Selasa, 02 November 2010

" MENYIBAK TABIR " ( Bagian Kedua )




“MENYIBAK TABIR” ( Bagian Kedua )

Alhamdulillah….semoga atas ijinNya aku bisa meneruskan menulis tulisanku ini….

Ha ha ha….mungkin ada yang bertanya-tanya, sebenarnya “MENYIBAK TABIR” ini berisi tulisan tentang apa ? ; tapi okeylah….aku mau nulis tentang negeri ini…., tentang bencana yang melandanya , dan tentunya ditunjang dengan sejarah , cerita , lakon yang menceritakan awal-mula negeri ini , dan pandangan para pinisepuh yang bisa dipakai untuk rujukkan . Tulisan ini memang agak berbau mistis , dan sebagian kalangan akan menganggap tahayul, musyrik , atau tanggapan-tanggapan lainnya yang negative , tapi itu gakkan menyurutkan niat hati untuk menyampaikannya dalam tuangan berbentuk tulisan.

Menjadi suatu kenyataan bahwa bumi Nusantara (Indonesia) berbeda dengan bumi Arab, berbeda dengan bumi Amerika, Eropa, Afrika, Cina, dan lain-lain. Walaupun agama-agama telah menjadi keniscayaan berkembang di negeri ini, namun semestinya kita tidak meninggalkan “jati diri” sebagai bangsa di tanah yang kaya raya ini, Nusantara.

Apakah kita masih angkuh dan sombong di dalam “nguri-uri budaya leluhur” menanggapi dengan pernyataan bahwa semua itu merupakan sesuatu yang syirik musyrik bahkan bid’ah dan sesat? Juga dinilai sebagai mistik dan tahayul? Padahal mistik dan tahayul merupakan suatu ungkapan terhadap hal-hal yang tidak dapat dicerna dengan akal penalaran karena bersifat gaib (tidak nyata atau tidak kasat mata). Padahal pula ke-ghaib-an adalah suatu kenyataan yang bagi kita umat beragama yang juga diwajibkan untuk meyakininya. Di dalam agama Islam kita mengenal adanya 6 (enam) Rukun Iman. Jin dan setan pun nyata adanya sebagai mahluk ghaib ciptaan Allah Yang Maha Ghaib. Apakah kita masih ingin mengingkarinya? ; Jadi, soal syirik musyrik, bid’ah dan sesat merupakan penilaian yang menjadi hak Allah semata. Kita sesama hamba ciptaan-Nya tidak berhak untuk saling memvonis dan menghakimi dalam persoalan ini.

Tulisan ini kumulai dari sejarah surutnya Majapahit , dan mulai masuknya ajaran Islam dinegeri ini yang berusaha membangkitkan dan memakmurkan kembali negeri ini….

Setidaknya kita patut tersadar bahwa ternyata wasiat-wasiat leluhur Nusantara ini merupakan suatu hal yang fenomenal dan luar biasa yang pernah ada dan pernah terjadi di muka bumi ini. Bayangkan dan renungkan sejenak, tanpa tersadar bangsa ini sebenarnya telah memiliki wasiat yang secara rinci namun tersamar menggambarkan sosok pemimpin dan situasi umum keadaan negara ini ke depan-nya. Tentu saja semua terjadi atas Kehendak Allah dengan segala Kekuasaan-Nya. Dan semua itu bagiku adalah merupakan harta karun yang tak ternilai harganya.

Selain mengandung petuah tentang budi pekerti yang baik juga mengandung prediksi perjalanan bangsa ini dengan situasi dan kondisi yang terjadi dan menyertainya. Apakah kita masih juga mengingkari, jika dikatakan oleh Prabu Jayabaya (Jenggala, Th 1135 – 1157) di dalam Kitab Musarar bahwa nantinya dijawa ini akan berdiri kerajaan Kediri, Singosari, Pajajaran, Majapahit, Demak, Pajang, dan Mataram? ; Padahal masing-masing kerajaan itu adanya berselang waktu ratusan tahun sesudahnya. Apakah kita masih mengingkari, jika dari perlambang yang ada dikatakan bahwa sejak Kemerdekaan Negara RI pada 17 Agustus 1945 , dikatakan bahwa negara dikutuk selama 60 tahun? ; Apakah kita juga masih mengingkari, bahwa pada saat ini negeri kita masuk kepada era pemimpin yang dituliskan atau dilukiskan dengan perlambang “Tan kober pepaes sarira, tan tinolih sinjang kemben” yang bermakna bahwa pemimpin negeri ini adalah pemimpin yang tidak sempat mengatur negara karena direpotkan dengan berbagai masalah? . Hal ini dengan versi lain dikatakan oleh Ronggowarsito, bahwa saat ini masuk pada era pemimpin “Satrio Boyong Pambukaning Gapuro” dengan segala fenomenanya (lihat : Ramalan 7 Satrio Piningit- silahkan search di google ). Sejujurnya ini bisa dikatakan bahwa di era kepemimpinan SBY – JK dan SBY -BDY pada saat ini telah terjadi banyak bencana dan kecelakaan, sampai-sampai terlihat tidak sempat mengatur negara. Banyak kebijakan-kebijakan beliau yang mandul dalam pelaksanaannya walaupun banyak dibantu orang-orang pandai di bidangnya.

