamu merasa senang. Karena boleh jadi Allah mengabulkan permintaanmu di saat susah.” Dia juga berkata: “Bersungguhlah dalam berdoa, karena siapa yang memperbanyak mengetok pintu, ia yang akan masuk.”

Dari Hudzaifah berkata: “Akan datang suatu zaman, tidak akan selamat pada zaman itu, kecuali orang yang berdoa dengan doa seperti orang yang akan tenggelam.”

Menghindari kesalahan dalam berdoa
Ada beberapa praktek doa yang disebagian umat muslim masih terus berlangsung, padahal itu menjadi penghalang doa dikabulkan. Di antaranya adalah:

1. Berdoa untuk keburukan keluarga, harta dan jiwa.

Dari Jabir ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kalian berdoa untuk kemadharatan diri kalian, dan jangan berdoa untuk keburukan anak-anak kalian. Jangan berdoa bagi keburukan harta-harta kalian. Janganlah kalian meminta kepada Allah di satu waktu yang diijabah Allah, padahal doa kalian membawa keburukan bagi kalian.” Imam Muslim

2. Terlalu keras dalam berdoa.
Allah berfirman:
“Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al-Asmaaul Husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu (doamu) dan janganlah pula merendahkannya. Dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.” Al-Isra’:110

3. Melampau batas.

Seperti berdoa agar disegerakan adzab, doa dengan dicampuri dosa dan memutus tali silaturahim.

4. Berdoa dengan pengecualian.

Contoh: “Ya Allah, ampuni saya jika Engkau berkenan.”
Doa diatas adalah contoh doanya orang yang angkuh, orang yang sombong.

5. Tergesa-gesa.

Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Akan diijabahi doa kalian, jika tidak tergesa-gesa. Sungguh kamu telah berdoa, maka atau kenapa tidak diijabahi?” Imam Bukhari

Demikian tulisanku ini , namun sebagai penulis ini, aku senantiasa berdoa kepada Allah dengan doa atau permohonanku sebagai berikut :
“ Ya Allah…, Ya Robb-ku….yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang ; Yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui, sesungguhnya kehidupanku ini ada ditanganMu; Engkaulah yang menguasai hidup dan matiku, dan jiwa hamba ini ada di tanganMu.
Ya Allah…, Ya Robb-ku….Engkau Maha Mengetahui segala apa yang hamba ini butuhkan, hamba ini perlukan, mana yang lebih utama, dan mana yang bisa dikemudiankan, juga mana yang mengandung manfaat utama bagi hambaMu ini.
Ya Allah…., Ya Robb-ku…cukupilah semua kebutuhanku dan keperluanku tersebut. Jadikanlah hamba ini termasuk hambaMu yang bersyukur atas segala nikmat yang telah Engkau berikan padaku, dan jadikanlah dan masukkanlah aku pada golongan orang-orang yang selalu Kau ridhoi ”

Di doaku itu aku menggantungkan,memasrahkan semuanya akan segala kebutuhaku kepada Allah, karena semata hanya Dialah yang tahu apa yang aku butuhkan, Dia yang Maha Tahu akan baik dan tidaknya apa yang aku butuhkan. Dan jika aku berdoa semata meminta sesuai apa yang jadi keinginan akan nafsuku, karena sebagai manusia biasa , yang ditakutkan olehku hanyalah aku meminta dalam doaku yang melebihi dari kewajaranku.
Semoga tulisan yang grotal-gratul ini bisa bermanfaat bagi para pembacanya.

Jumat, 08 Oktober 2010

Antara Jamaah Ahmadiyah, Karomah, Rasa Syukur dan Ikhlas.

Sudah sekian lama aku gak nulis Blog-ku ini, sampai-sampai terasa terbengkalai semuanya. Bukan karena gak mau nulis lagi, tapi karena banyaknya yang bersliweran dibenak ini, sampai bingung mau menuangkannya ditulisan. Namun kali ini , ijinkan aku dengan rasa bingung akan topik yang bersliweran itu tetap menumpahkannya dalam bentuk tulisan.
Pertama aku terusik masalah Ahmadiyah, sampai ada diberita 50 Al-quran di Masjid Ahmadiyah yang dibakar, padahal itu Al-quran sama dengan Al-quran yang aku miliki, juga ummat muslim lainnya miliki, tapi mengapa dibakar?, padahal pas terdengar akan ada acara pembakaran Al-Quran di AS, banyak yang berusaha mencegah?, la ini di negeri yang penduduk muslimnya banyak, hal itu malah terjadi......wuaaaalaaaah ini alamat bencana apa?, Yang jadi masalah sebenarnya ...kebanyakan dari kaum muslim tidak senang akan aliran Ahmadiyah dan menganggap sebagai aliran yang bertentangan dan merusak ajaran Islam lantaran cuman satu karena tokoh pendirinya yang bernama MIRZA GHULAM AHMAD itu mengaku sebagai nabi terakhir setelah Rosululloh Muhammad SAW. Dan ketika aku mentafakkuri hal tersebut malah aku dapat pencerahan bahwa si MIRZA itu hanya seorang yang kurang ajar, seorang yang melebih-lebihkan dirinya sampai menganggap dirinya sebagai nabi. Namun perlu juga diperhatikan bila benar si MIRZA itu dulunya belajar dan mempelajari Islam ke negeri Arab dimana sampai tahaf mahfum dan piawainya sebelum kembali ke India dan memproklamirkan bahwa dia adalah nabi terakhir ; maka boleh jadi dikatakan dia merusak agama ; Namun pula jika si MIRZA itu ternyata menjadi salah satu orang yang diberi karomah dari Allah ( sehingga tiba-tiba dia menjadi mahfum dan piawai ) akan ajaran Islam ; maka boleh dikatakan dia kurang ajar ; dan apapun itu awalnya, dikarenakan dia sudah jumowo ( melampaui batas ) maka hal tersebut menjadikan dia berikut ajaran dan kaum pengikutnya dianggap sebagai pelanggar aqidah Islam.
Ditanah jawa ada dikenal karomah itu sebagai sesuatu yang bersifat "TIBAN", sehingga muncul istilah dukun tiban, kyai tiban, paranormal tiban, dll ; dan jika kita mau melihat dan mempelajari sosok Sunan Kalijaga berikut segala kelebihan yang beliau punya, bisa jadi bila beliau kurang ajar, maka beliaupun bisa menyebut dirinya sebagai Nabi terakhir. Sunan Kalijaga memiliki kelebihan dan kesaktian yang jauh melebihi dari pada si MIRZA yang takut sama ratu Inggris (lha seorang nabi kok takut sama ratu Inggris ? ; lihat saja Sunan Kalijaga yang malah disegani dan tidak takut oleh para raja jawa saat itu ) , cuman beliau tidak kurang ajar , tidak jumowo.
Sebagai gambaran lagi ditanah jawa ada juga yang lebih jumowo, dia menyebut dirinya adalah Tuhan , siapa lagi kalau bukan Syeh Siti Jenar ; di negeri arab juga ada Al- Hallaj yang juga saking jumowonya juga menyebut dirinya sebagai Tuhan. Mereka itu tanpa sadar mengambil fahamnya condong kepada ajaran pantheisme, kesatuan antara makhluk dengan khalik Maha Penciptanya. dan keduanya pun mengalami pula nasib yang sama, karena mereka harus menebus keyakinan hidupnya dengan hukuman mati....; Syech Siti Jenar akhirnya sampai harus dihukum mati oleh para sunan yang tergabung dalam Wali Songo ( karena pihak kerajaan Islam tidak kuasa akan melawan kesaktiannya, juga bila sunan per sunan secara seorang lawan seorang ) ; dan Al Hallaj bisa dihukum mati oleh pemerintah Bagdad.
Nah....dari situ silahkan ambil pemikirannya yang terbaik saja....; yang namanya manusia , memang kalau diberi suatu karomah bisa menjadikan dirinya lupa diri, lupa bahwa segala kelebihan yang ada pada dirinya semata hanya karena pemberian Allah SWT.Maka dari itu sebagai penulis yang grotal-gratul hanya bisa meminta, mengharap agar kita ini tidak lupa akan diri kita, siapa kita, kuasa kita yang hanya sebagai makhluk lemah bernama manusia. Kita harus bersyukur dimana Allah masih sayang dan memberikan predikat sebagai makhluk yang sempurna dibanding makhluk ciptaanNya yang lain, kita masih diberi predikat makhluk yang mulia. Dan predikat sempurna dan mulia itu hanya sebagian saja nikmat kecil yang diturunkan Allah kepada manusia sebagai makhluk ciptaanNya.
Dan kalau kita sudah menyadari hal tersebut, ya sebagai ummat manusia yang beradab, ummat manusia yang tahu diri...sudah semesthinya apa yang kita kerjakan, amalan yang kita banggakan, kesemuanya itu dilandasi rasa ikhlas. Para Walisongo itu orang-orang yang ikhlas, orang-orang yang gak pernah meminta , namun bila memberi langsung beliau-beliau lupakan...itulah ciri-ciri orang yang ikhlas. Dan aku pernah menulis puisi tentang ikhlas atau tulus , sbb :
Dia datang minta pertolongan aku
aku mampu maka aku tolong
aku tolong terus aku lupakan

Aku tahu dia perlu pertolonganku
tapi dia malu padaNya untuk sekedar minta tolong padaku
aku tolong terus aku lupakan

Kumenolong karena ada yang minta tolong
kumembantu karena ada yang perlu dibantu
dan ketika kudapati diriku bagai tangan diatas
dan akupun tersenyum
sampai juga kulihat dia tersenyum gembira
dan kukatakan dalam hati
aku tolong terus aku lupakan..

itu puisi tentang keikhlasan yang penggambarannya kepada sesama manusia, kalau ikhlas kepada Allah....wuaaah lebih luas dan dalam lagi, pokoknya ya ibadah kita, amalan kita semua berlandaskan pada rasa keikhlasan, gak ada pamrih pingin dapat gelar manusia bertaqwa, ummatan khoiron , pingin masuk syurga, dll. Ikhlas beribadah kepada Allah jangan diibaratkan sebagai ikhlasnya pedagang dalam menjual barang....karena dapat untung. sebuah doa hamba Allah yang ikhlas sebagai berikut : " Ya Allah, jika amalan ibadahku kepadamu dikarenakan aku meninginkan masuk syurgaMu, maka jauhkanlah syurga itu dari aku ; dan jika amalan ibadahku kepadamu dikarenakan aku takut masuk nerakaMu, maka masukkanlah aku kedalam neraka itu ; Sesungguhnya aku beribadah ini semata karenaMu, semata aku cinta padaMu "
Bisakah kita memiliki rasa ikhlas seperti itu ? ; Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembacanya, harap maklum dikejar waktu sholat Ashar, maka tulisan ini aku cukupkan dulu sampai disini....lain kali disambung....