Sabtu, 31 Juli 2010

Masalah Sosial atau Penyakit Sosial ?

Beberapa hari ini aku mendapati fenomena yang telah menjadi suatu kebiasaan tahunan. Sama seperti tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya, yang namanya bulan Rajab, terus Sya'ban, terus Romadhon, ditambah dengan kondisi minimalitas atau krisis yang menjadi-jadi dinegeri ini , panen gagal, wereng menyerang , tangkapan ikan sedikit, biaya kehidupan naik, TDL naik, semua barang naik, dan lain-lain, dan ini menjadikan suasana lebih klob...lebih pantas untuk menjalani profesi ini.
Dan rasanya aku berani bertaruh, semakin mendekati Romadhon...dan semakin mendekati lebaran, jumlah komunitas mereka semakin besar, semakin semrawut, semakin mengganggu dan tidak bikin nyaman.
Bener...yuup....itulah kaum "peminta-minta", ada yang menyebut "gepeng" ; ada yang menyebut "Yakarim" gak tahu asal nyomot istilah kali ; ada yang menyebut "Wong Ngemis" ; ada lain-lain sebutan yang mereka malah bangga atau cuek dengan predikat dan penghargaan masyarakat tersebut.
Butuh suatu keberanian, perlu suatu pemikiran, dan penerapan kebijaksanaan yang tinggi untuk mengurus mereka, atau termasuk bila kita akan memberinya sesuatu yang dinamakan shodaqoh.
Salah satu penyebabnya mereka bermigrasi dari daerahnya untuk terus mengadu nasib sebagai peminta-minta dikota-kota besar adalah peran serta informasi, baik melalui media massa berupa koran,televisi,radio ; atau hanya sekedar melalui cerita dari mulut ke mulut dan didengar dari kuping ke kuping ; bahwa si A selama Romadhon jadi pengemis di kota B ternyata dapat mengumpulkan uang 4 juta , dan tahun selanjutnya si A mengerahkan keluarganya untuk dipencar-pencarkan di 7 titik kawasan emas bagi pengemis di kota B, dan merekapun meraup lebih dari 7 juta , merekapun terus koar-koar, sampai akhirnya wartawan, kaum pers-pun mengangkatnya jadi berita, dan jadilah tambah meledak seperti sekarang ini, mereka gak mikir lagi akan status hinanya seorang peminta-minta, tapi yang terpikir adalah yang penting bisa dapat uang banyak yang ditambah lagi dengan pemikirannya lebih baik jadi peminta-minta daripada jadi pencuri,copet,perampok dan lain-lain yang berbau perbuatan melanggar hukum agama dan pidana. Yaaaah....memang kalau dilihat dari penghasilannya, seorang buruh pabrik yang hanya bergaji sebesar penghasilan UMR-pun akan terasa tergilas bila dibandingkan dengan penghasilannya mereka yang hanya menyadongkan tangan bisa mencapai 4 juta, apalagi bila mereka boyongan sama keluarganya dan menyebar di 7 titik fantatis yang penuh akan rejeki ekonomi...pasti mereka dalam sebulan tersebut bisa meraup 10 kali lipat penghasilan seorang buruh pabrik yang bekerja berpeluh-peluh dengan penuh rasa capek.
Tak terkecuali dilampu merah perempatan jalan, ternyata trend menjadi "peminta-minta" sudah merambah ke masyarakat disekitar kompleks perumahan-perumahan. terkadang pagi-pagi ketika aku sedang asyik menyuci mobil , sering kulihat juga seorang ibu dengan menggendong anak kecil (balita ) sambil mendorong gerobak yang didalam gerobaknya ada juga seorang anaknya yang lebih tua, dan juga ada seorang anak lagi yang turut mengutit sambil berjalan. Sungguh pemandangan yang bikin trenyuh hati sekaligus membuat sebel!; trenyuh hati ya pasti karena pagi-pagi yang masih berembun dan dingin mereka sudah berkeliaran mencari-cari rongsokan dari satu tempat sampah ke tempat sampah lainnya, anak-anaknya dibuat tameng untuk sekedar mengetuk hati orang yang melihatnya...termasuk aku sering timbul rasa iba dan kasihan demi melihat pemandangan tersebut. Namun mendadak jadi timbul perasaan sebel manakala berpikir...lha suaminya itu kemana ??? ( ini wajar muncul terjadi dibenakku mengingat sifat dan typologi masyarakat didaerah dimana aku hidup yang cenderung kaum lelakinya males, dan mengekploitasi kaum wanitanya ). Dan belakangan ini ada lagi yang lebih parah, ada anak-anak seusia SD yang pulang sekolah dan masih pakai baju seragamnya sudah nyambi sebagai pengemis " Pak, minta shodaqohnya Pak....Pak minta uang seribuannya Pak....Pak minta shodaqohnya untuk makan siang Pak..." dan lain-lain, jiwa sebagai peminta-minta sudah mulai ditanamkan orangtuanya kepada anak-anak kecilnya; dan yang bikin sebel lagi, ketika suatu saat kulihat anak-anak itu keluar dari rentalan PS. Bajigur...., tak akan aku kasih lagi kau Nak, meskipun kau pura-pura mewek menangis sambil menahan lapar!.
Yang bikin gila lagi, pernah dilampu merah didaerah Cibaduyut, aku sempet melihat segerombolan kaum peminta-minta ( yang mungkin satu keluarga ), mereka online dengan HP..., dan ada anaknya yang menurutku seusia anak SMP bila sekolah, mereka asyik FB-yan dengan HPnya yang lebih bagus dari HPku yang cuman Nokia Pisang....busyeet ! , ada lagi yang pura-pura kakinya buntung , namun terlihat sekali kalau itu dibuat-buat ( kakinya ditekuk dan dipaksa masuk dalam celana panjangnya yang telah di bundel ), dan tentang si kaki buntung-buntungan itu ; seorang teman pernah melihatnya nongkrong dikawasan itu dengan kaki sempurnanya sambil makan nasi padang bungkusan....busyet!!!.
Pernah juga aku merasa muntap...., saking jengkelnya melihat seorang pria yang masih cukup muda dengan perawakannya yang menurutku masih gagah untuk sekedar jadi kacung atau kenek tukang batu , dia meminta-minta didaerah Tegallega , dan pas saat itu kulihat seorang ibu yang usianya cukup tua , mendorong kereta dan menjinjing tas berisi minuman fermentasi yakult ( barangkali anda pernah melihat juga ) , si ibu itu dengan beban beratnya merasa kesulitan untuk menyeberang. Ketika si peminta-minta itu menyadongkan tangannya , demi melihat hal yang kontras sekali itu ada didepanku, maka aku menolaknya dan berkata padanya : " Tuch liat ibu-ibu yang lebih tua, tapi lebih gigih dan terhormat daripadamu, harusnya 'elu malu menjadi pengemis sementara raga 'elu masih kuat untuk sekedar bekerja lebih baik dan terhormat " ; orang itu begitu mendengar kata-kataku seperti gak punya rasa malu, cuman tersenyum ( coba apa gak bikin jengkel ) ; dan kontan kupanggil ibu-ibu yang kepayahan dengan dagangan yakultnya , langsung keberi uang cemban tanpa kuminta barang dagangannya ; maksudku sekedar memberi pelajaran bagi lelaki tersebut, dan memberi apresiasi tertinggi pada seorang ibu-ibu yang kuat menjalani kehidupan ini tanpa harus merendahkan diri menjadi peminta-minta atau pengemis.
Sungguh aku jadi teringat, ketika aku ke Semarang, kebetulan semobil dengan seorang teman yang tinggal di Semarang , pas di perempatan Bangkong, dimana ada seorang pengemis yang sedang meminta-minta ; masih cukup muda, masih gagah, dan terlihat masih kuat ; pas ketika aku mau memberinya uang , tanganku di tamplek temenku " jangan diberi ; kalau kamu memberinya, kamu telah melakukan kesalahan, yaitu membiarkan mereka hidup sebagi peminta-minta, sementara jelas dia masih kuat untuk sekedar bekerja yang lebih baik dan terhormat daripada jadi pengemis " ; akupun sempet protes "apa hubungannya antara aku mau memberinya sebagai amalan shodaqoh dengan pemikiranmu tersebut; aku berniat memberinya uang, dan itu aku lakukan ikhlas; anggap saja dia dapat rejeki dari Allah lewat perantaraan tanganku "
Temenku tersenyum " itu memang bener, tapi kau akan merasakan lain lagi manakala mereka tumbuh semakin banyak, sementara mereka bisa melakukan pekerjaan yang lebih baik dan lebih terhormat daripada menjadi pengemis " ; dan memang benar apa yang dikatakan temanku tersebut ; kita jadi akan menjadi jengkel manakala mereka jadi terbiasa tiap hari menanti kita di lampu merah , dan merekapun mengajak teman-temannya, dan bayangin saja jika di satu lampu merah ada lima orang pegemis menghampiri anda dan menyadongkan tangannya meminta-minta , bahkan ada yang sampai memakai acara mengetuk-ngetuk kaca jendela. Sungguh ini adalah pengganggu dan sangat mengganggu....
Semoga tulisan ini bisa memberikan suatu pencerahan jiwa bagi kita semua, kita memang dianjurkan saling tolong-menolong, diperintah untuk menyantuni kaum yang lemah, diwajibkan memberikan sebagian harta kita pada kaum fakir miskin ; tapi yang jadi masalah adalah : " Fakir miskin atau orang lemah yang manakah yang pantas untuk menerima pemberian shodaqoh kita? "
Anda setuju dengan tulisanku ini ? , atau anda ingin sekedar memberikan komentar, silahkan....ini adalah forum tholabul ilmi . Terimakasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar