Kamis, 17 Februari 2011

Kemiskinan dan Kemalasan

Hari ini Kamis,17 Februari 2011, aku baca koran , dan dihalaman Tribun Forum ada tulisan yang disajikan sangat baik gaya bahasa penulisannya oleh TANDI SKOBER (Pengarang dan Dewan Penasehat Inonesia Police Watch ) dengan judul : Miskin Itu Indah, Indonesia (?)
Tulisannya menarik, karena diawali dengan cerita atau kupasan berita tentang kemiskinan negeri ini ; dan juga dibunbui dengan data statistik yang menyebutkan bahwa rakyat indonesia hasil sensus 2010 sebanyak 237,56juta jiwa dengan pertumbuhan per tahun 1,49% ; dan disebutkan juga bahwa konsumsi beras per tahun per kapita adalah 139,15kg, dan diperkirakan bahwa untuk beras masih ada surplus 5,6juta ton pada tahun ini.
Diparagraf yang lain juga disebutkan bahwa menurut Bank Dunia , parameter kemiskinan absolut (extreme poverty line) adalah US$1/hari dan moderate poverty line sebesar US$2/hari artinya astu keluarga dengan 2 orang anak dikatakan miskin jika penghasilannya kurang dari Rp.1.128.000,-/bulan.
Dari pengalaman yang sudah-sudah dalam menulis di blog , dengan mengikuti , mendengarkan, dan melihat ; rasanya ada yang perlu dibenahi. Tahukah Anda bila orang atau pengemis yang ada diperempatan jalan yang biasa dibenak kita kita anggap sebagai simbol kemiskinan ,pada dasarnya mereka bukan miskin secara sungguhan, namun karena semata kemalasan dalam melakukan pekerjaan. Mohon maaf bila terkesan seperti itu , hal itu karena aku pernah menelisiknya, dan beberapa cerita  hasil telisikku pernah aku tuangkan dalam tulisan di blogku , namun yang teringat saja adalah sebagai berikut : (fenomena yang pernah kulihat ,kudengar, dan temui langsung ) :
- Aku pernah melihat sekeluarga pengemis sedang makan siang di bawah patung sepatu di perempatan Leuwipanjang - Cibaduyut , mereka makan nasi bungkusan ( nasi Padang ) yang barusan mereka beli, dan kulihat mereka ada yang pakai rendang , usus , ikan nila ,dan lain-lain ; dan mungkin karena saat menunggu beli nasi agak lama,maka salah satu diantara anak mereka yang sepantaran anak SMP , asyik lagi utak-atik dan anteng dengan HPnya ( FB-an kali....) , mereka ada berlima , bapak,ibu, dan tiga orang anaknya. Kepikir dibenakku  " gila men.....makannya nasi padang , andai sebungkus Rp.8000,- berati sekali makan sudah Rp.40.000,- ) belum sama minumannya yang kulihat ada aqua botol plastik, ale-ale,fresh tea ....
- Diperempatan yang sama juga pernah kuberteduh, karena disitu ada si anak yang mengemis , maka aku ajak juga bincang-bincang , dan inilah hasilnya : mereka mulai kerja dari jam 6 pagi sampai jam 7 malam ; penghasilan si anak rata-rata Rp.50.000,- /hari , dan sejelek-jeleknya masih bisa mengantongi Rp.30.000,-/hari ; mereka ( anak-anak) lebih piawai menghasilkan uang dari mengemis daripada ortunya yang mengemis yang rata-rata hanya dapat Rp.30.000,-/hari ; oleh sebab itu ortunya pada akhirnya lebih suka mengerjakan anak-anaknya untuk menjadi mengemis,bahkan melarang anaknya untuk bersekolah!. ( dihitunganku rata-rata mereka berlima bisa meraup Rp.150.000,- per hari jadi jika sebulan penghasilan mereka bisa Rp. 4,5jt )
- diperempatan tersebut pula ada pengemis (pemuda) yang kakinya ditekuk dalam celana panjangnya sehingga seperti pengemis buntung kaki ; dan menurut si anak-anak itu , penghasilan si buntung masih kalah dengan penghasilan mereka.( pernah kulihat pula si buntung dihardik oleh seorang Polisi, tapi si buntung hanya cengar-cengir , dan juga pernah kulihat si buntung memalingkan muka ketika ditegur seorang ibu-ibu yang sudah sepuh tapi masih ulet berjualan yoghurt dengan tas yang cukup berat untuk disandangnya)
- juga kutanya , kenapa semakin lama semakin banyak jumlah pengemisnya? , mereka menjawab : untuk pengemis baru di area ladang mereka, dikenakan konstribusi sebesar Rp.10.000,-/hari selama 3 bulan weiii....repot juga jadi pengemis...???  ; mereka spontan menjawab enggaklah Pak....dhuit  Rp.10.000,- sangat kecil dan mudah didapat kalo dari mengemis...!; dan ternyata mereka ada semacam kelompok atau paguyubannya.
- Disisi lain aku juga pernah menulis tentang seorang teman pesepada ( sudah tua ) yang hidupnya dari mencari logam ( paku,mur,baut,dll , terutama beliau lebih suka mencabutin paku dari bekas reklame di pohon-pohon penghijauan ), kerjanya tiap hari keliling Bandung sambil mengais logam , dimana hasilnya dijual dengan harga Rp.2000,-/kg  ; dan ketika itu aku bertanya berapa penghasilan rata-rata per harinya , dan beliau menjawab Rp.6000,-/hari-nya )....yang ini menyedihkan sekali ceritanya.
-Disisi lain aku juga punya teman yang karena di PHK dari pabrik, terus kerja sebagai karyawan harian di sebuah pabrik tekstil di Kabupaten Bandung, dan hanya menerima gaji Rp.17.500,-/hari plus makan satu kali.
...dan yang ini sangat tragis sekali.
- Disisi lain , karena aku  sering berkunjung dari pabrik-ke pabrik berkaitan dengan kerjaku sebagai seorang QC , aku selalu menyempatkan bincang-bincang dengan karyawan grade 1 dipabrik tersebut , dan hanya 40% ternyata perusahaan yang mampu membayar mereka sesuai UMR yang berlaku.......wualaah...yang ini juga menyedihkan.
- Disisi lain kalau aku perlu tenaga kasar untuk meremove barang , kadangkala aku mencari tukang becak yang sering terlihat nganggur dibangku becaknya, ketika kutawari kerjaan yang menurutku hanya butuh waktu 2 jam dan kuberi Rp.30.000,- ; mereka banyak yang menolak! , yang ini kadang menjengkelkan...mereka merasa mendingan nganggur tiduran dibangku becak daripada angkat-angkat barang selama 2 jam cuman dapat Rp.30.000,- !.
- Dikompleks perumahan dimana aku tinggal, tukang sampah yang biasa mengambil sampah, diberi tambahan pekerjaan nyapu halaman rumah paling lama 30 menit  dan itu 2-3 hari sekali, diberi tambahan Rp. 50.000,- ....eee...kerjanya males-malesan ; uangnya mau nerima atau minta duluan, tapi kerjanya wualaaahhh....
Itulah fenomena yang aku rasakan...aku temui....; lantas bila dikaitkan dengan kemiskinan....bagaimana ya mengungkapkan dengan kata-kata yang pas dan enak di cerna untuk menyebutnya sebagai sesuatu yang salah, suatu kemalasan!
Dan memang sich seperti temanku yang pesepeda dan yang sempat diPHK terus kerja sebagai karyawan harian tidak bisa ( dan aku tidak rela )bila  dikatakan malas. Dan menurutku sendiri....sebenarnya mereka yang miskin dan layak dikatakan miskin apabila mereka telah bekerja secara mulia, namun penghasilannya tak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, apalagi yang sudah berkeluarga. Mereka itu kebanyakan adalah karyawan perusahaan, atau karyawan pabrik yang gaji per bulan-nya masih dibawah UMR. Dan jika Anda menjalani atau jadi seperti mereka yang pendapatannya dibawah UMR atau sama dengan UMR...aku yakin Anda akan pusing kepala mengelolanya!
Rasanya bila melihat negeri ini....tak seharusnya mereka ada dan dikatakan miskin atau sebagai pendongkrak semakin besarnya angka kemiskinan. Dan aku bertanya dalam hati ....siapa kelak pemimpin negeri ini yang mampu mengubah itu semua ???
Dan Tangan yang Diatas lebih baik daripada Tangan Yang Dibawah ; dan bekerja secara mulia dan hormat meskipun kecil dan minim penghasilannya untuk mencukupi kebutuhan hidup tetap lebih baik daripada mengemis .....
Semoga tulisan ini bermanfaat.....



1 komentar:

  1. Ass.Wr.Wb
    Senang sekali membaca ulasan ini.
    Inspiring.
    Apa yang ditulis dikmas juga menjadi pikiran saya.
    Kita selalu saja menjumpai ruang terbuka yang tampilkan kemalasan, hipokrisme dan pamer keprihatinan.
    Dan kita tak bisa berpaling dari al itu.

    Senang sekali kalu tulisan ini menjadi komen di Tribun Jabar

    http://jabar.tribunnews.com/read/artikel/41249/miskin-itu-indah-indonesia

    Wassalam
    Tandi Skober

    BalasHapus