Selasa, 31 Mei 2011

FENOMENA ULAT BULU.... ( sebuah tulisan yang telat )

Kali ini aku ingin menulis.....tentang Ulat Bulu yang sempat menggegerkan Republik ini , sehingga banyak sekali asumsi, pemikiran , hasil terawangan yang simpang siur dan sengaja dikondisikan dengan keadaan negeri ini.
Serangan Ulat Bulu yang merebak, dimulai dari Probolinggo - Jawa Timur yang perlahan namun pasti mulai merayap dan menyebar ke seantero wilayah pulau jawa ini....., dan bahkan saat kutulis ini.....ulat bulu juga mulai ada yang dolan di rumahku...di Bandung.
Fenomena Ulat Bulu adalah fenomena yang alami, wajar, dan itu sesuai dengan siklusnya , dimana siklus ini dipacu oleh adanya kondisi iklim dan terpotongnya rantai makanan.
KONDISI  IKLIM kukatakan menyadi salah satu sumber merebaknya serangan ulat bulu, dikarenakan iklim saat ini cenderung banyak musim penghujannya, dimana daun-daun tumbuhan dan pepohonan semakin lebat , dan itulah ladang makanan ulat bulu . Angin yang bertiup dengan sepoi-poi itulah yang memacu menerbangkan kepak sayap kupu-kupu yang akan bertelur dan menetas jadi larva terus berkembang jadi ulat bulu. Itulah gambaran kasarnya secara singkat bila dikaitkan dengan kondisi IKLIM.
KONDISI TERPOTONGNYA RANTAI MAKANAN bisa diartikan dan dilihat, bahwa predator atau pemangsa alami ulat bulu mulai berkurang jumlahnya ,. Apa Predator atau pemangsa dari ulat bulu itu ? , ya tentu saja semua jenis burung-burung dan juga semut. Kita tahu sekarang ini perburuan burung dari kelas burung yang mahal sampai yang termurah dinegeri ini benar-benar sangat memprihatinkan . Burung kecil sekelas emprit , burung gereja,gelatik,peking kaji , ciblek,prenjak, manyar yang paling demen makan ulat , diburu, dijual (lihat aja penjual burung itu disekitar sekolah anak anda ); padahal cara memeliharanya cukup susah lho...., hari ini beli, paling 2-3 hari akan mati karena susah dalam pemeliharaannya. Belu lagi burung yang cukup tinggi kelas levelnya seperti Kutilang, Jalak, Cucak, Anis ,Trucuk,dll....juga diburu,dijual.....; Dan yang juga parah sampai semut merah (angkrang ) juga ditebas sampai telur-telur krotonya....untuk diperjual-belikan....padahal itulah predator alami bagi ulat bulu.
Fenomena ini semakin heboh manakala kita yang menghadapi mempunyai rasa jijik,takut,geli akan hama ulat bulu ini...he he he...ya takut gatal-gatal terkena bulunya...., sehingga dengan dibumbui imfotaiment sedikit jadi meledak sudah berita ulat bulu ini.
Apa yang harus kita perbuat dalam mengendalikan dan membasmi ulat bulu ? ; berikut ini adalah cara yang kudapat dari saat menimba ilmu dulu :
1. Pahami siklus metamorfose ulat bulu tersebut.
    Awalnya kupu-kupu bertelur , dan telur itu akan butuh waktu 3-5 hari baru menetas menjadi larva. Dan larva ini akan butuh waktu 10 -15 hari untuk menjadi ulat dan memakan daun-daunan , sampai tiba dia istirahat membentuk pupa dalam kepompong yang butuh waktu 7-20 hari , dan kemudian keluar jadi kupu-kupu yang semakin hari akan kian sempurna , sampai siap untuk bertelur kembali. Jadi fase waktu yang dibutuhkan hanya 20 - 40 hari , artinya hama ulat bulu hanya akan bertahan selama waktu itu saja, dan itupun tergantung dari kesediaan pangan , adanya predator , dll.
2. Jika ketemu maka bunuhlah dan basmilah, musnahkan.
    Cara yang seperti ini anak saya suka, Rio akan segera ambil palu, pentungan untuk memukul hingga mati ulat bulu tersebut. Pembasmian bisa dengan perangkat keras seperti palu,pentungan,dll ; namun harus diperhatikan, lebih baik membasmi sampai telur-telurnya dengan cara dibakar. Dan yang perlu diketahui lagi dalam bentuk telur dan kepompong ulat bulu rasanya akan mampu bertahan dari semprotan insektisida maupun pestisida. Kebanyakan dari kita akan merasa jijik (secara psikologis )melakukan hal tersebut , sehingga kita akan perlu meminta bantuan ( pembunuh bayaran ) untuk menyelesaikan hal tersebut.
3. Bila Ulat bulu tersebut mewabah dan menyerang cukup luas suatu area dikompleks tinggal anda, segeralah laporkan hal tersebut pada pihak terkait ( RT, RW, Kelurahan ) supaya bisa sesegera mungkin ditangani oleh aparatur pemerintahan yang berwenang dan sesuai fungsi tugasnya.
4. Budayakan sikap untuk tidak memutus habis rantai makanan pada alam ini dengan tujuan untuk komersil ( misalnya : perburuan burung dan semut merah (kroto) untuk dijual )
Demikian tulisan ini, semoga bisa bermanfaat bagi para pembaca

3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Maaf,Burung emprit,peking , gereja,gelatik, kaji, manyar.itu semua makanannya, padi(biji-bijian),lumut. walaupun kelaparan kayak apa diberi bila diberi makanan ulat ya ngak akan pernah disentuh/dimakan ulatnya karena memang bukan jenis carnifora, bahkan itu merupakan hama tanaman khususnya musuh para petani padi. kami sudah pengalaman tentang hal ini sejak tahun 1967 an.
    http://aiueo-multi-kreasi.blogspot.com/2011/05/jual-burung-emprit-peking-pipit-bondol.html

    BalasHapus
  3. Terimakasih atas masukkannya Mas Muhammad Mudlofir , apa yang anda sampaikan cukup menarik untuk dipelajari mengingat saya juga pernah melihat burung-burung kecil tersebut makan ulat bambu atau ulat jepang yang kecil ukurannya , sedang ulat yang ukurannya besar hanya sekedar dibunuh atau diusir,dipelatuk dan memang tidak dimakan.
    Burung-burung itu memang bisa dikatakan musuh petani , tapi itulah yang namanya kehidupan dengan rantai makanannya; dan mungkin pula dibalik itu ada sesuatu hikmah yang belum terungkap (misal: kedatangan burung diareal persawahan itu sebagai tanda bahwa padi sudah siap untuk dipanen ).
    Demikian, sekali lagi terimakasih atas kritik dan sarannya.

    BalasHapus