Hal senada juga dikatakan oleh Prabu Siliwangi sebagai berikut :
( “Penguasa yang buta, semakin hari semakin berkuasa melebihi kerbau bule, mereka tidak sadar jaman manusia sudah dikuasai oleh kelakuan hewan.
Kekuasaan penguasa buta tidak berlangsung lama, tapi karena sudah kelewatan menyengsarakan rakyat yang sudah berharap agar ada mukjizat datang untuk mereka. Penguasa itu akan menjadi tumbal, tumbal untuk perbuatannya sendiri, kapan waktunya? Nanti, saat munculnya anak gembala! di situ akan banyak huru-hara, yang bermula di satu daerah semakin lama semakin besar meluas di seluruh negara. yang tidak tahu menjadi gila dan ikut-ikutan menyerobot dan bertengkar. Dipimpin oleh pemuda gendut! Sebabnya bertengkar? Memperebutkan tanah. Yang sudah punya ingin lebih, yang berhak meminta bagiannya. Hanya yang sadar pada diam, mereka hanya menonton tapi tetap terbawa-bawa.
Yang bertengkar lalu terdiam dan sadar ternyata mereka memperebutkan pepesan kosong, sebab tanah sudah habis oleh mereka yang punya uang. Para penguasa lalu menyusup, yang bertengkar ketakutan, ketakutan kehilangan negara, lalu mereka mencari anak gembala, yang rumahnya di ujung sungai yang pintunya setinggi batu, yang rimbun oleh pohon handeuleum dan hanjuang. Semua mencari tumbal, tapi pemuda gembala sudah tidak ada, sudah pergi bersama pemuda berjanggut, pergi membuka lahan baru di Lebak Cawéné!
Yang ditemui hanya gagak yang berkoar di dahan mati. Dengarkan! jaman akan berganti lagi, tapi nanti, Setelah Gunung Gede meletus, disusul oleh tujuh gunung. Ribut lagi seluruh bumi. Orang sunda dipanggil-panggil, orang sunda memaafkan. Baik lagi semuanya. Negara bersatu kembali. Nusa jaya lagi, sebab berdiri ratu adil, ratu adil yang sejati.
Tapi ratu siapa? darimana asalnya sang ratu? Nanti juga kalian akan tahu. Sekarang, cari oleh kalian pemuda gembala.
Silahkan pergi, ingat jangan menoleh kebelakang!” )

Fenomena inilah yang dikatakan Prabu Siliwangi untuk menunjuk era saat ini. Betapa tidak, dengan kejadian semburan lumpur Porong ( lumpur Lapindo ) yang hingga saat ini belum berhenti mengisyaratkan bahwa seluruh rakyat sedang menantikan datangnya mu’jizat untuk negeri ini. Disertai huru-hara di sana-sini, juga perebutan soal tanah. Pemuda gendut adalah perlambang orang-orang berduit yang serakah. Pepesan kosong bermakna bahwa rakyat terkalahkan karena orang-orang yang berkompeten atau berkuasa masuk dalam persoalan membantu orang-orang yang berduit. Kita lihat saja pada saat ini banyak sekali persoalan perebutan tanah dan gusur menggusur merebak di mana-mana.

Setidaknya jika kita jeli, maka gambaran-gambaran yang telah diungkapkan para leluhur nusantara beratus-ratus tahun yang lalu telah muncul menjadi kenyataan saat ini. Dengan pemahaman ini maka kita dapat meraba apa yang akan terjadi setelah ini. Sehingga dapat dikatakan di sini bahwa Semburan Lumpur Porong yang sangat fenomenal saat ini sesungguhnya merupakan suatu tanda yang mengisyaratkan adanya “Sayembara” yang terbuka luas bagi anak cucu negeri ini. Walaupun pihak pemerintah atau Lapindo sekalipun tidak secara resmi mengadakan sayembara ini. Sayembara yang dimaksudkan itu mengisyaratkan bahwa : “Bagi siapa saja yang mampu menghentikan semburan lumpur Porong saat ini, maka dialah Sang Budak Angon itu, dialah Aulia itu Sang Putra Batara Indra, dan dialah yang dikatakan Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu itu. Siapapun saja tanpa terkecuali, entah dia adalah seorang tukang becak, tukang parkir, penjual bakso, bahkan seorang jendral sekalipun. Hanya karena Kehendak Allah saja, “seseorang” itu untuk membuktikannya. Insya Allah…
Lalu kemudian apa imbalannya bagi yang mampu…?
Beliau atau “seseorang” itu tidak berharap mendapatkan imbalan apapun..!!” , yang Beliau lakukan semua semata untuk negeri ini , Beliau hanya menjalani lelakon penghangtar saja.
Semoga anda para pembaca memahami maksud saya…

Untuk diketahui, bahwa dari pantauan secara spiritual, sejak tanggal 7-7-2007 kemarin telah nampak cahaya putih di atas Alas Ketonggo bergerak ke arah timur. Saat ini cahaya putih tersebut terlihat diam memancar di suatu tempat di arah timur. Nampaknya “seseorang” itu telah hadir, dan akan datang dari timur (setelah bergerak dari arah barat ke timur). Kemungkinan besar para winasis dan waskita di negeri ini juga telah dapat memantau fenomena spiritual ini. Insya Allah…

Semoga Tuhan Yang Maha Agung melimpahkan rahmat-Nya kepada umat-Nya yang berjuang menegakkan kebenaran. Semoga Allah meridhoi upaya kita semua. Amin…

Tulisan ini aku cukupkan dulu disini untuk bahan perenungan bagi para pembacanya dan yang berkenan ntuk memahaminya….maka inilah tulisanku “MENYIBAK TABIR” ( bagian kedua ) ; dan akan tetap aku lanjutkan lagi dikemudian….semoga bermanfaat bagi semuanya…



Tidak ada komentar:

Posting Komentar