Rabu, 23 Februari 2011

Sesungguhnya Orang Yang Berakal-lah Yang Dapat Menerima Pelajaran

"Kami akan memperlihatkan kepada mereka ayat-ayat Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Quran itu adalah benar".   (Q.S. Fushshilat [41]: 53).

Allah SWT hadir di mana-mana, segala sesuatu yang nampak jelas – baik yang mampu dijangkau oleh mata maupun tidak – merupakan bukti keberadaanNya. Betapa alam raya ini tidak akan dapat terwujud apalagi dengan segala keindahan, keserasian, dan keharmonisannya, tanpa kehadiran-Nya. Dia telah menunjukkan kepada kita kerajaan dan kekuasaan-Nya, dengan membentangkan ayat-ayatNya di segala penjuru. Segala sesuatu yang diciptakanNya – walau bisu sekalipun – adalah hujjah yang berbicara tentang wujudNya. Walau mata tidak dapat melihatNya, tetapi Dia berada di balik setiap ciptaanNya. Memang, Allah yang memiliki nama agung al Bathin, Yang tersembunyi hakikat, Dzat, dan sifatNya, namun sifat ini bukan menunjukkan sesuatu yang tidak jelas, tetapi justru karena Dia demikian jelas sehingga mata dan pikiran seringkali silau bahkan tumpul. Imam al Ghazali menulis, “KetersembunyianNya disebabkan oleh kejelasanNya yang luar biasa, dan kejelasanNya yang luar biasa disebabkan oleh ketersembunyianNya. CahayaNya adalah tirai cahayaNya, karena semua yang melampaui batas akan berakibat sesuatu yang bertentangan dengannya.”
Ayat-ayatNya yakni bukti-bukti, tanda-tanda wujud dan keesaanNya terhampar di mana-mana. Ia tertuang dalam kitab suciNya, juga terhampar di alam raya yang merupakan ciptaanNya. Yang terhampar itu, ada yang ditemukan pada diri manusia, secara individu atau kolektif, dan ada juga pada benda-benda, atau peristiwa, alam dan masyarakat.
Ayat-ayatNya menunjukkan bahwa Allah wujud dan ”berada” di mana-mana. Ayat ayat itu mampu membimbing manusia untuk mencapai puncak evolusinya dan melaksanakan tugas-tugasNya sebagai hamba Allah dan khalifah dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Ayat-ayatNya merupakan pelajaran berharga bagi yang mau memperhatikannya, sekaligus dapat menjadi siksa bagi yang mengabaikannya. Bahkan, ayat-ayatNya dapat juga menjadi sarana latihan olah jiwa, yang pada akhirnya mampu  menggerakkan pemerhatinya, meluas melampaui alam fisika, masuk ke alam metafisika dan merasakan kenikmatan alam pikiran dan ruhani yang bersih. Ayat-ayat atau tanda-tanda Allah sangat jelas dan sesuai dengan semua tingkatan pemikiran manusia. Ia sangat rapi dan siap untuk difahami oleh setiap hambaNya.
Pernah baca , Newton (1642-1727 M.) yang menemukan gaya grafitasi melalui renungannya setelah dia melihat buah apel yang jatuh tidak jauh dari tempat duduknya. Sebelumnya, Archimedes (212-287 M.), ahli matematika Yunani kuno kebingungan apakah mahkota Raja Hieron murni atau telah dicampur oleh sang pandai emas dengan bahan-bahan selain emas? Akhirnya ia pun menemukan jawabannya ketika sedang berendam mandi. Ide tentang apa yang kemudian dinamai berat jenis ditemukannya ketika itu, demikian dan masih banyak lagi. Akan tetapi, apakah ini hanya suatu kebetulan atau itu adalah contoh hidayah Tuhan yang dianugerahkanNya kepada mereka yang berjalan dengan giat dan tekun menelusuri hukum-hukum (sunnatullah) yang ditetapkanNya? Sepertinya demikian.
Memang, untuk memperhatikan ayat-ayatNya tidak hanya dengan kecerdasan berfikir (IQ) saja, melainkan juga dengan kecerdasan spiritual (SQ), dan emosional (EQ), atau mata hati. Tanpa keterlibatan kecerdasan emosional dan spiritual, tanda-tanda Allah tersebut tidak akan terjangkau, persis seperti seseorang yang akan menikmati merdunya musik, dengan menggunakan kedua matanya sambil menutup kedua telinganya.
Namun, trio kecerdasan tadi masih belum cukup untuk mencapai kesuksesan dunia dan akhirat. Siapa yang meragukan Fir’aun tidak mempunyai SQ tinggi, Qorun tidak memiliki EQ tinggi dan Haman tidak memiliki IQ yang tinggi? Datanglah Anda ke Mesir, di sana terdapat peninggalan mereka bertiga misalnya pyramid dan situs Luxor. Maka anda akan mengira betapa cerdasnya mereka! Siapa bilang Fir’aun tidak mengenal SQ? Bila SQ berhubungan dengan ketuhanan, maka Fir’aun bukan hanya membicarakannya, tapi ia mengaku bahwa dirinyalah Tuhan. Jika SQ berhubungan dengan makna hidup seperti dikatakan oleh Zohar dan Marshall, bahwa jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain, maka apa yang tidak dimiliki oleh Fir’aun?
Bahkan, ada yang berpendapat Fir’aun membangun pyramid sebagai pemakaman untuk dirinya, beserta hartanya sebagai bekal di alam abadi. Artinya, ia menyadari ada dunia lain setelah alam dunia. Tetapi ia tetap sombong, "Dan berkata Fir’aun, ’Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui ilah bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat, kemudian buatlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat ilah Musa, dan sesungguhnya aku yakin bahwa dia adalah termasuk orang-orang pendusta "(Q.S. Al Qashash [28]: 38).
Siapa bilang Haman tidak memiliki IQ? Untuk membuat pyramid semegah itu, tanpa menggunakan peralatan canggih seperti sekarang, tentu butuh IQ yang superior, atau bahkan jenius. Tanpa visualisasi dan hitungan yang jitu, pyramid tersebut pasti runtuh, tidak bertahan lama . Namun, hingga sekarang pyramid itu masih kokoh berdiri.
Siapa bilang Qorun tidak mempunyai EQ? Tanpa kecerdasannya dalam berhubungan dengan manusia, mana mungkin dia bisa menjadi konglomerat, yang memiliki kekuasaan dan bisa bersanding duduk sejajar dengan Fir’aun. Tentu saja ia memiliki kemampuan interpersonal yang tinggi.
"Dan sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata kepada Fir’aun, Haman dan Qorun; maka mereka berkata, ”(ia) adalah seorang ahli sihir yang pendusta”. (Q.S. Al Mukmin [40]: 24).
Lalu apa yang kurang pada Fir’aun, Haman dan Qorun? Kekurangan mereka cuma satu, yaitu tidak mengikuti tuntunan wahyu dari Allah yang dibawa oleh Nabi Musa as hingga akhirnya mereka pun dibinasakan oleh Allah.
"Aku akan memalingkan dari ayat-ayatKu orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaanKu. Mereka jika melihat setiap ayat-ayatKu, mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya. Yang demikian adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai daripadanya" (Q.S Al Araaf [7]: 146).
Ayat di atas merupakan peringatan bagi setiap mereka yang sombong, bahwa Allah akan memalingkan mereka dari kebenaran ayat-ayatNya, baik yang terhampar di alam raya, maupun yang termaktub dalam Alqur’an. Dengan demikian, walau seandainya mereka melihat ayat-ayat tersebut dengan pandangan mata atau mengetahuinya dengan nalar, tetap tidak akan mampu mengantarnya memahami makna, fungsi, dan tujuan hidup dalam pentas sandiwara dunia ini.
Allah itu ada di mana-mana, memenuhi setiap ruang semesta ini karena kebesaran dan keagungan dzatNya. Kita dapat menemukan tanda-tandaNya kemanapun kita melangkah, ke arah manapun kita memandang. Jika seseorang tidak menemukanNya, maka itu berarti mata hatinya buta, sehingga tidak melihatNya. Telinganya tuli sehingga tidak mendengarNya. Mulutnya pun bisu sehingga tidak bertanya atau bermohon kepadaNya, Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.  Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Q.S. Al A’raaf [7]: 179).
Memikirkan dan merenungkan ayat-ayat Allah, jika dilakukan bersamaan dengan kesadaran tentang kuasaNya, dapat membawa hasil yang sangat mengagumkan. Cobalah tinggalkan sejenak kesibukan dan hiruk pikuk kegiatan, dan mengarahlah kepadaNya, Niscaya Anda akan menemukanNya lalu yakinlah bahwa Dia akan memberi petunjuk kepada apa yang Anda harapkan.
Semoga tulisan ini bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar