Selasa, 05 Juni 2012

TAQWA dalam Rasa Cinta Kasih dan Sayang bagai Wewangian Sekuntum Mawar.


Setiap diri manusia pada fitrahnya ditunjuk oleh Allah sebagai khalifah dimuka bumi yang mempunyai kewajiban dalam menjalankan ibadah semata kerena Allah Ta’ala ; diantara sasaran ibadah itu untuk membentuk seseorang menjadi hamba-hamba Allah yang bertaqwa.
Taqwa, artinya terpelihara, takut kepada Allah, atau senantiasa mawas diri. Sikap orang bertaqwa di antaranya adalah berlaku adil terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat dan lingkungan , tidak melanggar norma aturan yang telah ditetapkan di alam semesta ini.
Firman Allah menjelaskan, “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang senantiasa menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu kepada suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adil-lah, karena adil itu lebih dekat dengan taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Allah telah menjanjikan kepada orang-orang beriman dan beramal saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”. (QS.5, Al Maidah, ayat 8-9).
Dalam Pergaulan hidup Muslim sehari-hari ada suatu tugas bermasyarakat yang mesti di tunaikan yaitu “memberikan nasehat kepada sesama saudaranya”.
Saling memberi nasehat adalah suatu kewajiban paling azasi dalam mengamalkan ajaran yaitu “amar ma’ruf nahi munkar”, supaya masyarakat hidup dalam suasana yang baik, aman dan tenteram, sehingga tercipta tatanan masyarakat utama (khaira ummah).
“Amar ma’ruf nahi munkar” adalah kewajiban kemanusiaan yang mesti dijalankan dan di tunaikan secara tulus ikhlas dalam kerangka mardhatillah, menurut bingkai “tawashii bil haqqi dan tawashii bis-shabri” sebagaimana dalam surat Al Ashr ayat 1-3, yaitu berwasiat dengan kebenaran (al-haq min rabbika) dan ketabahan (shabar).
Di samping itu ada pula wasiat dengan mengetengahkan rasa kasih sayang yang sengaja ditumbuhkan dalam lubuk hati setiap insan manusia, atau “tawashau bil-marhamah”.
Sabda Rasulullah SAW menegaskan bahwa, “agama itu adalah nasehat” (ad-diin an¬nashihah).
Karananya, “amar ma’ruf-nahi munkar” diketengahkan tanpa kebencian dan dendam, jauh dan perasaan iri dan hasad dengki , rasa ingin mengusasi dan memiliki dengan penuh kedzaliman.
Tugas menancapkan ketaqwaan dalam rasa cinta kasih dan sayang pada sesama ini tidak mengenal sakit hati. Nasehat mesti berbingkai asih-asuh, dan berisi cinta sejati sesama hidup.
Nasehat kepada kebaikan dan nasehat agar meninggalkan yang dilarang itu, karena “sama-sama ingin masuk surga. Sama-sama ingin terhindar dari makhluk yang bernama neraka. Dan, sama-sama ingin terbebas dari godaan iblis-syaitan ( ingatlah selalu bahwa iblis dan syaitan selalu mencari kelemahan sisi diri manusia dan berusaha menjerumuskan dalam kenistaan )
Tujuan yang ingin dicapai dalam menegakkan ketaqwaan dalam lingkupan rasa cinta kasih dan saying pada sesame insane manusia adalah terbentuknya kehidupan bermartabat kemanusiaan. Hubungan bermasyarakat yang beralas dengan mahabbah dan kasih sayang.
Al Quran yang telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, di bulan Ramadhan, dapaat dijadikan pembentuk watak yang baik, dengan akhlak mulia.
Keduanya didasari keimanan atau akidah tauhid yang kuat.
Dari sana akan lahir “izzatun-nafsi” artinya “kemuliaan diri dengan derajat kemanusiaan”.
Ketaqwaan yang sejati harus selalu mengacu pada Al Quran .Di antara hikmah Al Quran, dapat dilihat dari nama yang diberikan kepada Al Quran ini. Jumlahnya ada 36 nama, yang menjelaskan fungsi dan kegunaan Al Quran itu bagi manusia.
Antara lain ;
(1). HUDAN, artinya petunjuk yang penuh rahmah,
(2). AL QURAN, artinya bacaan tentang kehidupan,
(3). ASY-YIFAA’, artinya obat bagi hati dan jiwa,
(4). AL FURQON, artinya pembeda antara halal dan haram, antara kebenaran dan Kebathilan,
(5). AL KITAB, artinya kitab suci yang berisi penjelasan bagi manusia sepanjang masa,
(6). AL BAYYINAH, sebagai data otentik peraturan tentang pelaksanaan hukum syari’at agama.
Perputaran hukum di tengah kehidupan manusia,dijelaskan dalam bentuk penukilan sejarah peradaban umat terdahulu (jahiliyah, kufur. munafiq. Mukmin, setia. syukur. thaat, patuh mengikut Rasul).
Selain itu, juga dijelaskan dalam bentuk aturan-aturan (kaedah-kaedah syar’i) yang menjadi pandangan hidup mukmin atau ajaran tauhid (tauhidic weltanschaung).
Fungsi Al Quran di antaranya, bertujuan membentuk watak manusia bertaqwa, terlihat pada sikap percaya diri. hemat, mawas diri, istiqamah (teguh dalam berprinsip), adil dalam. menanam nilai kebersaman (ukhuwwah) ditengah hidup bermasyarakat, dan menjauhkan diri (nafsu ) dari  sikap tercela yang hanya mementingkan diri sendiri.
Tugas syiar akan ketaqwaan  ini wajib dilaksanakan secara teratur dan terus menerus atau berkesinambungan dengan disiplin yang tinggi.
Ketaqwaan dalam Rasa Cinta Kasih dan Sayang harus dilaksanakan dengan perjalanan amal besar, yang disebut “Gerakan Fastabiqul Khairat”.
Semoga Allah senantiasa meridhoi akan apa yang kita usahakan ; dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi diri kita untuk selalu bercermin dan mengaktualkan diri pada peningkatan kadar keimanan dan ketaqwaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar